Senin, 02 Mei 2016

Sejarah Pembinaan dan Perhimpunan Hadits




MAKALAH
SEJARAH PEMBINAAN DAN PENGHIMPUNAN HADITS

Disusun oleh :                                        
Ahmad Ilham S, Ayu Laila Y, Lilik Yuliani, Pratiwi Wulan A. - STAIN Kediri 2014



Editor:
Tim Makalah-makalah.com



                                                           Kata Pengantar
            Alhamdulillah puji syukur penulis munajatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT meridhoi-Nya. Amin
            Makalah ini membahas tentang  “Sejarah Pembinaan Dan Penghimpunan Hadits“ . Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membaca dan mempelajarinya. Sebelumnya penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang dapat membangun demi perbaikan dimasa depan.




                                                                                 Kediri,  September 2014
                        
                                                                                              penulis
                                                                          BAB I
                                                                 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Istilah hadits memang sudah tidak asing didengar dikalangan mahasiswa dan masyarakat. Tetapi tidak banyak yang tahu tentang periodisasi / perkembangan ilmu hadits itu bagaimana.  Di kalangan masyarakat banyak yang belum tahu seperti apa hadits yang sesungguhnya, bahkan di kalangan mahasiswa banyak pula yang mengetahui jenis hadits namun mereka tidak cakap menghafal dan menulis hadits dengan benar. Hal itulah salah satu penyebab sering terjadinya kesalahan dalam memilah hadits asli atau palsu.
      Dalam makalah ini akan dijelaskan Periodisasi perkembangan hadits,cara penghafalan dan penulisan hadits yang benar,ragam penghimpun hadits, serta ciri-ciri pemalsuan hadits dan upaya penyelamatan hadist. Dengan tujuan agar  pembaca mengetahui periodisasi perkembangan hadist, cara menghafal dan menulis hadits yang benar, ragam penghimpun hadits, dan agar pembaca bisa membedakan antara hadits asli dan palsu serta mengetahui upaya penyelamatannya.
Semoga makalah ini bisa memberikan pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca. Untuk itu seperti kata pepatah mengatakan “Tiada gading yang tak retak”. Kami menunggu pesan dan saran dari anda untuk menjadi bahan perbaikan makalah, bagi kami sebagai tim penyusun.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana periodisasi perkembangan hadits?
2.      Bagaimana penghafalan dan penulisan hadits dalam masa periodisasi hadits?
3.      Apa saja ragam penghimpunan hadits?
4.      Bagaimana ciri-ciri pemalsuan hadits dan upaya penyelamatan hadits?
5.      Bagaimana tanda-tanda hadits palsu ?

1.3  Tujun Pembahasan
1.      Diharapkan mahasiswa mengetahui periodisasi perkembangan hadits.
2.      Diharapkan mahasiswa bisa mengetahui cara penghafalan dan penulisan hadits
3.      Diharapkanmahasiswa mengetahui ragam penghimpunan hadits
4.      Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui cirri-ciri hadits palsu dan dapat mengetahui bagaimana cara penyelamatan hadits.

                                                                     BAB II
                                                              PEMBAHASAN

1. Sejarah Pembinaan Dan Penghimpunan Hadits
-  Periodisasi Perkembangan Hadits[1]
Masa pertama : masa wahyu dan pembentukan hukum serta dasar-dasarnya dari permulaan nabi dibangkit hingga beliau wafat pada tahun 11 H. (dari 13 S.H – 11 H)
Masa kedua : masa membatasi riwayat, masa Khulafa Rasyidin (12 H – 40 H)
Masa ketiga : masa berkembang riwayat  dan perlawatan dari kota ke kota untuk mencari hadits, yaitu masa sahabat kecil dan tabiin besar (41H – akhir abad pertama H)
Masa keempat : masa pembukun hadits (dari permulaan abad ke 2 H – akhir)
Masa kelima : masa menapis kitab-kitab hadits dan menyusun kitab-kitab jami yang khusus ( dari awal abad ke 4 – jatuhnya Baghdad tahun 656 H)
Masa ke enam : masa membuat syarah, membuat kitab-kitab takhrij, mengumpulkan hadits-hadits hukum dan membuat kitab-kitab jami yang umum serta membahas hadits-hadits zawa-id ( 656 H – dewasa ini ).

