Senin, 02 Mei 2016

Teori dan Konsep Persepsi





MAKALAH
TEORI DAN KONSEP PERSEPSI



Penyusun:
Agus Rahmanto – UPI 2011


Editor:
Tim Makalah-makalah.com
2016




KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
 Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami,
Tim Makalah


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan masalah diantaranya:
A. Apa Definisi dan Pengertian Persepsi?
B. Bagaiamana Ciri dan karakteristik persepsi?
C.  Bagaimana proses terjadinya persepsi?
D. Apa faktor yang mempengaruhi kesalahan persepsi?
E. Bagaiaman mengukur persepsi?

Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui Definisi dan Pengertian Persepsi?
B. Mengetahui Ciri dan karakteristik persepsi?
C. Mengetahui proses terjadinya persepsi?
D. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesalahan persepsi?
E. Mengetahui ukuran persepsi?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Teori dan Konsep Persepsi

2.1.1    Pengertian Persepsi


Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni dari kata perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti” (Muchtar, T.W.,2007 : 13).

Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh beberapa ahli :

Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan :Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.

Sedangkan  menurut  Ensiklopedia  Umum  (Muchtar,  T.W.,  2007  :  13)

:Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat disadari.

Dan menurut Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A,.2004 : 12) :


Persepsi adalah  proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek

8








atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalh proses aktif dimana individu yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian persepsi juga bersifat inferensial (mengambil kesimpulan).



Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau positif negatifnya hal tersebut.

2.1.2    Ciri dan Karakteristik Persepsi


Irwanto  (Umi  Amalia,  2003)  mengemukakan  ciri-ciri  umum  persepsi adalah sebagai berikut ;

a Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran, sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).
b.   Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan lain sebagainya.
c.   Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain sebagainnya.
d.   Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu.
e.   Dunia   persepsi   adalah   dunia   penuh   arti,   kit cenderun melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi
kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).








Irvin T. Rock (Muchtar, T. W.   2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik seseorang terhadap suatu objek meliputi :

a Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling baik dari beberapa macam pilihan.
b.   Perseptor  dalam  mempersiapkan  sesuatu  tidak  terlepadari  latar belakang perseptor.
c Persepsi   dapa dijadika dasa bag seseorang   untuk   menseleksi   dan mengambil tindakan.
d.   Secara  umum  dalam  mempersepsikan  sesuatu,  seseorang  harus  dibekali pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan.


Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dunia persepsi mempunyai dimensi ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan konteksnya. Pengalaman indera individu akan sangat tergantung kepada intensitas dan sifat- sifat rangsang yang diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu akan dipengaruhi oleh latar belakang individu.

2.1.3    Proses Terjadinnya Persepsi


Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan demikian manusia tanggap  terhadap rangsangayang datang dari lingkungan. Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut dinamakan persepsi.

Dikutip dari Muchtar, T. W. (2007 : 15) :


Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan lingkungan , manusia atau individu lainnya dengan menggunakan alat indera. Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau berhubungan dengan suatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada stimulus yang tertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada individu








tersebut. Dengan adannya stimulus tersebut, individu akan memberikan makna terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna ini dapat disebutkan dengan proses mempersepsi”.



Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek” (Santhy Handayani, 2005 : 8). Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi. Seperti Moh. Sury (1981   :   41 yang   mengemukaka bahwa   Persepsi   adalah   proses penerimaan, penafsiran dan pemberian arti terhadap perangsang yang diterima individu melalui alat indera”.

Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15)

menyebutkan ada empat tahapan persepsi :


1.   Penerimaan pesan atau informasi dari luar.
2.   Memberikan kode pada informasi yang diindera.
3.   Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.
4.   Menyimpulkan arti dalam ingatan.


Selanjutnya Marat (Mochamad, J.A. 2004 : 20) menggambarkan proses terjadinnya persepsi adalah sebagai berikut :







Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi
Sumber : Mochamad, J.A. 2004 : 20


Bila  dilihat  dari  bagan  yang  telah  dibuat,  terlihat  bahwa  persepsi merupakan aspek kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau sosialisasi memberikan bentuk serta struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang di  lihat.  Kemudian  berdasarkan  norma  yandimiliki  pribadi  seseorang,  akan terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu.

Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat syarat terjadinya persepsi adalah :

1.   Adanya  objek  fisik,  dimaksudkan  yaitu  objek  tersebut  dapat  dirasakan, dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus.
2.   Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya alat indera, saraf sensorik dan otak.
3.   Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga dapat menyadari apa yang diterima.









2.1.4    Faktor Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan

Pada Persepsi


Persepsi  seseorang  tidaklah  timbul  begitu  saja,  melainkan  dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berkenaan dengan keberadaan individu yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang diakibatkan oleh keberadaan rangsangan tersebut.

Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

a Faktor   yan bersifa fungsional,   diantarany kebutuhan,   pengalaman, motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.
b.   Faktor  yang  bersifat  struktural  diantaranya  intensitas  rangsangan,  ukuran rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.
c Faktor  kulturan  atau  kebudayaan  yaitu  norma-norma  yang  dianut  oleh individu.


Pendapat  serupa dikemukakan  oleh Sarlito  Wirawan  (1984 :  97)  yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a.   Kuat  lemahnya  rangsangan,  yang  ditemukan  oleh  kejelasan,  pengulangan gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat pula kerja indera.
b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses terjadinnya persepsi.
c Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi.
d.   Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan.


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh faktor  rangsangan  yang  datang  dari  objek  maupun peristiwa,  dan  faktor individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimanya.

Sedangkan  faktor-faktor  penyebab  kesalahan   dalam  persepsi  adalah sebagai berikut :

a.   Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam kesalahan menafsirkan pesan.
b.   Stereotype,  yaitu  merupakan  gambaran  atau  tanggapan  tertentu  mengenai sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.
c.  Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian
kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi penyebab kesalahan persepsi.
d.   Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.



2.1.5    Cara Pengukuran Persepsi


Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini atau sikap (attitude). Marat (1982) menyebutkan persepsi sebagai aspek kognitif dari sikap.  Mengingat  bahwa persepsi  merupakaaspek kognitif  dari  sikap,  maka untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan instrumen pengungkapan sikap. Lebih jauh Marat mengemukakan tiga pendekatan untuk mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan peryataan sikap.

Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu objek psikologis, Sugiyono (2008 : 133) menjelaskan bahwa ada tiga metode, yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua atau tiga pilihan. Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan sikap atau persepsi.

Sementara itu dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk memiliki dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang
telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah atau lemah.

Sanafiah Faisal (1982 : 191) menjelaskan bahwa :

Peneliti harus percaya saja bahwa apa yang orang katakan adalah keyakinan dan perasaannya ini daerah” opini lewat pengajuan pertanyaan- pertanyaan tertentu maka sebagian dari pendapat itu akan diketahui, dari pertanyaan pendapat itulah biasa diperlihatkan atau diramalkan apa yang sesungguhnya di yakini.

Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa terhadap minat kerja diukur dengan menggunakan model Likert.

BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam membantu menambah wawasan dan teori mengenai Persepsi. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.

Sumber:
http://a-research.upi.edu

Tag #Teori Persepsi.pdf, #teori persepsi.doc

0 komentar:

Posting Komentar