Senin, 02 Mei 2016

Intelegensi dan Bakat





MAKALAH  INTELEGENSI DAN BAKAT


Penyusun:
Didit Syaipul – Bandung 2014


Editor:
Tim Makalah-makalah.com





KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
 Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami,
Tim Makalah




BAB I
PENDAHULUAN
Generasi muda merupakan salah satu elemen utama penerus dan regenerasi bangsa. Masa muda adalah proses peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa, atau dikenal juga dengan masa-masa SMP dan SMA.
Masa ini merupakan masa yang paling menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan fisik. Masa-masa ini dipenuhi dengan perkembangan dan perubahan, masa goncang dan penuh dengan pemberontakan. Tak jarang pada masa ini banyak ditemui kaum muda kehilangan pegangan dalam usaha menemukan dirinya. seseorang yang tengah memasuki tahap remaja memiliki karakteristik mental yang tengah labil. Dapat dikatakan seseorang tersebut sedang memasuki tahap yang dinamakan transisi.
Siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun yang berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah usia dimana seorang individu yang berada dalam masa atau tahap peralihan. Dalam usia SMP dan SMA pula kaum muda membutuhkan pendampingan yang intensif dari orang lain yang lebih dewasa dalam usaha menemukan jati dirinya dalam arti mengetahui kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya. Maka pengembangan bakat dan minat remaja sangat penting. Dan dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan bimbingan dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.
Karena dalam masa ini pula individu mulai berinteraksi dengan individu lainnya, baik dengan yang sejenis maupun dengan lawan jenisnya. Lebih-lebih seorang pribadi individu yang tinggal didaerah perkotaan. Mereka begitu dekat dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu mereka membutuhkan perhatian dan pendampingan yang baik dan serius. 
1.1 Latar Belakang
Dalam Dunia pendidikan bakat dan intelegensi sangat mempengaruhi, terutama pada siswa SMA yang mayoritas mencari jati diri. Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
  1. Apa yang dimaksud dengan bakat dan intelegensi.
  2. Benarkah yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor dari keturunan dan lingkungan.
  3. Bagaimana pengaruh bakat dan intelegensi pada prestasi siswa.
1.3 Tujuan Penulisan
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan hanya untuk mengetahui, sebagai berikut:
  1. Untuk mengetahui jenis-jenis bakat dan pengertian bakat.
  2. Untuk menguji mengetahui tingkat intelegensi terhadap prestasi akademik pada siswa.
1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini terbagi menjadi dua, antara lain:
  1. Secara teoritis yaitu diharapkan hasil penulisan ini dapat digunakan untuk pengembangan psikologi pendidikan.
  2. Secara praktis yaitu diharapkan penulisan ini dapat dimanfaatkan oleh para pendidik (guru) dan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan untuk merumuskan kebijakan serta mengetahui bakat dan intelegensi para siswanya.

2.1. Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (2006) prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil atau pencapaian yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu.
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik antara lain:
  1. Faktor internal
  2. Faktor jasmaniah (fisiologi), yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
  3. Faktor psikologis, terdiri atas:
  4. Faktor intelektif yang meliputi:
1)      Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
2)      Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
  1. Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
  2. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
  3. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.

