Minggu, 01 Mei 2016

Pancasila Sebagai Sistem Filsafat








MAKALAH
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Penyusun:
Ahmad Nasher


Editor:
Tim Makalah-makalah.com





KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
 Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami,
Tim Makalah













BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan masalah diantaranya:
A. Bagaimana bentuk Pancasila sebagai Sitem Filsafat?


Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
B. Mengetahui bentuk Bagaimana bentuk Pancasila sebagai Sitem Filsafat.


BAB II

PANCASILA   SEBAGAI   SISTEM   FILSAFAT


A.    PENGERTIAN    FILSAFAT

Secara  etimologi,   filsafat  adalah  istilah  atau  kata    yang  berasal  dari  bahasa Yunani, yaitu philosophia.  Kata itu terdiri dari dua kata yaitu   philo, philos, philein, yang mempunyai   arti cinta/ pecinta/  mencintai  dan sophia  yang  berarti  kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran.  Jadi secara harafiah istilah filsafat adalah cinta padakebijaksanaanataukebenaranyanghakiki.
Berfilsafat    berarti  berpikir   sedalam-dalamnya   (merenung)  terhadap  sesuatu secara  metodik,   sistematik,   menyeluruh   dan  universal   untuk   mencari   hakikat sesuatu. Dengan kata lain, filsafat  adalah ilmu yang paling urn um yang mengandung usaha mencari kebijaksanaan  dan cinta akan kebijakan.
Kata filsafat  untuk pertama  kali digunakan  oleh Phythagoras  (582 - 496 SM). Dia  adalah  seorang  ahli pikir  dan pelopor  matematika   yang  menganggap   bahwa intisari  dan  hakikat dari semesta ini adalah bilangan. Namun  demikian,  banyaknya pengertian   filsafat   sebagaimana   yang  diketahui   sekarang   ini  adalah   sebanyak tafsiran  para  filsuf  itu  sendiri Ada  tiga  hal    yang  mendorong   manusia   untuk berfilsafat yaitu :
1.       Keheranan,  sebagian filsufberpendapat   bahwa adanya kata heran merupakan asal dari filsafat. Rasa heran itu akan mendorong  untuk menyelidiki.
2. Kesangsian,  merupakan  sumber utama bagi pemikiran   manusia yang   akan menuntun  pada kesadaran.  Sikap ini sangat berguna untuk menemukan  titik pangkal yang kemudian  tidak disangsikan  lagi.
3.  Kesadaran  akan  keterbatasan,   manusia  mulai  berfilsafat  jika  ia menyadari bahwa  dirinya  sangat  kecil dan lemah  terutama  bila dibandingkan   dengan alam sekelilingnya,   Kemudian  muncul kesadaran  akan keterbatasan  bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Pada umumnya  terdapat  dua pengertian  filsafat yaitu filsafat  dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.  Selain itu, ada pengertian  lain, yaitu filsafat  sebagai ilmu  dan  filsafat  sebagai  pandangan  hidup.  Di samping  itu, dikenal  pula  filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.
Pancasila   dapat   digolongkan   sebagai   filsafat   dalam   arti  produk,      filsafat sebagai  pandangan  hidup,  dan filsafat  dalam  arti praktis.  Hal itu berarti  Pancasila mempunyai   fungsi  dan  peranan   sebagai  pedoman     dan  pegangan   dalam  sikap,


tingkah laku, dan perbuatan  dalam kehidupan sehari-hari  dan dalam kehidupan berrnasyarakat,  berbangsa,  dan bernegara  bagi bangsa Indonesia  di manapun mereka berada.