A.    Hadits Dalam Periode Pertama ( Masa Rasul )
1. Masa pertumbuhan hadits dan jalan-jalan para sahabat memperolehnya
    Rasul hidup di tengah-tengah masyarakat dan para sahabatnya. Mereka dapat bertemu dan bergaul dengan beliau secara bebas. Tak ada ketentuan protocol yang menghalangi mereka bergaul dengan beliau. Yang tidak di benarkan, hanyalah mereka langsung msuk ke rumah nabi, di kala beliau tak ada dirumah, dan berbicara dengan para istri nabi, tanpa hijab.
Seluruh perbuatan nabi,demikian juga seluruh ucapan dan tutur kata beliau menjadi tumpuan perhatian para sahabatdan dijadikan pedoman hidup.
Berdasarkan kepada kesungguhan meniru dan meneladani beliau bergant-gantilah para
sahabat yang jauh rumah dari masjid.
Kabilah-kabilah yang tinggal jauh dari kota madinah selalu mengutus salah seorang anggotanya pergi mendatangi nabi untuk mempelajari hukum-hukum agama.
Para sahabat menerima hadits atau syariat dari Rasul SAW adakalanya langsung dari beliau sendiri, yakni mereka langsung mendengar sendiri dari nabi, baik karena ada sesuatu soal yang dimajukan oleh seseorang lalu nabi menjawabnya ataupun karenan nabi sendiri yang memulai pembicaraan.
2.      Para sahabat tidak sederajat dalam mengetahui keadaan Rasul
       Semua sahabat, umumnya menerima hadits dari Nabi SAW. Dalam pada itu, Para sahabat  tidak sederajat dalam mengetahui keadaan Rasul SAW ada yang tinggal di kota, disusun, berniaga, bertukang, ada yang sering berada di kota, ada pula yang sering bepergian.
Ceramah terbuka diberikan beliau hanya pada tiap-tiap hari jum’at, hari-hari raya dan waktu-waktu yang tidak di tentukan, jika keadaan menghendaki.
3.   Para sahabat yang banyak menerima pelajarandari Nabi
a.       Yang mula-mula masuk islam yang dinamai as sabiqunal awwalun seperti khulafa empat dan Abdullah ibnu mas’ud.
b.      Yang selalu berada disamping nabi dan bersungguh – sungguh menghafalnya,seperti Abu hurairah.Dan yang mencatat seperti Abdullah ibn Amer ibn ‘ash
c.       Yang lama hidupnya sesudah nabi, dapat menerima hadits dari sesame sahabat, seperti anas ibn malik dan abdullah ibn abbas.
d.      Yang erat hubugannya dengan nabi, yaitu : ummahul mu’minin, seperti aisyah dan ummu salamah.

B.     Hadits Dalam Periode Ke Dua ( Masa Khulafa Rasyidin-Masamembatasi Riwayat )
1.   Sikap sahabat terhadap usaha mengembangkan hadits sebelum dan sesudah nabi wafat
     Diberitahukan oleh Abu Daud dan At Turmudzy dari riwayat Zaid bin Tsabit, bahwa Rasulullah bersabda yang artinya:”mudah-mudahan Allah mengindahkan seseorang yang mendengar ucapanku, lalu dihafalkan dan dipahamkan dan disampaikan kepada orang lain sebagai yang dia dengar karena banyak sekali orang yang disampaikan berita kepadanya, lebih faham daripada yang mendengarnya sendiri`”[2]
      Kata Al Mudhhiry, Nabi berkata, walaupun hanya seayat. Beliau tidak katakana walaupun sehadits, karena perintah menyampaikan dapat dipahkan dari hadits ini dengan jalan aulawiyah (lebih patut/lebih perlu), lantaran ayat Al-qur’an walaupun sudah banyakpendukungnya, Allah endiri telah menjamin terpelihara, hilang, dan rusak.[3] 
      Majelis-majelis nabi tidaklah hanya dihadiri orang-orang lelaki saja, bahkan banyak juga orang-orang perempuan yang daang ke masjid dan petemuan-pertemuan umum, untuk mendengar sabda dan ucapan-ucapan nabi. Nabi sendiri sering mempergunakan waktu yang khusus untuk memberikan pelajaran kepada para wanita.
      Lantaran itu para wanita shahabiyah juga turut mempunyai saham yang besar dalam mengembangkan hadits. Dalam hal ini ummuhatul-mu’minin memegang peranan yang penting dalam menerima dan menyampaikan hadits kpada masyarakat umum.

