Minggu, 01 Mei 2016

Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia









MAKALAH PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA



Penyusun:
Ahmad Nasher


Editor:
Tim Makalah-makalah.com





KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
 Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami,
Tim Makalah















BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan masalah diantaranya:
A. Bagaimana bentuk Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia?


Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia.



BAB VI

PANCASILA  DALAM  KONTEKS  KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA


A.    Undang-UndangDasar 1945

Dalam perkembangan  ilmu pengetahuan  dan teknologi  serta memasuki  abad 21, hukum di Indonesia  mengalami  perubahan  yang mendasar, hal ini adanya perubahan terhadap   UndangUndang   Dasar  1945. perubahan   (amandemen)  dimaksud  sampai empat kali, yang  dimulai  pada tanggal  19 Oktober  1999 mengamandemen   2 pasal, amandemen   kedua  pada  tanggal  18 Agustus  2000  sejumlah   10 pasal,  sedangkan amandemen   ketiga   pada   tanggal   10  November   2001   sejumlah    10  pasal dan amandemen  keempat  pada tanggal  10 Agustus 2002 sejumlah  10 pasal serta 3 pasal Aturan  Peralihan  dan Aturan  Tambahan  2  pasal,  apabila  dilihat  dari jumlah  pasal pada  UndangUndang   Dasar  1945 adalah  berjumlah  37 pasal,  akan  tetapi  setelah diamandemen  jumlah  pasalnya  melebihi  37 pasal,  yaitu  menjadi  39 pasal  hal ini terjadi  karena  ada pasal-pasal   yang  diamandemen   ulang  seperti  pasal  6 A ayat 4, pasal23  C.

1.     Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945

Demokrasi  Indonesia  merupakan  sistem pemerintahan   dari rakyat,  dalam  arti rakyat  sebagai  asal mula kekuasaan  negara  sehingga  rakyat  hams  ikut serta dalam pemerintahan  untuk mewujudkan  suatu cita-citanya.
Demokrasi   di  Indonesia   sebagaiman   tertuang   dalam  UUD   1945  mengakui adanya  kebebasan   dan  persamaan   hak juga  mengakui   perbedaan   serta keanekaragaman    mengingat   Indonesia   adalah  "  Bhineka  Tunggal  Ika  ".  Secara filosofi bahwa Demokrasi  Indonesia mendasarkan  pada rakyat.    
Secara umum  sistem pemerintahan  yang demokratis  mengandung  unsur-unsur penting yaitu :
a.  Keterlibatan  warga negara dalam pembuatan keputusan politik. b.  Tingkat persamaan  tertentu diantara warga negara.
c.  Tingkat kebebasan  atau kemerdekaan  tertentu yang diakui dan dipakai oleh warga negara.
d.  Suatu sistem perwakilan.
e.  Suatu sistem pemilihan  kekuasaan mayoritas.
Dengan unsur-unsur  di atas maka demokrasi  mengandung  ciri yang merupakan


patokan  bahwa  warga  negara  dalam  hal tertentu  pembuatan   keputusan-keputusan politik,   baik  secara   langsung   maupun   tidak  langsung   adanya   keterlibatan   atau partisipasi.
Oleh   karena   itu  di  dalam   kehidupan   kenegaraan    yang   menganut    sistem demokrasi,  selalu menemukan  adanya supra struktur politik dan infra struktur politik sebagai    pendukung      tegaknya     demokrasi.     Dengan     menggunakan      konsep Montesquiue   maka   supra   struktur   politik   meliputi   lembaga   legislatif lembaga eksekutif,   dan  lembaga   yudikatif.   Di  Indonesia   di  bawah     sistem     UUD   1945 lembaga-lernbaga  negara  atau  alat-alat perlengkapan  negara adalah :
a.  Majelis Permusyawaratan   Rakyat b.  Dewan Perwakilan  Rakyat
c.  Presiden

d.  MahkamahAgung

e.  Badan Pemeriksa  Keuangan
Alat  perlengkapan    di  atas  juga   dinyatakan   sebagai   supra   struktur   politik. Adapun infra struktur politik suatu negara terdiri lima komponen  sebagai berikut:
a.  Partai Politik

b.   Golongan  Kepentingan  (Interest Group)

c.  Golongan  Penekan  (Preassure  Group) d.   Alat Komunikasi  Politik (Mass Media) e.  Tokoh-tokoh  Politik

2.     Pembagian  Kekuasaan
Bahwa  kekuasaan   tertinggi  adalah  di tangan  rakyat,  dan  dilakukan   menurut Undang-Undang   Dasar  sebagaimana   tercantum  dalam  UndangUndang   Dasar  1945 adalah sebagai berikut :
a.  Kekuasaan  Eksekutif  didelegasikan   kepada  Presiden  (Pasal  4  ayat   UUD
1945)
b.  Kekuasaan   Legislatif,   didelegasikan   kepada  Presiden  dan  DPR  dan  DPD (pasal 5 ayat 1, pasal  19 dan pasal 22 C UUD 1945).
c.  Kekuasaan  Yudikatif,    didelegasikan    kepada    MahkamahAgung    (pasal 24 ayat 1  UUD 1945)
d.  Kekuasaan    Inspektif    atau   pengawasan     didelegasikan     kepada    Badan
Pengawas     Keuangan  (BPK)    dan   Dewan     Perwakilan     Rakyat  (DPR),


hal ini dimuat pada pasal 20 A ayat  1.

e.  Dalam   UUD   1945  hasil  amandemen   tidak  ada  kekuasaan   Konsultatif, sebelum   UUD -diamandemen   kekuasaan   tersebut   dipegang   oleh  Dewan PertimbanganAgung           (DPA)

3.    SistemPemerintahan Negara Menurut UUD1945HasilAmandemen
Sebelum adanya amandemen  terhadap UUD 1945, dikenal dengan Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan  Negara,  namun tujuh kunci pokok tersebut  mengalami suatu perubahan.   Oleh  karena  itu sebagai  Studi  Komparatif   sistem  pemerintahan Negara menurut UUD 1945 mengalami  perubahan.
a.  Indonesia  ialah negara yang  berdasarkan  atas hukum (Rechtstaat).