1.  Obyek  Filsafat

Filsafat  merupakan  kegiatan  pemikiran  yang tinggi dan murni (tidak terikat langsung  dengan suatu obyek). yang mendalam  dan daya pikir subyek manusia dalam  memahami   segala   sesuatu  untuk  mencari   kebenaran.   Berpikir   aktif dalam  mencari   kebenaran   adalah  potensi  dan  fungsi  kepribadian   manusia. Ajaran filsafat merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamnya  tentang kesemestaan,  secara mendasar  (fundamental  dan hakiki).  Filsafat  sebagai hasil pemikiran   pemikir   (filsuf)  merupakan   suatu  ajaran  atau  sistem  nilai,  baik berwujud   pandangan   hidup  (filsafat  hidup)  maupun   sebagai  ideologi  yang dianut    suatu  masyarakat   atau  bangsa  dan  negara.  Filsafat  demikian,   telah tumbuh  dan  berkembang   menjadi  suatu  tata nilai  yang  melembaga     sebagai suatu paham  (isme)  seperti  kapitalisme,  komunisme,   fasisme  dan sebagainya yang cukup mempengaruhi  kehidupan bangsa dan negara modern.
Filsafat  sebagai  kegiatan  olah pikir manusia  menyelidik   obyek  yang  tidak terbatas    yang  ditinjau  dari  dari  sudut  isi atau  substansinya   dapat  dibedakan menjadi:
a.        obyek   material    filsafat    :       yaitu   obyek   pembahasan    filsafat   yang mencakup   segala  sesuatu  baik yang  bersifat  material  kongkrit  seperti manusia,   alam,  benda.  binatang  dan  lain-lain.  maupun   sesuatu  yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-ide. ideologi, moral, pandangan  hid up dan lain sebagainya.
b.     obyek formal filsafat :  cara memandang  seorang peneliti  terhadap objek material tersebut.
Suatu obyek  material  tertentu    dapat  ditinjau  dari berbagai  sudut pandang yang berbeda.  Oleh karena itu, terdapat berbagai macam  sudut pandang  filsafat yang merupakan  cabang-cabang   filsafat. Adapun  cabang-cabang   filsafat yang pokok adalah :
a.    Metafisika,  yang membahas  tentang hal-hal yang bereksistensi  di balik fisis yang  meliputi  bidang    :    ontologi  (membicarakan   teori  sifat dasar dan ragam  kenyataan).  kosmologi  (rnernbicarakan  tentang  teori umum mengenai proses kenyataan,  dan antropologi.
b.     Epistemologi,  adalah pikiran-pikiran  dengan hakikat  pengetahuan   atau


kebenaran.
c.    Metodologi,        adalah   ilmu   yang   membicarakan     cara/jalan    untuk memperoleh  pengetahuan.
d.    Logika,  adalah membicarakan  tentang aturan-aturan  berpikir  agar dapat mengambil  kesimpulan  yang benar.
e.    Etika,   membicarakan    hal-hal   yang   berkaitan   dengan   tingkah   laku manusia tentang baik-buruk
f.    Estetika,    membicarakan     hal-hal    yang    berkaitan    dengan    hakikat keindahan-kejelekan.


2.   Aliran-Aliran  Filsafat

Aliran-aliran   utama  filsafat  yang  ada sejak dahulu  hingga  sekarang  adalah sebagai berikut  :
a.    Aliran  Materialisme,   aliran  ini mengajarkan     bahwa  hakikat    realitas kesemestaan,  termasuk  mahluk hidup   dan manusia  ialah materi.  Semua realitas  itu ditentukan  oleh materi (misalnya  benda  ekonomi,  makanan) dan  terikat   pada   hukum   alam,   yaitu   hukum   sebab-akibat    (hukum kausalitas)  yang bersifat obj ektif.
b.    Aliran  Idealisme/Spiritualisrne,    aliran  ini mengajarkan   bahwa  ide dan spirit manusia  yang menentukan  hidup dan pengertian  manusia.  Subjek manusia  sadar  atas realitas  dirinya    dan kesemestaan   karena  ada akal budi  dan kesadaran  rohani  manusia  yang  tidak  sadar    atau mati  sama sekali tidak menyadari  dirinya apalagi realitas kesemestaan.  Jadi hakikat diri dan kenyataan  kesemestaan  ialah akal budi ( ide dan spirit)
c.                      Aliran  Realisme,  aliran ini menggambarkan   bahwa  kedua  aliran di atas adalah  bertentangan,   tidak  sesuai  dengan  kenyataan    (tidak  realistis). Sesungguhnya realitas   kesemestaan,    terutama    kehidupan   bukanlah benda  (materi)  semata-mata.   Kehidupan  seperti  tampak  pada  tumbuh- tumbuhan, hewan,   dan   manusia   mereka   hidup    berkembang    biak, kemudian        tua  dan  akhirnya   mati.   Pastilah   realitas    demikian   lebih daripada  sekadar materi. Oleh karenanya,  realitas  adalah panduan  benda (materi  dan jasmaniah)   dengan  yang  non  materi   (spiritual,  jiwa,  dan rohaniah).  Khusus  pada manusia  tampak  dalam  gejala daya pikir, cipta, dan  budi.  Jadi  menurut  aliran  ini,  realitas   merupakan   sintesis  antara jasmaniah-rohaniah,         materi dannonmateri.