C.    Hadits Dalam Periode Ketiga ( Masa Sahabat Kecil Dan Tabi’in Besar )
1.      Masa Berkembang Dan Meluas Periwayatan Hadits
      Sesudah masa ‘Utsman dan ‘Ali timbullah usaha yang lebih sering untuk mencari dan menghafal hdits serta menyebarkannya ke dalam masyarakat luas dengan mengadakan perlawatan-perlawatan untuk mencari hadits.
Pada tahun 17 H tentara islam mengalahkan Syria dan Iraq. Pada tahun 20 H mengalahkan mesir. Pada tahun 21 H mengalahkan Persia. Pada tahun 56 H tentara islam sampai di Samarkand. Pada tahun 93 H tentara islam menaklukan Spanyol.
Para sahabat berpindah  ke tempat-tempat itu. Karnanya kota-kota merupakan perguruan tempat mengajar Al-Qur’an dan Al-Hadits tempat mengeluarkan sarjana-sarjana tabi’in hadits. 

2.      Lawatan Para Sahabat Untuk  Mencari Hadits
      Menurut riwayat Al Bukhari, Ahmad Ath Thabarany dan Al Baihak Jabir pernah pergi ke Syam, melakukn perlawatan sebulan lamanya, untuk menanyakan sebuah hadits yang belum pernah di dengarnya,pada seseorang shahaby yang tinggal di syam, yaitu Abdullah Ibn Unais Al Anshary .
Dengan masuknya hadits kedalam fhase ini, mulailah dia di sebarkan dan mulailah perhatian di berikan trhadapnya dengan sempurna.


D.    Hadits Dalam Periode Ke Empat ( Masa Pembukuan Dan Pengumpulan Hadits )
1.      Sebab-sebab seorang tabi’y dan tabi’it tabi’y dapat meriwayatkan hadits
      Oleh karena para tabi’in dan tabi’it tabi’in mengambil hadits dari banyak sahabat dan dari sesamanya, maka jumlah riwayat seorang tabi’i, biasanya lebih banyak dari seorang shahaby dan riwayat tabi’it tabi’y, lebih banyak dari tabi’y.
      Menurut perhitungan al abhary, jumlah hadits-hdits al muwathatha baik marfu’ maupun mauquf ataupun maqthu’adalah 1726 buah. Yang musnad diantaranya berjumlah 600buah. Yang mursal 228 buah, yang mauquf 613 buah, dan yang maqthu 285buah.

2.   Hadits Dalam Masa Ke Lima ( Dari Awal Abad IV Hingga Tahun. 656 H )
(Masa tahdzib, istidrak,istikhraj,menyusun jawami, zawaid,  dan athraf)
1.   Mutaqaddimin dan mutaakhkhirin
     Ulama-ulama hadits dalam abad ke-2 dan ke-3, di gelari mutaqaddimin yang mengumpulkan hadits dengan semata-mata berpegang kepada usha sendiri dan pemeriksaan sendiri, dengan menemui para penghafalnya yang tersebar di setiap plosok dan penjuru negara Arab, Parsi dan lain-lain.
Maka setelah abad ke-3 berlalu bangkitlah pujangga-pujangga abad ke-4. Ahli abad ke-4 ini dan seterusnya di gelari mutaakhkhirin. Kebanyakan hadits yng mereka kumpulkan adalah petikan atau nukilan dari kitab-kitab mutaqaddimin, sedikit saja yang di kumpulkan dari usaha mencari sendiri kepada para penghafalnya.                  
     Dengan usaha-usaha Al Bukhari, muslim dan imam-imam lain di seluruh ahli abad ke-3, terkumpulah jumlah yang sangat besar dari hadits-hadits yang shahih yang tak terkumpul dalam kitab-kitab ahli hadits abad ke-3.

3.   HADITS DALAM MASA KE ENAM ( 656 H SAMPAI SEKARANG )
1.   India dan Mesir Memegang Peranan Penting Dalam Perkembangan Hadits
     Mulai dari Bagdad di hancurkan oleh hulagug khan, berpindahlah kegiatan perkmbagan hadits ke Mesir dan India. Dalam masa ini banyaklah kepala-kepala pemerintahan yang berkecimpung dalam bidang ilmu hadits seperti Al Barquq.
     Di samping itu tak dapat di lupakan usaha ulama-ulama india dalam mengembangkan kitab-kitab hadits. Banyak benar kitab-kitab haditsyang berkembang dalam masyarakat umat islam dengan usaha penerbitan yang di lakukan oleh ulama-ulama India. Merekalah yang menerbitkan kitab ulumul hadits karangan Al Hakim .