Negara  Indonesia  berdasarkan  atas hukum  (Rechtstaat),  tidak berdasarkan   atas kekuasaan  belaka  (Machtstaat),   mengandung   arti bahwa negara,   termasuk  di dalamnya  pemerintahan   dan lembagalembaga   negara lainnya dalam melaksanakan  tindakan apapun.
b.  Sistem Konstitusi

Pemerintah   berdasarkan   atas  sistem  konstitusi   (hukum  dasar ), tidak bersifat absolut (kekuasaan  yang tidak terbatas ).
Sistem    ini   memberikan     penegasan     bahwa    cara    pengendalian pemerintahan   dibatasi  oleh  ketentuan-ketentuan    konstitusi   dan juga  oleh ketentuan-ketentuan   hukum lain merupakan produk konstitusional.
c.  Presiden ialah penyelenggara  pemerintahan  negara yang tertinggi disamping
MPRdanDPR.
Berdasarkan  UUD  1945  hasil  amandemen  2002,  Presiden penyelenggara   pemerintahan   tertinggi  di samping  MPR  dan  DPR,  karena Presiden  dipilih  langsung  oleh  rakyat.  UUD  1945 pasal  6 A ayat  1, jadi menurut  UUD  1945 ini Preiden  tidak  lagi merupakan     mandataris   MPR, melainkan  dipilih oleh rakyat.
Presiden tidak bertanggungjawab   kepada DPR.

d.  Menteri Negara ialah pembantu Presiden,  Menteri Negara tidak bertanggung jawab   kepada   DPR.   Presiden   dalam  melaksanakan    tugas   dibantu   oleh menteri-menteri  negara, pasal 17 ayat 1  (hasil amandemen).
e.  Kekuasaan   Kepala  Negara  Tidak  Tak Terbatas,  meskipun   Kepala  negara tidak bertanggungjawab   kepada DPR, ia bukan "diktator"  artinya kekuasaan tidak terbatas, di sini Presiden adalah sudah tidak lagi merupakan  mandataris


MPR, namun demikian  ia tidak dapat membubarkan  DPR atau MPR.

f.  Negara    Indonesia    adalah   negara   hukum,   negara   hukum    berdasarkan
Pancasila  bukan berdasarkan  kekuasaan. Ciri-ciri suatu negara hukum adalah :
a.     Pengakuan     dan   perlindungan     hak-hak    asasi    yang    mengandung
persamaan    dalam   bidang   politik,     hukum,    sosial,    ekonomi,    dan kebudayaan.
b.    Peradilan  yang bebas dari suatu pengaruh  kekuasaan  atau kekuatan  lain dan tidak memihak.
c.     Jaminan kepastian  hukum.

g.  Kekuasaan  Pemerintahan  Negara

Pasal  4  ayat   1     UUD   1945  menyatakan    bahwa   Presiden   Republik Indonesia    memegang    kekuasaan    pemerintahan     menurut    UUD    1945, Presiden   dibantu   oleh  seorang   Wakil  Presiden   pasal   4  ayat  2    dalam melaksanakan  tugasnya.
Menurut  sistem pemerintahan  negara berdasarkan  UUD  1945 hasil amandemen   2002,   bahwa   Presiden   dipilih   langsung   oleh  rakyat   secara legitimasi.   Presiden  kedudukannya   kuat,  di sini kekuasaan   Presiden  tidak lagi  berada  di bawah  MPR  selaku  mandataris.   Akan  tetapi  jika  Presiden dalam   melaksanakan    tugas   menyimpang    dari   Konstitusi,    maka   MPR melakukan   Impeachment,   pasal  3  ayat   3  UUD  1945 dan dipertegas  oleh pasal  7 A.    Proses Impeachment   agar bersifat adil dan obyektif harus diselesaikan   melalui   Mahkamah   Konstitusi, pasal 7B ayat 4 dan 5dan jika Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden melanggar hukum, maka MPR harus segera bersidang dan keputusan didukung 3/4 dari jumlah anggota dan 2/3  dari jumlah anggota yang hadir pasal 7B ayat 7.
h. Pemerintahan Daerah, diatur oleh pasal 18 UUD 1945
Pasal 18 ayat  menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pasal 18 ayat 2 mengatur otonomi pemerintahan daerah, ayat tersebut menyatakan bahwa pemerintahan daerah propinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, atau pengertian otonomi sama artinya mengatur rumah tangga sendiri.


1.    Pemilihan  Umum

Hasil  amandemen   UUD  1945 tahun  2002  secara  eksplisit  mengatur tentang  Pemilihan  Umum dilakukan  secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,  dan adil setiap 5 tahun sekali, diatur pasal 22E ayat  1. Untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden pasal 22 E ayat  2.
Dalam    pemilu     tersebut   landasan     yang    dipergunakan    adalah
UndangUndang   (UU) No.  3 Tahun 1999 tentang Pemilu. J.   Wilayah Negara
Pasal 25A UUD 1945 hasil amandemen  2002 memuat ketentuan  bahwa,
Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  adalah sebuah negara  kepulauan  yang berciri    nusantara    dengan    wilayah    yang   batas-batas    dan   hak-haknya ditetapkandengan         undang-undang.
h.   HakAsasi  Manusia  Menurut UUD 1945

Hak  asasi  manusia   tidaklah   lahir  mendadak   sebagaimana   kita  lihat dalam  "Universal  Declaration  of Human  Right"  pada tanggal  10 Desember
1948 yang  ditanda-tangani   oleh PBB. Hak asasi manusia  sebenamya  tidak dapat dipisahkan  dengan filosofis manusia yang melatarbelakanginya.
Bangsa  Indonesia   di  dalam  hak  asasi  manusia   terlihat   lebih  dahulu sudah  memiliki   aturan  hukumnya   seperti  dalam  Pembukaan   UUD   1945 alinea   1    dinyatakan   bahwa   :      "kemerdekaan    adalah   hak  segala  bangsa." Sebagai  contoh  di dalam UUD  1945 pasal 28A menyatakan   :   "Setiap  orang berhak     untuk     hidup     serta    berhak     mempertahankan     hidup     dan kehidupannya."
Pasal 28A sampai dengan pasal 28J mengatur  tentang hak asasi manusia di dalam UUD 1945.