  1. Faktor eksternal
  2. Faktor sosial yang terdiri atas:
  3. Lingkungan keluarga.
  4. Lingkungan sekolah.
  5. Lingkungan masyarakat.
  6. Lingkungan kelompok.
  7. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.
  8. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan meneliti pengaruh faktor-faktor intelegensi atau kecerdasan terhadap prestasi akademik pada siswa SMA. Pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikatorindikator berupa nilai rapor, indeksprestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 2004).
2.2 Teori Intelegensi
            Menurut Bayley (dalam Slameto, 1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:
  1. Keturunan
Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi diantara anak dan orang tua, atau dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
  1. Latar belakang sosial ekonomi
Pendapatan keluarga, pekerjaan orang tua dan faktor-faktor social ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.
  1. Lingkungan hidup
Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang di nilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal kehidupannya.
  1. Kondisi fisik
Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah.
  1. Iklim emosi
Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.
Azwar (2004) menguraikan secara ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain:
  1. Alfred Binet
Alfred Binet termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum.
Menurut Binet, intelegensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai tingkat perkembangan individu berdasar suatu criteria tertentu. Jadi untuk melihat apakah seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang dimaksud dengan komponen arah, adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.
  1. Thurstone (dalam Heru Basuki, 2005)
Thurstone berpendapat bahwa intelegensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities), yaitu:
1)      Pemahaman verbal (verbal comprehension)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes kosakata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan testes kemampuan menyimak bacaan.
2)      Kecepatan verbal (verbal fluency)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-kata secara cepat dan tepat, misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak mungkin kata yang berawal dengan huruf d.
3)      Bilangan (number)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui pemecahan masalahmasalah aritmatika. Dalam tes ini sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4)      Visualisasi spasial (spatial visualization)
Kemampuan ini biasanya diukur dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas simbolsimbol atau bangun-bangun geometris.
5)      Ingatan (memory)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (kata-kata.)
6)      Pemikiran (reasoning)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui te-tes analogi-analogi (misalnya: pengacara, klien, dokter, dan lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan (2, 4, 7, 11, …, …, …, …).
7)      Kecepatan persepsi (perceptual speed)
Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol secara cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan huruf-huruf.
2.3 Jenis-jenis Bakat
Menurut KBBI bakat adalah dasar kepandaian , sifat, dan bawaan. Adapun menurut beberapa ahli lain seperti, misalnya Kartini Kartono mengatakan bakat mencakup segala factor yang ada pada individu sejak awal pertama dari kehidupannya yang kemudian menumbuhkan perkembangan keahlian, kecajapan, dan keterampilan khusus tertentu.
Menurut Rahayu (2), ada dua jenis bakat, yaitu diantaranya:
  1. Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
  2. Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
Ada pun bakat khusus ini terbagi beberapa macam, diantaranya:
  1. Bakat Verbal, yaitu bakat tentang konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
  2. Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang konsep-konsep bentuk angka.
  3. Bakat Bahasa (Linguistik), yaitu bakat tentang pengenalan analitis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga, dan lain-lainnya.
  1. Bakat Kecepatan, Ketelitian, Klerikal, yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium, kantor, dan dalam kerohanian.
  2. Bakat Relasi Ruang (Spasial), yaitu bakat untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berpikir dalam tiga dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga dimensi.
  3. Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas, dan alat-alat lainnya.
  4. Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan kata, maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram, ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
  5. Bakat Skolastik yaitu, kombinasi kata-kata (logika) dan angka-angka termasuk di dalamnya kemampuan dalam penalaran, mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan konseptual atau pola numeric, pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Remaja
Dalam mengembangkan kreativitas ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain:
  1. Menghargai eksistensi remaja
  2. Eksistensi siswa dalam kehidupannya
  3. Pada pembelajaran tingkat SMP dan SMA siswa lebih membutuhkan pembelajaran pendidikan Akademik tetapi tidak meninggalkan pada pendidikan karakter itu sendiri. Dalam hal ini guru dapat mengajarkan kepada siswa pembelajaran komprehensif yaitu mengenai pengembangan keterampilan hidup. Ada beberapa keterampilan yang diperlukan supaya peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga berprilaku konstruktif dan bermoral dalam masyarakat, keterampilan, tersebut antara lain berpikir kritis, berkomunikasi secara jelas, menyimak, bertindak asertif, dan menemukan resolusi konflik dapat disebutkan secara ringkas sebagai keterampilan akademik dan keterampilan sosial.
Amabile mengemukakan bahwa, “Keberhasilan dalam perwujudan kreativitas ditentukan oleh tiga faktor yang saling terkait, dan titik pertemuan antara ketiga faktor inilah yang menentukan keunggulan kreatif, yaitu keterampilan dalam bidang tertentu, keterampilan berpikir, dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsic”.
Penelitian Dacey (1989) membandingkan karakteristik keluarga yang anak remajanya sangat kreatif, dengan keluarga yang anak remajanya biasa saja. Hasil penelitian ini menunjukan peran besar dari lingkungan keluarga; dalam keluarga dengan remaja kreatif, tidak banyak aturan diberlakukan dalam keluarga dibandingkan keluarga yang biasa. Banyak diantara remaja yang kreatif pernah mengalami masa kritis atau trauma dalam hidup mereka.
Orang tua mengukur tanda-tanda kreativitas anak sudah pada usia dini, dan mereka mendorong dan member banyak kesempatan untuk mengembangkan bakat anak. Banyak dari orangtua keluarga kreatif mempunyai hobi yang dikembangkan disamping karier mereka. Orangtua dan anak dari keluarga kreatif sama-sama berpendapat bahwa pernah sekolah tidak penting dalam pengembangan kreativitas anak. Tetapi remaja kreatif cenderung untuk bekerja lebih keras daripada teman sekolah mereka. Agaknya dominasi dari belahan otak kanan (yang diasumsikan dengan fungsi kreatif) lebih kuat pada kelompok remaja yang kreatif.
Pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
  1. Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya sendiri. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
  1. Penyesuaian Sosial
Setiap individu di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul sebuah proses kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan , hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.
Dalam pengembangan bakat dan kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik bakat dan juga kreativitas yang perlu di optimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Motivasi internal ditumbuhkan dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individu serta menciptakan iklim yang menjamin kebebasan psikologis untuk kreatif peserta didik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
3.2 Faktor Intelegensi Sangat Mempengaruhi Prestasi Akademik
Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ). Menurut Syah (2006) tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. Salah satu faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah motivasi belajarnya.
Dari berbagai hasil penelitian selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi akademik seorang anak didik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Purnomowati (2006) yang memperoleh hitung untuk variabel motivasi belajar sebesar 4,951 dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa variable motivasi belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik siswa. Definisi motivasi belajar menurut Djamarah (2002) adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang menimbulkan proses belajar individu yang berinteraksi langsung dengan objek belajar. Dari penjelasan tersebut, Nampak pula adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar seseorang terhadap prestasi akademik seseorang, oleh sebab itu maka upaya peningkatan prestasi akademik seseorang tidak bisa lepas dari upaya peningkatan motivasi belajarnya.