2.   Jalan-jalan yag ditempuh dalam masa ini
    Jalan-jalan yang di tempuh oleh ulama-ulama dalam masa ke tujuh, ialah menertibkan isi kitab-kitab hadits, menyaringnya dan menyusun kitab-kitab takhrij, serta membuat kitab-kitab jami’ yang umum, kitab-kitab yang mengumpulkn hadits hukum, mentakhrijkan haits-hadits yang terdapat dal beberapa kitab, mentakhrijkan hadits-hadits yang terkenal dalam masyrakat dan menyusun kitab athraf. 

2.   Penghafalan dan Penulisan Hadits
1.   Sebab-sebab hadits ditulis setiap-tiap Nabi menyampaikannya
     Semua penulis sejarah Rasul, ulama hadits dan umat islam sependapat menetapkan bahwa al-qur’anul karim memperolehperhatian yang penuh dari Rasul dan dari para sahabat. Rasul memerintahkanpara sahabat untuk menghafal Al-qur’an dan menulisnya dikepingan-kepingan tulang, di pelepah korma, di batu-batuan dan lain-lain. Di ketika Rasulullah wafat, Al-qur’an telah di hafal dengan sempurna dan telah lengkap ditulis, hanya yang belum dikumpulkan dalam sebuah mushhaf saja.
    Hadits dan sunah, walaupun merupakan sumber yang penting, dia tidak dituliskan secara resmi, tidak diperhatikan orang menulisnya, seperti perintah menuliskan Al-qur’an.
2.   Kedudukan Usaha menulis Hadits di masa Nabi SAW
     Riwayat-riwayat yang benar ada menceritakan bahwa sebagian sahabat mempunyai lembaran-lembaran yang tertulis hadits. Mereka bukukan di dalamnya sebagian hadits yang mereka dengar dari Rasul SAW. 
3.   Pembatalan Larangan menulis hadits
     Kebanyakan ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadits yang di nashkan oleh hadits Abu sa’id, dimansukhkan dengan izin yang dating sesudahnya.
Sebagiam ulama yang lain berpendapat bahwa larangan menulis hadits tertentu terhadapmereka dikhawatirkan akan mencampur adukan hadits dengan AL-qur’an. Izin hanya diberikan kepada mereka yang tidak dikhawatirkan mencampur adukan hadits dengan Al-qur’an. Pembukuan resmi seperti halnya Al-qur’an, dan keizinan itu diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunnah untuk diri sendiri.
4.   Pegangan sahabat dalam menghafal hadits
     Para sahabat dalam menerima hadits dari nabi, Berpegang kepada kekuatan hafalannya, yakni menerimanya dengan jalan hafalan bukan dengan jalanmenulis. Sahabat-sahabat Rosul yang dapat menulis sedikit sekali. Mereka mendengar hati-hati sekali apa yang Rasul sabdakan. Lalu tergambarlah lafal atau makna itu dalam dzihin mereka. Mereka melihat apa yang Rasul kerjakan, dan mereka mendengar pula dari orang yang mendengarnya sendiri dari Rasu. Para sahabat menghafal hadits dan meyampaikannya kepada orang lain secara hafalan pula. Hanya beberapa orang sahabat saja yang mencatat hadits yang didengarnya dari Nabi.
           
3.Penghimpunan Hadits
- Pembukuan Hadits
  Sebagai disebutkan dalam sejarah pembukuan (tadwin) hadits bahwa pembukuan ini, yang secara resmi diprakarsai omar Ibn Abdul Aziz, dilatarbelakangi oleh kekhawatiran hilangnya hadits Nabi bersama dengan gugurnyanya para ulama penghafal hadits. Sekiranya upaya ini tidak diambi, akan sulit dilacak, apakah sebuah informasi itu hadits. Upaya ini sangat berharga untuk langkah selanjutnya . dalam langkah selanjutnya dapat kita lihat bahwa pembukuan hadits itu semakin lama semakin sesuai harapan. Contohnya Imam al-Bukhari dan muridnya, Imam Muslim membukukan hadits hanya yang shahih saja.
-    Pembentukan ilmu-ilmu hadits
Ilmu ini menelusuri berbagai bidang
      1)      Bidang kualitas periwayata. Dari sini akan diketahui apakah seorang periwayat tercela (majruh), sehingga haditsnya harus ditolak, atau terpuji (adil), sehingga haditsnya layak disebarkan.
      2)      Bidang persambungan sanad. Di sini ditelusuri apakah mata rantai sebuah hadits itu telah benar. Artinya, apakah seorang periwayat benar-benar bertemu dengan periwayat generasi sebelum dan sesudahnya apa tidak.
      3)      Bidang jalur periwayatan. Artinya, para ulama hadits berkepentingan mengetahui matan sebuah hadits diriwayatkan melalui berapa jalur.
      4)      Bidang sandaran hadits. Di bidang ini diadakan penelusuran, kepada siapa sebuah hadits disandarkan.
-    Menghimpun Biografi Para Periwayat Hadits
    Untuk mengetahui kualitas periwayat, baik yang pantas disiarkan hadistnya maupun yang dicatat, perlu ilmu untuk menelusuri riwayat hidup mereka. Ilmu ini juga akanmembantu member informasi apakah sebuah mata rantai hadits, masing-masing orang yang disebut dalam sanad hadits saling bertemu. Dari sini muncul ilmu Rijal al-Hadits, sekalius muncul kitab-kitab biografi.