B.    PANCASILA SEBAGAI  SISTEM  FILSAFAT

1.   Pancasila  Sebagai Jatidiri Bangsa Indonesia

Kedudukan  dan fungsi Pancasila  harus dipahami  sesuai dengan konteksnya, misalnya  Pancasila  sebagai  pandangan  hidup  bangsa  Indonesia,  sebagai  dasar filsafat   negara   Republik    Indonesia,    sebagai   ideologi   bangsa   dan   negara Indonesia.  Seluruh kedudukan  dan fungsi Pancasila  itu bukanlah  berdiri  secara sendiri-sendiri  namun bilamana dikelompokan  maka akan kembali pada dua kedudukan    dan   fungsi   Pancasila   yaitu   sebagai   dasar   filsafat   negara   dan pandangan  hidup bangsa Indonesia.
Pancasila    pada   hakikatnya    adalah   sistem   nilai   (value    system)   yang merupakan    kristalisasi    nilai-nilai    luhur   kebudayaan    bangsa       Indonesia sepanjang  sejarah,  yang berakar  dari unsur-unsur  kebudayaan   luar yang sesuai sehingga    secara    keseluruhannya      terpadu    menjadi    kebudayaan     bangsa Indonesia.   Hal  itu bisa  dilihat  dari proses  terjadinya   Pancasila  yaitu  melalui suatu proses yang disebut kausa materialisme  karena nilai-nilai  dalam Pancasila sudah ada dan hidup sejakjaman   <lulu yang tercermin  dalam kehidupan  sehari- hari.  Pandangan   yang  diyakini   kebenarannya    itu  menimbulkan    tekad  bagi bangsa  Indonesia   untuk  mewujudkan     dalam  sikap  dan  tingkah   laku  serta perbuatannya.      Di  sisi  lain.   pandangan   itu  menjadi   motor  penggerak   bagi tindakan   dan  perbuatan   dalam  mencapai   tujuannya.   Dari  pandangan   inilah maka dapat   diketahui    cita-cita  yang ingin dicapai  bangsa,  gagasan  kejiwaan apa   saja   yang   akan   coba   diwujudkan    dalam   kehidupan    bermasyarakat, berbangsa  dan bemegara.
Satu  pertanyaan   yang  sangat  fundamental   disadari  sepenuhnya   oleh  para pendiri   negara   Republik   Indonesia   adalah   :"di   atas   dasar   apakah   negara Indonesia  didirikan"  ketika  mereka  bersidang  untuk  pertama  kali   di lembaga BPUPKI. Mereka  menyadari  bahwa makna hidup  bagi bangsa Indonesia  harus ditemukan    dalam   budaya   dan  peradaban    bangsa   Indonesia    sendiri   yang merupakan  perwujudan  dan pengejawantahan   nilai-nilai  yang dimiliki,  diyakini dan dihayati kebenarannya  oleh masyarakat  sepanjang masa dalam sejarah perkembangan  dan pertumbuhan  bangsa sejak lahimya.
Nilai-nilai  itu adalah  buah hasil pikiran-pikiran   dan gagasan-gagasan   dasar bangsa Indonesia  tentang  kehidupan  yang dianggap  baik. Mereka  menciptakan tata nilai yang mendukung  tata kehidupan  sosial dan tata  kehidupan  kerohanian bangsa yang   memberi  corak, watak dan ciri masyarakat  dan bangsa  Indonesia yang membedakannya   dengan masyarakat  dan bangsa lainnya. Kenyataan  yang demikian   itu  merupakan   suatu  kenyataan   objektif   yang  merupakan   jatidiri


bangsa Indonesia.
Jadi nilai-nilai  Pancasila  itu diungkapkan  dan dirumuskan  dari sumber nilai utama yaitu :
a.    nilai-nilai  yang bersifat  fundamental,  universal,  mutlak,  dan abadi dari Tuhan  Yang Maha  Esa  yang  tercermin    dalam  inti  kesamaan  ajaran- ajaran agama dalam kitab suci
b.     nilai-nilai  yang  bersifat  kolektif  nasional  yang  merupakan  intisari  dari nilai-nilai  yang luhur budaya masyarkat  (inti kesatuan  adat-istiadat  yang baik) yang tersebar di seluruh nusantara.