B.   Memahami  Sistem Ketatanegaraan  RI Berdasarkan Pancasila  Dan UUD
1945
Sistem  Konstitusi   (hukum  dasar)  Republik  Indonesia,  selain  tersusun  dalam hukum dasar yang tertulis yaitu UUD  1945,juga   mengakui   hukum dasar yang tidak tertulis. Perlu diperhatikan  bahwa kaidah-kaidah  hukum ketatanegaraan   tidak hanya terdapat pada hukum dasar. Kaidah-kaidah  hukum ketatanegaraan  terdapatjuga   pada berbagai peraturan  ketatanegaraan   lainnya seperti dalam Tap. MPR, UU, Perpu, dan sebagainya.
Hukum  dasar  tidak tertulis  yang  dimaksud   dalam  UUD  1945 adalah  konvensi


atau   kebiasaan    ketatanegaraan     dan   bukan   hukum   adat   (juga   tidak   tertulis), terpelihara  dalam praktek penyelenggaraan   negara.
Meminjam  rumusan  (dalam  teori) mengenai  Konvensi  dari AV.  Dicey:   adalah ketentuan     yang    mengenai     bagaimana     seharusnya     mahkota     atau    menteri melaksanakan  "discretionary   powers".
Dicretionary   Powers    adalah  kekuasaan  untuk  bertindak  atau tidak  bertindak yang  semata-mata   didasarkan   kebijaksanaan   atau  pertimbangan    dari  pemegang kekuasaan  itu sendiri.
Hal  di  atas  yang  mula-mula   mengemukakannya    adalah  Dicey  di  kalangan sarjana  di Inggris  pendapat  tersebut  dapat  diterima,  lebih  lanjut  beliau  memerinci konvensi ketatanegaraan  merupakan  hal-hal sebagai berikut:
a.  Konvensi   adalah   bagian   dari   kaidah   ketatanegaraan    (konstitusi)    yang tumbuh, diikuti dan ditaati dalam praktek penyelenggaraan   negara.
b.  Konvensi    sebagai   bagian   dari  konstitusi   tidak   dapat   dipaksakan    oleh
(melalui) pengadilan.
c.  Konvensi   ditaati  semata-mata   didorong   oleh  tuntutan   etika,  akhlak  atau politik dalam penyelenggaraan   negara.
d.   Konvensi   adalah   ketentuan-ketentuan     mengenai   bagaimana    seharusnya
(sebaliknya)  discretionary  powers dilaksanakan.

Menyinggung  ketatanegaraan   adalah tak terlepas dari organisasi  negara,  di sini muncul  pertanyaan   yaitu   :     "apakah   negara  itu  ?."  Untuk  menjawab   pertanyaan tersebut  kita  pinjam  "Teori  Kekelompokan"   yang  dikemukakan   oleh  Prof.  Mr. R. Kranenburg adalah sebagai berikut :
"Negara itu pada hakikatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan kepentingan mereka bersama"
Maka di sini yang primer adalah kelompok manusianya, sedangkan organisasinya, yaitu negara bersifat sekunder.
Tentang   negara  muncul  adanya bentuk negara dan  sistem pemerintahan, keberadaan bentuk negara menurut pengertian ilmu negara dibagi menjadi dua yaitu
 Monarchie dan Republik, jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris atau keturunan maka bentuk negara disebut Monarchie dan kepala negaranya disebut  Raja  atau  Ratu.  Jika  kepala  negara  dipilih  untuk  masa jabatan  yang ditentukan, bentuk negaranya disebut Republik dan kepala negaranya adalah Presiden.


Bentuk negara menurut  UUD 1945 baik dalam Pembukaan  dan Batang Tumbuh dapat  diketahui   pada   pasal   1      ayat   1,    tidak   menunjukkan    adanya   persamaan pengertian  dalam   menggunakan   istilah    bentuk  negara (lihat alinea ke 4), "            . maka  disusunlah  kemerdekaan   kebangsaan  Indonesia  dalam  suatu UndangUndang Dasar   Negara    Indonesia    yang   berkedaulatan    rakyat   dengan   berdasar    kepada Ketuhanan  Yang Maha Esa,              clan seterusnya.   Negara  Indonesia  adalah negara kesatuanyang   berbentukrepublik    ".
Dalam sistem ketatanegaraan   dapat diketahui  melalui kebiasaan  ketatanegaraan (convention),   hal ini mengacu  pengertian  Konstitusi,  Konstitusi   mengandung   dua hal yaitu  :    Konstitusi   tertulis  clan Konstitusi  tidak  tertulis,  rrrenyangkut  konstitusi sekelumit    disampaikan     tentang    sumber    hukum    melalui    ilmu   hukum    yang membedakan   dalam  arti  material  dan  sumber  hukum  dalam  arti  formal.  Sumber hukum dalam arti material  adalah sumber hukum yang menentukan  isi dan substansi hukum sedangkan  sumber hukum dalam arti formal adalah hukum yang dikenal dari bentuknya,  karcna  bentuknya  itu menyebabkan   hukum  berlaku  umum,  contoh  dari hukum   formal   adalah   Undang-Undang    dalam   arti   luas,   hukum   adat,   hukum kebiasaan,  dan lain-lain.
Konvensi  atau hukurn  kebiasaan  ketatanegaraan   adalah  hukum  yang  tumbuh dalam   praktek   penyelenggaraan     negara,   untuk   melengkapi,    menyempurnakan, menghidupkan      mendinamisasi      kaidah-kaidah      hukum    perundang-undangan. Konvensi   di  Negara   Republik   Indonesia   diakui  merupakan   salah  satu     sumber hukum tata negara.
Pengcrtian    Undang-Undang     Dasar   1945  terdiri   dari   2  kelompok    yaitu   : Pembukaan,  Batang  Tumbuh  yang memuat  pasal-pasal,  dan terdiri  16 bab, 37 pasal,
3 pasal aturan peralihan  dan aturan tambahan  2 pasal. Mengenai  kedudukan  Undang Undang  Dasar  1945 sebagai  sumber  hukum  tertinggi,  Pancasila  merupakan   segala sumber hukum. Dilihat dari tata urutan peraturar. perundang-undangan    menurut TAP MPR  No.  III/MPR/   2000,  tentang   Sumber   Hukum   dan  Tata  Urutan   peraturan perundang-undangan.
TAP MPR NO XX/MPRS/1966                  TAP MPR NO. Jll/MPR/2000
Tata Urutannya sebagai berikut:                            Tata Urutannya sebagai berikut:
!.UUD 1945                                                         r. UUD 1945
2. TAPMPR                                                          2. TAPMPRRI
3. Undang-Undang I Peraturan Pemerintah       3. Undang Undang
Pengganti UU                                                    4. Peraturan Pemerintah Pengganti
4.  Peraturan Pemerintah                                            UndangUndang (Perpu)
5.  Keputusan Presiden                                           5. Peraturan Pemerintah
6. Peraturan Pelaksanaan lainnya seperti :                           6. Keputusan Presiden
-  Peraturan Menteri                                          7. Peraturan Daerah
- lnstruksi Menteri