-    Perumusan Istilah-istilah Hadits (Musthalah al-Hadits)
    Intinya, Musthalah hadits merupakan ilmu pemberian istilah kepada hasil penelusuran hadits sebagai yang tercantum dalam ilmu-ilmu hadits. Setelah penelusuran itu selesai maka hadits itu diberi nama mutawatir,ahad, masyhur dan lain sebagainya. Disebabkan hadits yang diriwayatkan sangat banyak ada kalanya periwayatan “penyandaran”,  melahirkan istilahnya sendiri- sendiri. Seperti ada nama lain hadits mursal, munqathi’ maudhu’, mudhtharib, mudallas,syadz, dan lain sebagainya. 

4.  Bagaimana ciri-ciri pemalsuan hadits dan upaya penyelamatan hadits
              4.1. Pemalsuan hadis
-   Mulai Timbul Pemalsun Hadits
    Sesudah Ali r.a wafat mulai munculah orang-orang yang memalsukan hadits. Tahun   40H mulai batas yang memisahkan antara masa terlepas hadits dan pemalsuan, dengan masa mulai munculnya pemalsuan hadits. Sejak dari timbul fitnah di akhir masa ‘Utsman r.a ummat Islam pecah menjadi beberapa golongan.
Pertama golongan ‘Ali ibn Abi Thali, yang kemudian dinamakan golongan “Syiah”.
    Kedua golongan ‘Ali Khawarij, yang menentang Ali dan Mu’awiyah.
Ketiga golongan Jumhur (golongan pemerintah pada masa itu).
Terpecahnya umat Islam kepada golongan-golongan tersebut, didorong kepentingan dan keperluan golongan, mereka mendatangkan keterangan-hujjah untuk mendukung. Maka bertindaklah mereka membuat hadits-hadits palsu dan menyebarkannya kepada masyarakat.
    Mulai saat itu terdapatlah riwayat-riwayat yang palsu di antara riwayat yang shahih. Mula-mula mereka memalsukan hadits mengenai orang yang mereka agung-agungkan. Dan yang mula-mula melakukan melakukan pekerjaan sesaat ini ialah golongan Syi’ah sebagai yang diakui sendiri oleh ibn Abil Hadid, seorang ulama Syiah dalam kitabnya Nahyul Balaghah, dia menulis, “ Ketahuilah bahwa asal mula timbul hadits yang menerangkan keutamaan pribadi-pribadi adalah dari golongan syiah sendiri.”
    Perbuatan mereka ini didatangi oleh golongan sunnah (jumhur) yang bodoh-bodoh. Mereka juga membuat hadits untuk mengimbangi hadits-hadits yang dibuat oleh golongan Syi’ah itu.[4]Maka dengan keterangan-keterangan ini nyatalah bahwa kota yang mula-mula mengembangkan hadits-hadits palsu (maudlu) ialah Baghdad (kaum syiah berpusat di sana).