2. Rumusan Kesatuan  Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem

Pancasila  yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya  merupakan  suatu sistem filsafat. Pengertian  sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian  yang saling berhubungan,    saling   bekerjasama    untuk   satu   tujuan   tertentu   dan   secara keseluruhan  merupakan  suatu kesatuan  yang utuh, Lazimnya  sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.  suatu kesatuan bagian-bagian
b. bagian-bagian  terse but mempunyai  fungsi sendiri-sendiri c.  saling berhubungan  dan saling ketergantungan
d. kesemuanya   dimaksudkan   untuk  mencapai   suatu  tujuan  bersama  (tujuan sistem)
e.  terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Pada hakikatnya  setiap sila Pancasila  merupakan  suatu asas sendiri-sendiri, fungsi   sendiri-sendiri    namun   demikian   secara   keseluruhan    adalah   suatu kesatuan  yang sistematis  dengan  tujuan (bersama)  suatu masyarakat  yang adil dan makmur berdasarkan  Pancasila.


3. Susunan Kesatuan  Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat  Organis

Isi sila-sila Pancasila  pada hakikatnya  merupakan  suatu kesatuan peradaban, dalam  arti,  setiap  sila merupakan  unsur  (bagian  yang  mutlak)  dari  kesatuan Pancasila.  Oleh karena itu, Pancasila merupakan  suatu kesatuan  yang majemuk tunggal,  dengan  akibat  setiap  sila tidak  dapat  berdiri  sendiri-sendiri   terlepas dari sila-sila  lainnya. Di samping itu, di antara sila satu dan lainnya tidak sating bertentangan.


Kesatuan   sila-sila  yang  bersifat  organis  tersebut  pada  hakikatnya   secara filisofis  bersumber  pada hakikat  dasar ontologis  manusia  sebagai  pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila  yaitu hakikat manusia   "monopluralis"   yang memiliki  unsur-unsur   susunan  kodrat jasrnani-rohani,    sifat  kodrat  individu- mahluk  sosial,  dan kedudukan  kodrat  sebagai  pribadi  berdiri  sendiri-mahluk Tuhan Yang Maha Esa.  Unsur-unsur  itu merupakan  suatu kesatuan yang bersifat organis harmonis.


4.  Susunan Kesatuan  Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk  Piramidal.

Hirarkhis  dan piramidal mempunyai  pengertian  yang sangat  matematis yang digunakan  untuk menggambarkan   hubungan  sila-sila Pancasila  dalam hal urut- urutan  luas  (kuantiitas)   dan  juga   dalam  hal  isi  sifatnya.   Susunan   sila-sila Pancasila menunjukkan  suatu rangkaian tingkatan luas dan isi sifatnya dari sila- sila sebelumnya   atau di atasnya.
Dengan demikian,  dasar susunan sila-sila Pancasila  mempunyai  ikatan yang kuat  pada  setiap  silanya  sehingga  secara  keseluruhan   Pancasila   merupakan suatu keseluruhan   yang  bulat.  Oleh karena  itu, sila pertama  yaitu  Ketuhanan Yang Maha    Esa menj adi basis dari sila-sila Pancasila berikutnya.
Secara   ontologis    hakikat   Pancasila   mendasarkan    setiap   silanya   pada landasan,  yaitu  :     Tuhan,  Manusia,   Satu,  Rakyat,  dan Adil.  Oleh  karena  itu, hakikat  itu harus  selalu  berkaitan  dengan  sifat dan hakikat  negara  Indonesia. Dengan  demikian  maka,  sila pertama  adalah  sifat dan keadaaan  negara  harus sesuai dengan hakikat Tuhan; sila kedua sifat dan keadaan   negara harus sesuai dengan  hakikat  manusia;  sila ketiga  sifat  dan keadaan  negara  harus  satu;  sila keempat  adalah  sifat dan keadaan  negara harus  sesuai  dengan  hakikat  rakyat; dan sila kelima  adalah  sifat dan keadaan  negara  harus  sesuai  dengan  hakikat adil. Contoh rumusan  Pancasila  yang bersifat hirarkis dan berbentuk  piramidal adalah:   sila pertarna, Ketuhanan  Yang Maha Esa adalah meliputi  dan menjiwai sila-sila  kemanusiaan   yang adil dan beradab,  persatuan  Indonesia,  kerakyatan yang dipimpin  oleh hikmat kebijaksanaan  dalam permusyawaratan-perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


