Minggu, 01 Mei 2016

Pancasila Sebagai Sistem Etika





MAKALAH PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA



Penyusun:
Ahmad Nasher


Editor:
Tim Makalah-makalah.com





KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
 Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami,
Tim Makalah















BAB I
PENDAHULUAN

Nilai, norma,  dan moral adalah   konsep-konsep  yang   saling berkaitan.  Dalam hubungannya   dengan  Pancasila  maka  ketiganya     akan  memberikan   pemahaman yang saling melengkapi  sebagai sistem etika.
Pancasila  sebagai  suatu sistem filsafat pada hakikatnya  merupakan    suatu nilai yang  menjadi  sumber  dari  segala  penjabaran     norma  baik  norma  hukum,  norma moral   maupun   norma   kenegaran    lainnya.   Di   samping   itu,   terkandung   juga pemikiran-pemikiran   yang bersifat kritis, mendasar, rasional,  sistematis dan komprehensif.  Oleh karena itu, suatu pemikiran  filsafat adalah suatu nilai-nilai  yang bersifat    mendasar    yang   memberikan    landasan    bagi   manusia    dalam    hidup
· bermasyarakat,   berbangsa  dan bemegara.

Nilai-nilai   tersebut   dijabarkan   dalam  kehidupan   yang  bersifat  praksis  atau kehidupan     nyata  dalam  masyarakat bangsa dan negara  maka  diwujudkan  dalam norma-norma  yang kemudian  menjadi  pedoman.  Norma-norma  itu meliputi:
1.   Norma Moral

Yang berkaitan  dengan  tingkah  laku manusia  yang dapat  diukur  dari sudut baik maupun  buruk, sopan atau tidak sopan, susila a tau tidak susila.
2.  NormaHukum
Suatu  sistem  peraturan   perundang-undangan    yang  berlaku   dalam  suatu tempat  dan  waktu  tertentu   dalam  pengertian   ini  peraturan   hukum.   Dalam pengertian  itulah Pancasila  berkedudukan  sebagai  sumber  dari segala  sumber hukum.
Dengan   demikian Pancasila   pada  hakikatnya   bukan   merupakan   suatu pedoman    yang    langsung    bersifat    normatif    ataupun    praksis    melainkan merupakan  suatu sistem nilai-nilai etika  yang merupakan  sumber norma.


Pengertian Etika

Etika  adalah  kelompok   filsafat  praktis  (filsafat  yang  membahas   bagaimana manusia  bersikap  terhadap  apa yang ada) dan dibagi menjadi  dua kelompok.  Etika merupakan    suatu   pemikiran    kritis      dan  mendasar   tentang   ajaran-ajaran    dan pandangan-pandangan   moral. Etika adalah ilmu yang membahas  tentang bagaimana


dan mengapa  kita  mengikuti  suatu ajaran tertentu  atau bagaimana  kita bersikap  dan bertanggungjawab                                dengan berbagai  ajaran moral. Kedua kelompok  etika itu adalah sebagai berikut :
1.   Etika  Umum,   mempertanyakan    prinsip-prinsip   yang  berlaku   bagi  setiap tindakan manusia.
2.  Etika    Khusus,     membahas     prinsip-prinsip      tersebut     di   atas    dalam hubungannya      dengan   berbagai   aspek  kehidupan   manusia,   baik  sebagai individu ( etika individual)  maupun  mahluk sosial ( etika sosial)

Sehingga dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan masalah diantaranya:
A. Apa Definisi / Pengertian Nilai, Norma, dan Social?


Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui Definisi / Pengertian Nilai, Norma, dan Social



BAB II

PANCASILA   SEBAGAI   SISTEM   ETIKA




A.    PENGERTIAN    NILAI,  NORMA  DAN MORAL
1.   PengertianNilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat  seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu obyeknya. Dengan demikian,  maka nilai itu adalah suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lainnya.
Menilai berarti menimbang, suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu adalah suatu nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau tidak baik, dan seterusnya. Penilaian itu pastilah berhubungan dengan unsur indrawi manusia sebagai subjek penilai, yaitu unsurjasmani, rohani, akal, rasa, karsa dan kepercayaan.
Dengan demikian, nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai  bersumber  pada  budi yang  berfungsi mendorong  dan  mengarahkan (motivafor) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya. Oleh karena itu, Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat   dalam kehidupan masyarakat pada enam macam, yaitu  nilai teori, nilai ekonomi, nilai estetika, nilai sosial, nilai politik dan nilai religi.