4.2. Sebab-Sebab Pemalsuan Hadits
-          Pertentangan Politik
       Sebelum munculnya berbagai aliran dalam Islam, persoalan yang pertama kali muncul adalah perebutan kekuasaan, yang menyebabkan terbunuhnya Usman bin Affan dan Ali ibn Abu Thalib. Perang Jamal di masa Ali r.a memegang jabatan khalifaf juga tidak lepas dari persoalan politik. Untuk pembelaan eksistensi masing-masing kelompok yang berebut kekuasaan ternyata diperlukan pemalsuan hadits.
       Untuk menarik simpati golongannya, kaum syi’ah menciptakaanhadits tentang kelebihan Ali, karena dalam doktrin Syi’ah, Ali ra adalah orang yang paling pantas menggantikan Rasulullah saw. Sebagai pemimpin, baik agama maupun pemerintahan.
Sebagai berikut contoh hadits palsu         :
1.“Mencintai ‘Ali,adalah seuah kebaikan yang tidak akan tenoda oleh keburukan, membencinya adalah keurukan yang tidak apat di tebus oleh kebaikan”[5]
2.“Hai Ali, sesungguhnya Allah mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tuamu, ahlimu, kelompokmu, dan orang-orang yang mencintaimu.”[6]
-    Perbedaan Mazhab
    Seperti halnya persoalan politik yang dapat menyulu minat pemalsuan hadits, pertikaian pendapat  mazhab kalam dan fiqh uga sama. Misalnya hadits yang dicipta untuk menghantam Mu’tazilah: “Semua yang dilangit dan di bumi dan yang diantaranya adalah makhluk, kecuali AlQur’an… akan dating kaum dari umatku yang berkata bahwa Al-Qur’an itu makhluk. Barang siapa berkata begitu bearti kafir kepada Allah dan cerai dengan isterinya ketika itu juga,”[7]
    Dalam mazhab Fiqh, kaum yang membenci Imam Syafi’i menciptakan hadits yang artinya :”Akan lahir di kalangan umatku kelak seorang pria yang bernama Muhamad ibn Idris, ia lebih berbahaya ketimbang iblis.” Dan seterusnya.”[8]

-          Cinta kebaikan serta bodoh agama
       Ada ulama yang membolehkan “rekayasa” hadits untuk menganjurkan orang mengamalkan beberapa fadhilah dan anjuran ibadah serta melarang maksiat,tetapi tidak sampai menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.
Sebagian orang shahih dan ahli zuhud melihat bahwa banyak orang terlalu sibuk mengurus kesenangan dunia dn mengabaikan kebahagiaan akhirat. Untuk mengatasinya, mereka membuat hadits “ancaman dan khabar gembira”. Mereka sadar bahwa menjatuhkan martabat nabi itu di larang. Tetapi menurut mereka bohong memalingkan orang dari kesenangan dunia tidak dipandang sebagai menjatuhkan martabat nabi, tetapi justru membantu missi Nabi.[9]
-          Zandaqah
       Zandaqah adalah rasa dendam yang bergelimangan dalam hati sanubari golongan yang tidak menyukai kebangunan Islam dan kejayaan pemerintahnnya. Oleh umat yang merasa Islam memberinya kemerdekaan berfikir, berusaha dan diperoleh kehormatan aqidah, hal itulah yang membuat para umat berbondong-bondong untuk masuk dalam agama Islam. Keadaan seperti inilah yang membuat sakit hati orang yang menaruh dendam terhadap islam dan kekuasaanya, maka karena mereka tidak mendapatkan jalan dalam merobohkan kedaulatan Islam, mereka berupaya mengeruhkan Islam dan menghilangkan kejernihannya dengan cara membuat hadits-hadits palsu dengan tujuan memperkeruh keadaan hadits , berangsur-angsur rusaklah kepercayaan dan terpecah belahlah pengikut-pengikutnya.
       Mereka mengusahakan tipu muslihatnya dengan berbagai jalan antara lain menyisipkan hadits tasyayyu’(hadits yang membangkitkan fanatik kepada seseorang), hadits-hadits tashauwuf (benci kepada dunia) dan dengan jalan falsafah. Semua itu mereka maksudkan untuk menimbulkan kecederaan dan kerusakan dalam perumahan Islam.
contoh hadits yang berhasil mereka maksudkan, antara lain        :
1.“Bahwasanya Allah di kala menjadikan huruf, bersujudlah ba, dan tegak berdirilah alif”
2.“melihat (memandang) kepada muka yang indah,adalah ibadah”
3.“Buah terong itu, penawar segala penyakit”

Golongan-golongan yang memalsukan hadits :
1.   Zanadiqah (orang-orang zindiq)
2.   Penganut-penganut bid’ah
3.   Orang-orang yang dipengaruhi fanatic kepartaian
4.   Orang-orang yang ta’ashshub kepada kebangsaan, kenegrian, dan keimanan.
5.   Orang-orang yang dipengaruhi ta’ashshub madzhab
6.   Para qushshash (ahli riwayat dongeng)
7.   Para ahli tashauwuf zuhhad yang keliru
8.   Orang-orang yang mencari penghargaan pembesar negeri
9.   Orang-orang yang inginmemegahkan dirinya dengan dapat meriwayatkan hadits hadits yang tidak diperoleh orang lain.[10]

5.      Tanda-Tanda Hadits Palsu
       Sebagai telah dijelaskan dimuka bahwa hadits itu terdiri atas mata rantai periwayatan (sanad) dn matan, maka kepalsuan sebuah hadits dapat diketahui dari segi sanad dan dari segi matan.