Sifat  UndangUndang    Dasar   1945,  singkat  namun  supel,  namun  harus  ingat kepada dinamika  kehidupan  masyarakat  dan Negara Indonesia,  untuk itu perlu diperhatikan  halhal sebagai berikut  :
a Pasalnya   hanya   37  buah hanya  mengatur   pokok-pokoknya     saja,  berisi instruksi kepada penyelenggara  negara dan pimpinan  pemerintah  untuk:
Menyelenggarakan   pemerintahan  negara dan

Mewujudkan  Kesejahteraan  Sosial

b.  Aturan  pelaksanaan   diserahkan   kepada  tataran  hukum  yang  lebih  rendah yakni UndangUndang,   yang lebih mudah cara membuat,  mengubah,  dan mencabutnya.
c.  Yang penting  adalah  semangat  para penyelenggara   negara  dan pemerintah dalam praktek pelaksanaan.
d.  Kenyataan   bahwa  UUD   1945  bersifat  singkat  namun   supel  seperti  yang dinyatakan   dalam    UUD  1945,  secara  kontekstual.   aktual  dan  konsisten dapat  dipergunakan   untuk  menjelaskan   ungkapan   "Pancasila   merupakan ideologi terbuka"  serta membuatnya  operasional.
e.  Dapat    kini    ungkapan      Pancasila     merupakan      ideologi     terbuka" dioperasionalkan                              setelah   ideologi   Pancasila   dirinci   dalam   tataran   nilai. Pasal-pasal  yang mengandung  nilai-nilai  Pancasila  (nilai dasar) yakni aturan pokok di dalam UUD  1945 yang ada kaitannya  dengan pokok-pokok  pikiran atau  ciri  khas  yang  terdapat  pada  UUD  1945. Nilai  instrumen   Pancasila, yaitu aturan yang menyelenggarakan   aturan pokok  itu (TAP  MPR, UU, PP, dsb ).
Fungsi   dari  Undang-Undang    Dasar   merupakan    suatu   alat  untuk   menguji peraturan  perundang-undangan    di bawahnya  apakah  bertentangan   dengan  UUD  di sampingjuga   merupakan  sebagai fungsi pengawasan.
Makna  Pembukaan   UUD  1945 merupakan   sumber  dari motivasi  dan aspirasi perjuangan  dan tekad bangsa Indonesia  yang merupakan  sumber dari cita hukum dan cita moral  yang  ingin  ditegakkan   baik  dalam  lingkungan   nasional  maupun  dalam hubungan  pergaulan   bangsa-bangsa   di dunia.  Pembukaan   yang  telah  dirumuskan secara padat dan hikmat dalam 4 alinea itu, setiap alinea  mengandung  arti dan makna yang  sangat  mendalam,  mempunyai  nilai-nilai  yang  dijunjung  oleh bangsa-bangsa beradab, kemudian  di dalam pembukaan  terse but dirumuskan  menjadi 4 alinea.
Alinea  pertama   berbunyi   "Bahwa  sesungguhnya   kemerdekaan   itu  ialah  hak segala bangsa,  dan oleh sebab itu,  maka penjajahan  di atas dunia hams  dihapuskan


karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan   dan perikeadilan".

Makna yang terkandung  dalam alinea pertama ini ialah :

1. Adanya keteguhan  dan kuatnya pendirian  bangsa Indonesia  membela kemerdekaan  melawan  penjajah.
2.  Tekad  bangsa  Indonesia   untuk  merdeka   dan  tekad  untuk  tetap  berdiri  di barisan  yang  paling  depan  untuk menentang  dan menghapus   penjajahan  di atasdunia.
3.  Pengungkapan    suatu  dalil  obyektif,  yaitu  bahwa  penjajahan   tidak  sesuai dengan perkemanusiaan   dan perikeadilan;  penjajah  harus ditentang dan dihapuskan.
4.  Menegaskan     kepada    bangsa/pemerintah      Indonesia     untuk    senantiasa berjuang  melawan  setiap  bentuk  penjajahan  dan mendukung   kemerdekaan setiap bangsa.
Alinea   kedua   berbunyi    :      "Dan   perjuangan    kemerdekaan    Indonesia   telah sampailah   kepada  saat  yang  berbahagia   dengan  selamat  sentausa  menghantarkan rakyat  Indonesia   ke  depan  pintu  gerbang  kemerdekaan   Negara   Indonesia,   yang merdeka,   bersatu,   berdaulat,   adil  dan  makmur",   makna  yang  terkandung   di  sini adalah:
1.    Bahwa  kemerdekaan   yang  merupakan   hak  segala  bangsa  itu bagi  bangsa
Indonesia,  dicapai dengan perjuangan  pergerakan  bangsa Indonesia.