5.   Rumusan  Hubungan  Kesatuan  Sila-Sila Pancasila  Yang Saling Mengisi Dan
Saling Mengkualifikasi

Kesatuan  sila-sila  Pancasila  yang  majemuk  tunggal,    hirarkhis  piramidal juga   memiliki    sifat   saling   mengisi   dan   salng   mengkualifikasi.     Hal   itu


dimaksudkan  bahwa  setiap sila terkandung  nilai keempat  sila lainnya,  dengan kata lain, dalam setiap sila Pancasila  senantiasa  dikualifikasi  oleh keempat  sila lainnya.  Contoh rumusan  kesatuan  sila-sila  Pancasila  yang mengisi  dan saling mengkualifikasi   adalah sebagai berikut:  sila Ketuhanan  Yang Maha Esa adalah berkemanusiaan  yang adil dan beradab, berpersatuan  Indonesia,  berkerakyatan yang dipimpin  oleh hikmat kebijaksanaan  dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan  sosial bagi seluruh rakyat  Indonesia.




C.    KESATUAN  SILA-SILA  PANCASILA  SEBAGAI     SUATU  SISTEM FILSAFAT
Apabila kita bicara tentang filsafat. ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat sebagai  metode  dan filsafat sebagai suatu pandangan,  keduanya  sangat berguna  untuk memahami    Pancasila.  Di sisi lain, kesatuan  sila-sila  Pancasila pada hakikatnya  bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja  namun  juga  meliputi  kesatuan  dasar  ontologis,  dasar  epistemologi   dan dasar aksiologis  dari sila-sila Pancasila.
Filsafat   Pancasila     adalah  refleksi  kritis  dan  rasional   tentang   Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan  pokok-pokok  pengertian secara mendasar  dan menyeluruh. Pembahasan  filsafat  dapat dilakukan  secara deduktif  (dengan  mencari  hakikat Pancasila   serta  menganalisis   dan  menyusunnya   secara   sistematis)   menjadi keutuhan    pandangan    yang    komprehensif     dan   secara    induktif   .    (dengan mengamati   gejala-gejala    sosial  budaya   masyarakat,   merefleksikannya    dan menarik  arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala  itu). Dengan  demikian, filsafat Pancasila  akan mengungkapkan  konsep-konsep  kebenaran  yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan  bagi manusia pada umumnya.
1.  Aspek Ontologis

Ontologi   menurut   Runes,   adalah  teori  tentang   adanya   keberadaan   atau eksistensi.  Sementara Aristoteles,  menyebutnya  sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan  artinya dengan metafisika.  Jadi ontologi  adalah bidang filsafat yang menyelidiki  makna yang ada (eksistensi  dan keberadaan), sumber ada,jenis  ada, dan hakikat ada, termasuk  ada alam, manusia,  metafisika dan kesemestaan  atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila   adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis,  oleh karenanya  disebut juga  sebagai dasar antropologis.  Subyek


pendukungnya     adalah   manusia,   yakni   :     yang  berketuhanan,     yang berkemanusiaan,   yang berpersatuan,  yang  berkerakyatan   dan yang berkeadilan pada hakikatnya   adalah  manusia.  Hal yang  sama juga  berlaku  dalam  konteks negara Indonesia,  Pancasila  adalah filsafat negara dan pendukung  pokok negara adalah rakyat (manusia).


2. Aspek Epistemologi
Epistemologi   adalah  bidang/cabang   filsafat  yang  menyelidiki   asal,  syarat, susunan,   metode,   dan   validitas   ilmu  pengetahuan.     Pengetahuan    manusia sebagai   hasil  pengalaman    dan  pemikiran,   membentuk    budaya.   Bagaimana manusia   mengetahui    bahwa   ia  tahu     atau  mengetahui    bahwa   sesuatu   itu pengetahuan   menjadi   penyelidikan   epistemologi.   Dengan   kata  lain,  adalah bidang/cabang     yang    menyelidiki     makna    dan   nilai    ilmu   pengetahuan, sumbemya,    syarat-syarat    dan  proses   terjadinya   ilmu,   termasuk   semantik, logika,  matematika  dan teori ilmu.
Pancasila   sebagai  suatu sistem filsafat pada hakikatnya  adalah  suatu sistem pengetahuan.   Dalam  kehidupan   sehari-hari  Pancasila  menjadi  pedoman  atau dasar bagi bangsa Indonesia  dalam memandang  realitas alam semesta, manusia, masyarakat,  bangsa,  dan negara  tentang  makna  hidup  serta sebagai  dasar bagi manusia   Indonesia  untuk menyelesaikan   masalah  yang  dihadapi  dalam hidup dan  kehidupan Pancasila   dalam  pengertian   seperti  itu  telah  menjadi   suatu sistem  cita-cita   atau  keyakinan-keyakinan     (belief   system)   sehingga     telah menjelma   menjadi   ideologi   yang  mengandung   tiga  unsur  yaitu   :      1.   logos (rasionalitas    atau   penalaran),     2.   pathos       (penghayatan),     dan   3.   ethos (kesusilaan).