5.1. Kepalsuan pada sanad
1)      Bila disebuah hadits terdapat periwayatan yang dikenal sebagai seorang pembohong tanpa ada orang mau mengambil hadits darinya. Sifatnya sebagai pembohong itu dapat diketahui dari biodatanya.
2)      Pemalsuan hadits mengaku sendiri, seperti, pengakuan Abdul Karim ibnal-Awja’ yang di dalam berbagai kitab Ulum al-Hadits diterangkan bahwa dirinya telah membuat hadits palsu tidak kurang dari 4000hadits.
3)      Terdapat indikasi yang menunjukan bahwa seorang periwayat adalah pembohong. Misalnya, periwayatan mengaku menerima hadits dari seorang guru, padahal mereka tidak pernah bertemu dengan guru tersebut atau guru yang dimaksud telah wafat.indikasi lain adalah, seorang periwayat mengaku menerima hadits dari ulama di sebuah negeri, padahal ia tidak pernah pergi ke negeri yang dimaksud.[11]

5.2. Kepalsuan pada Matan  
1)      Kelemahan lafaz yang terdapat dalam matan.
2)      Kelemahan kandungan hadits. Artinya, kandungan hadits bertentangan temuan rasional, tanpa ada kemungkinan takwil. Misalnya dalam hadits yang mendorong syahwat “Melihat wajah cantik termasuk ibadah.”  Dan contoh hadits yang bertentangan dengan ilmu kedokteran “Terong adalah obat semua penyakit.”[12]
3)      Bertentangan dengan nas Al-Qur’an atau hadits Mutawatir. Hadits yang mengatakan “Anak hasil zina tidak akan masuk surge hingga tujuh turunan” bertentangan dengan ayat “seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain”.
5.3.   Upaya Penyelamatan Hadits
-          Kewaspadaan terhadap Pemalsuan Hadits
Dimasa sahabat telah muncul kritik terhadap hadits yang dibawa oleh sesame sahabat.
Dimaksudkan untuk menjaga agar haditsyang berasal dari nabi itu tidak dipalsukan. Misalnya sikap aisyah r.a Ummul Mukmin, ketika mendengar hadits yang menyatakan bahwa orang mati itu diazab Tuhan karena ditangisi keluarganya. Hadits itu berbunyi “… Sesungguhnya mati itu diazab karena tangis keluarganya…”)
       Ia menolak hadits ini dan menjelaskan persoalan tersebut dengan nada Tanya, “Adakah kalian lupa firman Allah, ‘tidakkah seseorang menanggung dosa orang lain “…Seseorang tidak akan menanggung/memikul dosa orang lain).
Dalam hal itu hadits diluruskan dengn ungkapan, “seorang mati sedang disiksa, bersama itu keluarganya meratapinya.” Artinya, tidak ada hubngan kausa antara tangis keluarga dengan azab atas mati. Sebaliknya, Siti Aisyah mengakui bahwa Rasulullah pernah mengatakan bahwa Allah akan menambah siksaan atas orang kafir karena tangis keluarganya. Menurut Muhammad al-Ghazali,[13]penambahan siksa ini sejalan dengan firman yang artinya “…agar mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sepenuhnya, pada hari kiyamat,dan sebagian dosa orang-orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka telah disesatkan). Sungguh amat buruk dosa yang mereka pikul itu. (Al-Nahl:25).
       Al-Baihaqi mengutip riwayat al-Barra, seorang sahabat “Tidak semua kami mendengar hadits langsung dari Rasulullah saw. Kami mempunyai pekerjaan dan kesibukan. Tetapi tidak ada yang bohong. Siapa yang hadir di majlis Nabi akan menyampaikan (apa yang dikatakan oleh nabi) kepada yang tidak hadir di majlis itu.” Sementara, Qatadah menuturkan periwayatan anas yang menuturkan hadits kepada teman-temannya. Maka seseorang bertanya “Apakah engkau mendengar sendiri hadits itu dari Rasulullah saw?” Ia menjawab “Ya”, atau hadits itu dituturkan kepadaku oleh orang yang tidak dusta. Demi Allah kami tidak pernah bohong, dan kami tidak mengenal bohong.”[14]  Sebuah hadits “Telah bersabda Rasulullah…” tetapi Ibn Abbas tidak memperdulikannya dan tidak melihatnya pula. Basyir bertanya, “Hai Ibn abbas, mengapa engkau tidak mendengar hadits yang saya bawa, pada hal, saya mengatakan kedapa engkau tentang Rasul?” Ibn Abbas menjawab,”Dahulu kami mendengar ada orang berkata-kata Rasulullah saw.’mata kita cepat-cepat tertuju kepadanya, dan telinga kita mendengarkannya. Tetapi setelah orang merasa ringan berbohong, maka kami tidak mengambil dari mereka kecuali yang kami ketahui.”[15]
       Kalau kita mengamati masa pembukuan hadits hingga lahirnya kitab hadits tertua yang dapat kita dapati (Al-Muwattha’) dimana Imam Malik, penulisnya sempat menyaksikan akhir masa Bani Umayyah dan awal Bani Abbas, maka kita dapat mengerti bahwa ketika itu pembuatan hadits palsu masih cukup gencar.
-       Upaya Pembendungan Hadits Palsu
      Dengan merebaknya hadits palsu maka ulama hadits bekerja keras untuk menemukan cara memisahkan hadits yang palsu dari hadits yang asli. Secara sederhana, persoalannya adalah apakah sebuah informasi yang terkandung di dalam hadits itu benar-benar berasal dari Nabi, mengingat telah banyaknya hadits pallsu yng beredar. Terhadap materi informasi (matan), para ulama menginformasikan kandungan matan tersebut dengan dalil lain yang lebh kuat, Al-qur’anatau hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang  yang lebih berotoritas. Di samping itu, mereka juga melihat, apakah redaksi hadits layak di ucapkan oleh Nabi.