2. Bahwa perjuangan  pergerakan tersebut telah sampai pada tingkat yang menentukan,         sehingga   momentum    tersebut   harus   dimanfaatkan    untuk menyatakan  kemerdekaan.
3 Bahwa  kemerdekaan   bukan merupakan  tujuan akhir tetapi masih harus diisi dengan  mewujudkan   Negara  Indonesia  yang bebas,  bersatu,  berdaulat,  adil dan makmur,  yang  tidak  lain adalah  merupakan   cita-cita  bangsa  Indonesia ( cita-cita nasional).
Alinea  ke tiga  berbunyi   :    "Atas  berkat  Rahmat  Allah  Yang Maha  Kuasa  dan dengan didorong  oleh keinginan  luhur supaya berkehidupan  kebangsaan  yang bebas maka   rakyat    Indonesia    menyatakan     dengan    ini   kemerdekaannya".      Hal   ini mengandung  makna adanya:
1.    Motivasi  spiritual  yang luhur bahwa kemerdekaan   kita adalah  berkat  ridho
Tuhan.
2.  Keinginan  yang didambakan  oleh segenap  bangsa  Indonesia  terhadap  suatu kehidupan  di dunia dan akhirat.


3.  Pengukuhan  dari proklamasi  kemerdekaan.

Alinea   ke-empat   berbunyi    :      "Kemudian    daripada   itu   untuk   membentuk pemerintahan   Negara  Indonesia  yang  melindungi   segenap  bangsa  Indonesia  dan seluruh   tumpah   darah   Indonesia   dan  untuk   memajukan    kesejahteraan    umum, mencerdaskan   kehidupan   bangsa,  dan  ikut  melaksanakan   ketertiban   dunia  yang berdasarkan   kemerdekaan,    perdamian   abadi,  keadilan   sosial,   maka   disusunlah kemerdekaan  kebangsaan  Indonesia  itu dalam suatu UndangUndang   Dasar Negara Republik  Indonesia  yang  berkedaulatan   rakyat  berdasar  kepada   Ketuhanan  Yang Maha   Esa,   Kemanusiaan    yang   adil   dan   beradab,   Persatuan    Indonesia,    dan Kerakyatan   yang  dipimpin   oleh  hikmat  kebijaksanaan   dalam  permusyawaratan perwakilan,   serta  dengan  mewujudkan   suatu  keadilan  sosial  bagi  seluruh  rakyat Indonesia".
Alinea ke em pat ini sekaligus mengandung  :

1.   Fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yaitu:

a.   Melindungi    segenap   bangsa   Indonesia   dan   seluruh   tumpah   darah
Indonesia
b.   Memajukan  kesejahteraan  umum

c.   Mencerdaskan  kehidupan  bangsa dan

d.   Ikut    serta    melaksanakan    ketertiban    dunia    yang    berdasarkan kemerdekaan,  perdamaian  abadi,  dan keadilan sosial
2.  Susunan I bentuk Negara adalah Republik
3.  Sistem pemerintahan  Negara adalah Kedaulatan  Rakyat

4.  Dasar  Negara  adalah  Pancasila,  sebagaimana   seperti  dalam  sila-sila  yang terkandung  di dalamnya.
Dari uraian   di atas maka,  sementara  dapat disimpulkan   bahwa  sungguh  tepat apa  yang  telah  dirumuskan   di  dalam  Pembukaan   UUD   1945  yaitu   :     Pancasila merupakan  landasan  ideal bagi terbentuknya  masyarakat  adil dan makmur  material dan spiritual di dalam Negara Republik Indonesia yang bersatu dan demokratif.
Sebelum menjelaskan  mengenai sistem ketatanegaraan  Republik Indonesia berdasarkan   Pancasila   dan  UUD   1945  disampaikan   terlebih   dahulu   mengenai struktur ketatanegaraan  pada umumnya.  Istilah struktur ketatanegaraan  di sini adalah terjemahan   dari  istilah  lnggris  "The  Structure  of  Government."   Pada  umumnya struktur  ketatanegaraan   suatu negara  meliputi  dua suasana,  yaitu  :        supra  struktur politik dan  infra struktur politik, yang dimaksud dengan supra struktur politik di 'sini adalah   segala   sesuatu   yang   bersangkutan    dengan   apa   yang   disebut   alat-alat


66


perlengkapan   negara  termasuk   segala  hal yang  berhubungan   dengannya.   Hal-hal yang  termasuk  dalam  supra  struktur  politik  ini adalah   mengenai  kedudukannya, kekuasaan  dan wewenangnya,   tugasnya.  pembentukannya,   serta hubungan  antara alat-alat perlengkapan  itu satu sama lain. Adapun infra struktur politik meliputi lima macam    komponen,     yaitu    :     .komponen    Partai   Politik;     Komponen    golongan kepentingan,   Komponen   alat  komunikasi   politik,  Komponen   golongan  penekan, Komponen tokoh politik.
Praktek ketatanegaraan  Negara Republik  Indonesia  sebelum amandemen  UUD
1945 dapat diuraikan  mengenai  pendapat-pendapat   secara umum yang berpengaruh (dominan)   berpendapat,    UUD   1945  dan  Pancasila      harus   dilestarikan,    upaya pelestarian  ditempuh  dengan  cara  antara  lain tidak  memperkenankan    UUD  1945 diubah. Secara hukum upaya terse but diatur sebagai berikut:
1.    MPR  menyatakan   secara  resmi  tidak  akan  mengubah   UUD  1945 seperti tercantum  dalam  TAP MPR No. I/MPR/1983,  pasal  104 berbunyi  sebagai berikut "Majelis  berketetapan  untuk mempertahankan   UUD  1945 tidak berkehendak   dan    tidak    akan    melakukan      perubahan      serta    akan melaksanakannya   secara murni dan konsekuen."
2.  Diperkenalkannya       "referendum"      dalam    sistem    ketatanegaraan      RI.
Kehendak  MPR untuk mengubah  UUD 1945 harus terlebih dahulu disetujui dalam           sebuah   referendum    sebelum   kehendak    itu   menjelma    menjadi perubahan   UUD.  Referendum   secara  formal  mengatur   tentang  tata  cara perubahan   UUD   1945  secara  nyata.  lembaga  ini justru   bertujuan  untuk mempersempit   kemungkinan  mengubah  UUD  1945 hal ini dapat diketahui pada bunyi konsideran  TAP MPR No. IV/MPR/1983  huruf e yang berbunyi "Bahwa                       dalam    rangka    makin    menumbuhkan     kehidupan    demokrasi Pancasila    dan  keinginan   untuk   meninjau   ketentuan   pengangkatan    1/3 jumlah   anggota  MPR  perlu  ditemukan  jalan  konstitusional   agar  pasal  37
UUD 1945 tidak mudah digunakan untuk merubah UUD 1945. "