3.   AspekAksiologi

Aksiologi   mempunyai    arti  nilai manfaat,   pikiran   dan   atau   ilmu/teori. Menurut Brameld,  aksiologi  adalah cabang filsafat yang menyelidiki  :
a.  tingkah laku moral, yang berwujud etika,

b. ekspresi etika,  yang berwujud  estetika atau seni dan keindahan, c.  sosio politik yang berwujud  ideologi.
Kehidupan  manusia   sebagai makhluk  subyek budaya, pencipta  dan penegak nilai,   berarti   manusia    secara   sadar   mencari   memilih    dan   melaksanakan (menikmati)   nilai.    Jadi  nilai  merupakan   fungsi   rohani     jasmani   manusia.


Dengan  demikian,   aksiologi  adalah  cabang  fisafat  yang  menyelidiki   makna nilai,  sumber  nilai,  jenis   nilai,  tingkatan   nilai  dan  hakikat   nilai,  termasuk estetika, etika,  ketuhanan  dan agama.
Berdasarkan    uraian tersebut   maka dapat dikemukakan  pula bahwa yang mengandung   nilai  itu  bukan  hanya  yang    bersifat  material   saja  tetapi juga sesuatu yang  bersifat  nonmaterial/rohaniah.    Nilai-nilai  material  relatif  mudah diukur   yaitu   dengan   menggunakan    indra  maupun   alat  pengukur   lainnya, sedangkan nilai rohaniah  alat ukurnya adalah  hati nurani manusia yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan manusia.


D.    NILAI-NILAI       PANCASILA     MENJADI     DASAR    DAN    ARAH KESEIMBANGANANTARAHAKDANKEWAJIBAN
Pandangan  mengenai  hubungan  antara manusia  dan masyarakat  merupakan falsafah kehidupan  masyarakat  yang mernberi corak dan warna bagi kehidupan rnasyarakat.  Pancasila  mernandang  bahwa kebahagiaan   manusia  akan tercapai jika ditumbuh-kembangkan   hubungan yang serasi antara manusia   dengan rnasyarakat serta hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Apabila   rnemaharni   nilai-nilai   dari  sila-sila   Pancasila   akan  terkandung beberapa  hubungan  manusia  yang  melahirkan  keseirnbangan   antara  hak dan kewajiban  antar hubungan tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.  Hubungan  Vertikal

Adalah   hubungan   manusia   dengan   Tuhan   Yang  Maha   Kuasa   sebagai penjelrnaan  dari  nilai-nilai  Ketuhanan  Yang Maha  Esa.  Dalam  hubungannya dengan   itu,  manusia   rnerniliki   kewajiban-kewajiban     untuk   melaksanakan perintah-Nya   dan  menjauhkan/menghentikan     larangan-Nya sedangkan   hak- hak yang diterima  manusia  adalah rahrnat yang tidak terhingga  yang diberikan dan pernbalasan  amal perbuatan di akhirat nanti.
2. Hubungan  Horisontal

Adalah hubungan  rnanusia dengan sesarnanya baik dalarn fungsinya  sebagai warga   masyarakat,    warga   bangsa   rnaupun   warg negara.    Hubungan    itu melahirkan  hak dan kewaj iban yang seimbang.
3. HubunganAlarniah

Adalah   hubungan   manusia   dengan   alam  sekitar   yang   meliputi   hewan, tumbuh-tumbuhan   dan alam dengan segala kekayaannya.  Seluruh alam dengan segala isinya adalah  untuk kebutuhan  manusia.    Manusia  berkewajiban  untuk


melestarikan  karena   alam  mengalami   penyusutan   sedangkan   manusia   terus bertambah.  Oleh karena  itu, memelihara  kelestrian  alam  merupakan  kewajiban rnanusia, sedangkan  hak yang diterima manusia  dari alam sudah tidak terhingga banyaknya.
Kesimpulan   yang  bisa  diperoleh   dari  filsafat  Pancasila   adalah  Pancasila memberikan  jawaban   yang  mendasar  dan menyeluruh   atas  masalah-masalah asasi filsafat tentang negara Indonesia.



BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam membantu menambah wawasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.




0 komentar:

Posting Komentar