                                                                   BAB III
                                                                PENUTUP

A.    KESIMPULAN
      Mulanya, al-hadits adalah apa saja perkataan, perbuatan, pembicaraan yang hanya
disandarkan kepada Nabi. Sepeninggal Nabi, apa yang datang dari sahabat dimasukkan sebagai hadits karena sahabat adalah orang yang selalu bergaul dengan Nabi, mendengar sabdanya dan menyaksikan perbuatanya.
      Kemudian, fatwa yang dikeluarkan oleh ulama generasi sesudah sahabatpun disebut Tabi’in. alasanya juga sama, mereka adalah orang yang paling mengetahui ajaran yang dibawa oleh para sahabat rasulullah. Karenanya, didalam Ilmu Hadits, ada dibedakan antara berita yang bersumber dari Nabi dengan yang bersumber dari sahabat, atau yang bersumber dari Tabi’in.
          
B.     SARAN
      Dalam pembahasan kali ini penulis menyarankan kepada semua mahasiswa / mahasiswi yang membaca makalah ini untuk bisa memahami apa itu “ Sejarah Pembinaan Dan Penghimpuan Hadits “. Mahasiswa juga diharapkan bisa berperan aktif dalam melakukan pembahasan masalah / tugas yang dihadapinya.


                                                            DAFTAR PUSTAKA

Shiddieqy Teungku Muhammad Hasbi As, Sejarah & Pengantar Ilmu Hadits, Semarang : Pustaka Riski Putra; 1999.
Solahudin M., DKK, Ulumul Hadis, Bandung : Pustaka Setia; 2009
Zuhri Muh., hadits nabi telaah historis dan metodologis, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya; 2003.
[1]    Muh.Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis ( Semarang : Pustaka Rizki putra, 1999  ), 27-32.
[2]   Ibid Muh.Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologiz, 287.
[3] Ibid Muh.Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, 34.
[4] Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (Semarang  : Pustaka Rizky Putra, 1999), 134.
[5] Ibid Teungku  Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, 80.
[6] Ibid Teungku  Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,384.
[7]  Ibid Teungku  Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, 134.
[8]  Ibid Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, 423.
[9] Ibid Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, 86.
[10] Ibid Teungku Muhamad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits : Pokok-pokok ilmu Dirayah Hadits” dan pautkan satu sama lainnya.
[11] Ibid Muh Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologisi ,190-191.
[12] Ibid Muh Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, 19-21.
[13] Ibid Muh Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, 31.
[14] Ibid Muh Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, 39.
[15] Ibid Muh Zuhri, Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Ahamad Amin loc.cit



Sumber:
http://sekumpulanmakalah.blogspot.co.id/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Tag #Sejarah pembinaan dan perhimpunan hadits.pdf .doc

0 komentar:

Posting Komentar