Kata "melestarikan"   dan "mempertahankan"   UUD  1945 secara formal  adalah dengan  tidak mengubah  kaidah-kaidah   yang tertulis  dalam pembukaan  UUD  1945 diakui  bahwa  UUD  1945 seperti yang terdapat  didalam  penjelasan  adalah  sebagai berikut:
"Memang   sifat  aturan    itu mengikat  oleh  karena  itu makin  "supel"  (elastic) sifatnya   aturan  itu makin  baik.  Jadi kita  harus  menjaga  supaya  sistem  UUD jangan sampai ketinggalan j aman."
Dari uraian di atas dapat diketahui adanya dua prinsip yang berbeda yaitu :  yang


pertama berkeinginan  mempertahankan,   sedangkan prinsip yang kedua menyatakan UUD   jangan    sampai   ketinggalan   jaman,   yang   artinya   adanya   "perubahan", mengikuti   perkembangan   jaman   dalam  hal  ini  perlu  dicari  jalan   keluar   untuk memperjelas  atau kepastian  hukum dalam ketatanegaraan.  Jalan keluar salah satu di antaranya  bentuk  ketentuan  yang  mengatur  cara melaksanakan   UUD  1945 adalah konvensi.  Konvensi  merupakan      condition  sine quanon  (keadaan  sesungguhnya) untuk melaksanakan   UUD  1945. Untuk melestarikan  atau mempertahankan   UUD
1945 yaitu  agar  UUD  1945 mampu  menyesuaikan   dengan  perkembangan   jaman
sedangkan   larangan   mengubah   UUD   1945  dapat   dilihat   sebagai   aspek   statis
(mandeg) dari upayamempertahankan    atau melestarikan  UUD 1945.

Selain alasan-alasan   di atas kehadiran  konvensi  dalam  sistem  ketatanegaraan
RI, didorong pula oleh :
1.  Konvensi merupakan  sub sistem konstitusi yang selalu ada di setiap negara.

2. Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan  rakyat. Konvensi merupakan          salah   satu  sarana   untuk   menjamin   pelaksanaan    kedaulatan rakyat.
Di dalam memperjelas  mengenai  ketatanegaraan  di Indonesia  pada UUD  1945 sebelum amandemen  dapat dilihat pada bagan lampiran tersendiri,  dan setelah UUD
1945 dilakukan  amandemen  yang pertama  disahkan pada tanggal  19 Oktober  1999, kedua pada  tanggal  18 Agustus  2000.  ketiga  pada  tanggal  9 November   2001  dan keempat pada tanggal  10 Agustus  2002 dari perubahan  atau amandemen  UUD 1945 tampak  terlihat  adanya  perubahan  struktur  ketatanegaraan   RI yang  selanjutnya  di dalam   struktur   setelah   amandemen    adanya   lembaga    baru   yaitu   Mahkamah Konstitusi  dalam  hal ini diatur  ke dalam  UUD  1945 yang  diamandemen   pasal  7B ayat  1-5 yang  intinya  adalah  menyangkut  jabatan   Presiden  dan  Wakil  Presiden. Apablia   Presiden   atau  Wakil  Presiden   melakukan   pelanggaran    hukum   berupa pengkhianatan  terhadap negara, seperti melakukan  korupsi, penyuapan,  dan lain lain harus diajukan terlebih dahulu ke Mahkamah  Konstitusi  untuk diperiksa,  diadili dan diputuskan   seadil-adilnya.    Dalam   hal  ini  DPR  mengajukannya    masalahnya   ke Mahkamah  Konstitusi  selanjutnya  diserahkan  kepada MPR untuk diambil  langkah- langkah selanjutnya  dalam sidang istimewa.
Hubungan  negara dan warga negara serta HAM menurut UUD 1945 dilihat dari sejarah  bangsa  Indonesia   tentang  kewarganegaraan   pada  UndangUndang    Dasar
1945 sebagai mana pasal 26 ayat  1    menentukan  bahwa "Yang menjadi warganegara
ialah orang-orang  bangsa Indonesia  asli dan orang bangsa lain yang disahkan dengan UndangUndang  sebagai warga Negara," sedangkan ayat 2  menyebutkan  bahwa "Syaratsyarat    mengenai   kewarganegaraan    ditetapkan   dengan   UndangUndang."


Mengacu    pada   pembahasan    oleh   Badan   Penyelidik    Usaha-Usaha    Persiapan Kemerdekaan  Indonesia,  masalah  hak asasi manusia  Indonesia  menjadi  perdebatan sengit,  ada yang  mengusulkan   agar  hak  asasi  manusia  dimasukkan   ke dalam  ide tetapi ada juga  yang menolaknya.   Pada akhirnya  antara pro dan kontra tentang hak asasi manusia dimasukkan  dalam UUD dilengkapi  suatu kesepakatan  yaitu masuk ke dalampasalpasal:    27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Yang dimaksudkewajibanasasi adalah   kewajiban    setiap   pribadi   untuk   berbuat   agar   eksistensi    negara   atau masyarakat     dapat    dipertahankan,     sebaliknya    negara    memiliki    kemampuan menjamin  hak asasi warga negaranya.  Mengenai  hak asasi manusia  merupakan  hak yang melekat  pada diri manusia  itu sejak lahir terlihat  dari uraian  di atas mengenai hubungan   antar   negara   dan  warga   negara   rnasing-masing    memiliki   hak   dan kewajiban.







































69


STRUKTUR  KETATANEGARAAN SEBELUM   PERUBAHAN   UUD  1945

MPR UUD  1945





11                     DPR      II                ljPRESIDENll      11                       BPK      II              II            DPA      II                 II          MA       II