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bakat dan intelegensi tidak saling berkesinambungan karena bakat itu merupakan talenta (talent) seseorang sedangkan intelegensi berhubungan denga fungsi otak.
Dalam proses pembelajaran antara bakat dan intelegensi, keduanya sangatlah berperan nyata dalam mensukseskan tercapainya tujuan pembelajaran bagi siswa.
4.2 Saran
            Padukanlah apapun bakat yang dimiliki dengan intelegensi (kecerdasan). Untuk para pendidik dan calon pendidik, kembangkan bakat dan intelegensi para siswanya agar mencapai hasil maksimal dalam proses pembelajaran dan sukses di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
  1. Akhmad, F. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak dan Remaja.http://garudapendidikan.blogspot.com/2010/01/pengembangan-kreativitas-anak-dan.html
  2.  
  3. Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta: PustakaPelajar.
  4. Dalyono, M. (1997). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT RinekaCipta.
  5. Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  6. Ekowati. (2006). Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah.Samarinda, Kalimantan Timur.http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf
  7. Suryabrata, Soemadi. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Sumbangsih. 1969.
  8. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010.



Tag # INTELEGENSI DAN BAKAT.pdf  # INTELEGENSI DAN BAKAT.doc
Sumber:

https://saepuldidit30.wordpress.com/2014/04/25/bakat-dan-intelegensi/

0 komentar:

Posting Komentar