STRUKTUR  KETATANEGARAAN SETELAH  PERUBAHAN    UUD 1945


MPR UUD  1945


I
II         BPK      II               II            MA       II                                                                   llKEKUASAAN KEHAKIMANll






II         DPD





II              II





DPR

llPRESIDENll


II             II  WAPRES   II      II      MK    II      II     MA    II      II      KY    II



LEGISLATIF                      EKSEKUTIF                YUDIKATIF




Keterangan  :
MPR = Majelis  Permusyawaratan   Rakyat
DPR = Dewan  Perwakilan  Rakyat UUD = Undang   Undang  Dasar BPK = Badan Pemeriksa  Keuangan DPD = Dewan  Perwakilan  Daerah


MK = Mahkamah  Konstitusi MA=  Mahkamah  Agung KY=  Komisi  Yudisial


C.   MEMAHAMIDINAMIKAPELAKSANAANUUD     1945
Setelah ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945, dalam pelaksanaannya, Undang-Undang Dasar  1945 mengalami masa berlaku dalam dua kurun waktu yaitu:
1.  Kurun waktu pertama sejak tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan tanggal
27Desember1949.
2.  Kurun waktu kedua sejak tanggal 5  Juli  1959 (Dekrit Presiden) sampai sekarang dan ini terbagi lagi menjadi ketiga masa yaitu:  Orde Lama, Orde Barn dan masa Reformasi.
Sedangkan  antara  akhir  tahun  1949 sampai  dengan  tahun  1959 berlaku Konstitusi RIS dan UUDS  1950. Dalam kurun waktu pertama tersebut sistem pemerintahan  negara  menurut  UUD  1945 belum  dapat  berjalan  sebagaimana mestinya, karena pada masa tersebut seluruh potensi bangsa dan negara sedang tercurahkan kepada upaya untuk membela dan mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di mana kondisi pemerintah sedang diwamai gejolak politik dan keamanan. Gejolak tersebut diantaranya terjadi pemberontakan di mana-mana, dan terjadi agresi Belanda kedua.
Pada pelaksanaan UUD  1945 kurun waktu di atas mengenai kelembagaan negara seperti yang ditentukan dalam UUD 1945belum dapat dibentuk sebagaimana mestinya, sehingga sistem pemerintahanya belum dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam kurun waktu  ini sempat diangkat anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara sedangkan MPR dan DPR belum dapat dibentuk sesuai dengan ketentuan pasal IV aturan peralihan, sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk segala kekuasaanya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan Komite Nasional. Berdasarkan ketentuan tersebut Presiden mempunyai kekuasaan yang sangat besar.
Penyimpangan konstitusional yang sangat prisipil yang terjadi dalam kurun waktu ini adalah perubahan Sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer. Atas usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) tanggal  11  November  1945 kemudian disetujui Presiden diumumkan maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 isinya mengenai sistem Kabinet Presidensial menjadi Kabinet Parlementer. Sejak saat ini kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri sebagai pimpinan kabinet. Perdana Menteri dan para menteri baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri bertanggung-jawab kepada BPKNIP yang berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan demikian maklumat pemerintah  tanggal  14 November  1945 jelas  merupakan  penyimpangan  dari ketentuan UUD 1945. Penyimpangan ini sang~t mempengaruhi stabilitas politik


maupun  pemerintahan dalam  kondisi  seperti  ini  kemudian   berdiri  Negara   RIS, dimana  Negara  Indonesia   merupakan   bagian  dari Negara  RIS  tersebut,  secara  de facto Negara RI memiliki  kekuasaan  hanya sebagian pulau Jawa dan Sumatera, pusat pemerintahan  di Yogyakarta.
Negara  federal RIS tidak bertahan lama mulai tanggal  17 Agustus  1950 susunan negara   federal    RIS   berubah    menjadi    susunan   Negara    Kesatuan    RI.   Tetapi menggunakan  UndangUndang   Dasaryang  lain yaitu menggunakan  UUD Sementara
1950, menurut  UUDS   sistem pemerintahan  yang dianut  adalah parlementer   bukan sistem pemerintahan  Presidensial,  pertanggungjawaban   para menteri itu juga kepada parlemen yaitu DPR. Kedudukan  Presiden tidak dapat diganggu gugat. Landasan pemikiran  sis tern pemerintahan  itu didasarkan  kepada Demokrasi  liberal yang dianut oleh  negara-negara    barat  sedangkan   sistem  Presidensial   berpijak   pada  landasan demokrasi  Pancasila  yang  berintikan  kerakyatan  dan Presiden  bertanggung  jawab kepadaMPR.
UUD   1945  merupakan   hukum  dasar  terpilih  yang     bersifat   mengikat   bagi pernerintah,     lembaga    negara,    lembaga   masyarakat    dan   setiap   warga   negara Indonesia,    sehingga   semua   produk   hukum   seperti   UndangUndang.     Peraturan Pemerintah,     serta   kebijaksanaan     Pemerintah    harus    selalu    berdasarkan     dan bersumber  kepada  norma,  aturan dan ketentuan  yang diberlakukan   oleh UUD  1945 di samping hukum  dasar yang tertulis terdapat j uga hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu  aturan-aturan   yang  timbul  dan  terpelihara   dalam  praktek  penyelenggaraan negara   yang   disebut   Konvensi,    di  mana   dalam   pelaksanaannya     tidak   boleh bertentangan  dengan UUD 1945.
Sejak dikeluarkan   Dekrit  Presiden  tanggal  5  Juli  1959. yang  disebabkan  oleh tidak terjaminnya  stabilitas  politik, keamanan  maupun ekonomi,  Konstituante  (hasil Pemilu  1955) yang mempunyai  tugas untuk membuat  UUD pengganti  UUDS  1950 gaga! menyusun  dan menetapkan  UndangUndang  Dasar. Dekrit Presiden  5 Juli 1959 mengandung  beberapa  diktum yang sangat penting, yaitu :
a.  Menetapkan  pembubaran  konstituante.

b.   Menetapkan  UndangUndang  Dasar 1945 berlaku lagi.

c.   Pembentukan   MPRS  yang terdiri  atas anggota-anggota   Dewan  Perwakilan Rakyat  ditambah  utusan-utusan  dari daerah-daerah  dan golongan  serta DPA sementara  segera diselenggarakan   sidang.
Masa  antara  tahun  1959 sampai  1965 (Orde  Lama)  lembaga-lembaga   negara belum   dibentuk   seperti   ;    MPR,   DPR.  DPA.  dan  Badan   Pemeriksa   Keuangan sebagaimana   yang  ditentukan  oleh UUD  1945.   Lembaga-lembaga    tersebut  di atas


sifatnya  masih  sementara   dan  fungsinya  juga  belum  sesuai  dengan  UUD   1945 misalnya:
1.   Presiden   telah   mengeluarkan    produk-produk    legislatif   yang   mestinya berbentuk   UndangUndang     (dengan    persetujuan    DPR)    dalam   bentuk penetapan  Presiden tanpa persetujuan  DPR.
2.  MPRS  melalui  ketetapan   MPR  No.  II/MPRS/1963   mengangkat   Presiden Soekamo   seumur   hidup   disini   bertentangan    dengan   UUD   1945  yang menyatakan  masa j abatan Presiden 5 tahun dan sesudahnya  dipilih kembali.
3.  Hak budjet  DPR tidak berjalan  karena pemerintah  tidak mengajukan  RUU APBN  untuk  mendapatkan   persetujuan   DPR.  Bahkan  pada  tahun  1960, karena DPR tidak menyetujui  RAPBN yang diajukan oleh pemerintah  maka, Presiden lalu membubarkan  DPR.
4.  Kekuasaan  peradilan  menjadi tidak bebas campur tangan pemerintah  hal ini terlihat   dalam   UndangUndang    No.   19  tahun   1964  tentang   ketentuan- ketentuan  pokok kekuasaan  kehakiman  dimana pasal  19 menyatakan  bahwa Presiden dapat turun atau campur tangan dalam soal-soal peradilan.
Beberapa  akibat kasus penyimpangan  UUD 1945 tersebut membawa  buruknya keadaan   politik   dan  keamanan   serta  kemerosotan   dibidang   ekonomi.   Keadaan demikian  mencapai  puncaknya  pada pemberontakan   G-30-S  PKI yang gagal pada tahun 1965.
Kurun  waktu  Orde  Barn  tahun   1966  sampai   1998 yang  mempunyai   tekad melaksanakan  Pancasila  dan UUD  1945 secara mumi  dan konsekuen.  Karena telah terbukti bahwa pemberontakan  G- 30-S yang didalangi oleh PKI maka rakyat menghendaki   dan  menuntut   PKI  dibubarkan Namun  pada  waktu  itu  pimpinan negara tidak mau memenuhi  tuntutan rakyat sehingga timbul "situasi konflik" antara rakyat satu pihak dan Presiden di lain pihak. Keadaan di bidang politik, ekonomi, dan keamanan  semakin  tidak terkendali,  oleh karena  itu rakyat  dengan  dipelopori  oleh pemuda/mahasiswa    menyampaikan   tuntutannya  yaitu  Tri Tuntutan  Rakyat (TRITURA)  yaitu:
1.  Bubarkan PKI.

2. Bersihkankabinetdari    unsur-unsur  PKI.
3. Turunkan harga-harga  I perbaikan ekonomi.

Gerakan TRITURA  semakin meningkat  sehingga Presiden mengeluarkan  Surat Perintah Sebelas Maret  1966 kepada Letnan Jenderal TNI Soeharto, dengan lahimya SUPERSEMAR  oleh rakyat dianggap sebagai lahimya Orde Baru.


Dengan   berlandaskan    pada   Surat   Perintah    11     Maret    1966,   pengemban SUPERSEMAR    pada  tanggal   12   Maret   1966  membubarkan    PKI  dan  ormas- ormasnya.   Dalam  masa  ini  telah  dapat  berhasil  melaksanakan    Undang-Undang Dasar  1945 dalam hal pembentukan   lembaga-lembaga  Negara  dan lain-lain,  namun perkembangan     lebih   lanjut   Orde   Baru   di   dalam   melaksanakan     kekuasaan negara/pemerintah,      sejalan    dengan    proses    yang    dihadapi    ternyata    terjadi penyimpangan-penyimpangan        yang    terlihat    kepada    pelaksanaan     kekuasaan pemerintah   mengarah   otoriter.   Dari  pemerintah   otoriter   ini  muncul   terjadinya konflik horisontal  maupun vertikal yang diakhiri oleh lengsernya  Presiden  Soeharto tanggal 21 Mei 1998, kemudian beralih kepada Pemerintah  reformasi.
UUD 1945 pada masa era globalisasi  yang ditandai oleh reformasi  berawal dari ketetapan MPR RI No. IV /MPR/1999  tentang GBHN kemudian  disusul oleh TapTap MPR yang lain. Dari segi pengembangan  hukum terlihat pada Tap MPR No. III/MPR/2000  tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan  perundangan.
Sejak adanya perubahan  I amandemen UUD 1945 yang pertama tersirat materi muatan konstitusi hanya diatur dalam UUD 1945 kemudian amandemen tersebut sampai perubahan keempat, secara lengkap proses arnandemen pasal-pasal dimaksud dapat diperhatikan pada lampiran. Di dalam era reformasi ini Pancasila tetap dipertahankan sebagai Dasar Negara dan Pancasila sebagai idiologi nasional yang merupakan cita-cita dari tujuan negara. Di dalam pengembangan lebih lanjut bahwa Pancasila sebagai paradigma yaitu merupakan pola pikir atau kerangka berpikir, di sini menunjukkan bahwa pembukaan UUD  1945 memiliki peranan penting yang menjadi satu kesatuan bersama UUD 1945. Menyangkut perubahan I amandemen UUD 1945 dimaksud di antaranya adalah untuk menghadapi perkembangan yang begitu cepat terjadi di dunia ini.





BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam mengembangkan wawasan mengenai bentuk pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.


Sumber: http://ahmadnasher.staff.gunadarma.ac.id


0 komentar:

Posting Komentar