2.  Hirarki Nilai
Hirarki nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandang individu masyarakat terhadap sesuatu obyek. Misalnya kalangan materialis memandang


bahwa  nilai  tertinggi  adalah  nilai  meterial.  Max  Scheler  menyatakan   bahwa nilai-nilai  yang ada tidak sama tingginya  dan luhumya.  Menurutnya   nilai-nilai dapat dikelompokan  dalam em pat tingkatan yaitu :
1.   nilai   kenikmatan    adalah   nilai-nilai   yang   berkaitan   dengan   indra  yang memunculkan  rasa senang, menderita atau tidak enak,
2.  nilai  kehidupan  yaitu  nilai-nilai  penting  bagi  kehidupan   yakni   jasmani, kesehatan  serta kesejahteraan  umum,
3.  nilai   kejiwaan    adalah   nilai-nilai    yang   berkaitan    dengan    kebenaran, keindahan  dan pengetahuan  murni,
4.  nilai kerohanian  yaitu tingkatan  ini terdapatlah    modalitas    nilai dari yang suci.
Sementara itu, Notonagoro  membedakan  menjadi tiga, yaitu:

1.    nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagijasmani manusia,

2.   nilai   vital   yaitu   segala   sesuatu   yang   berguna    bagi   manusia    untuk mengadakan  suatu aktivitas atau kegiatan,
3.  nilai  kerohanian  yaitu  segala  sesuatu  yang  bersifat  rohani  manusia  yang dibedakan  dalam empat tingkatan sebagai berikut:
a.  nilai  kebenaran  yaitu  nilai yang  bersumber  pada  rasio,  budi,  akal atau cipta manusia.
b.  nilai   keindahan/estetis    yaitu   nilai   yang   bersumber    pada   perasaan
manusia
c.  nilai  kebaikan  atau nilai moral yaitu  nilai yang  bersumber  pada unsur kehendak manusia
d.  nilai religius yaitu nilai kerohanian  tertinggi dan bersifat mutlak

Dalam  pelaksanaanya,   nilai-nilai  dijabarkan  dalam  wujud  norma,  ukuran dan kriteria  sehingga  merupakan  suatu keharusan   anjuran  atau larangan,  tidak dikehendaki  atau tercela. Oleh karena itu, nilai berperan sebagai  pedoman yang menentukan  kehidupan  setiap manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran  sebagai suatu keyakinan  dan kepercayaan  yang bersumber pada berbagai sistem nilai.


3.  Pengertian  Moral
Moral  berasal  dari  kata      mos  (mores)  yang  sinonim  dengan  kesusilaan, tabiat  atau kelakuan.  Moral adalah aj aran ten tang hal yang baik dan buruk, yang


menyangkut  tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang  pribadi  yang taat kepada  aturan-aturan,   kaidah-kaidah   dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya,  dianggap sesuai dan bertindak  benar secara moral. Jika sebaliknya  yang terjadi maka pribadi itu dianggap tidak bermoral.
Moral  dalam   perwujudannya    dapat  berupa  peraturan   dan  atau  prinsip- prinsip  yang    benar,  baik  terpuji  dan  mulia.  Moral  dapat  berupa  kesetiaan, kepatuhan   terhadap  nilai  dan  norma  yang  mengikat   kehidupan   masyarakat, bangsa dan negara.


4.  Pengertian  Norma
Kesadaran manusia yang    membutuhkan  hubungan yang ideal akan menumbuhkan  kepatuhan  terhadap suatu peraturan  atau norma.  Hubungan  ideal yang   seimbang,   serasi   dan  selaras   itu  tercermin   secara   vertikal   (Tuhan), horizontal  (masyarakat)  dan alamiah (alam sekitarnya)
Norma     adalah   perwujudan   martabat   manusia   sebagai   mahluk   budaya, sosial, moral  dan religi. Norma   merupakan    suatu kesadaran  dan sikap luhur yang dikehendaki  oleh tata nilai untuk dipatuhi.  Oleh karena  itu, norma dalam perwujudannya   dapat  berupa  norma agama,  norma  filsafat,  norma  kesusilaan, norma  hukum  dan  norma  sosial.  Norma  memiliki   kekuatan   untuk  dipatuhi karena adanya sanksi.


5.   Nilai Dasar, Nilai Instrumental  dan Nilai Praksis a.  Nilai Dasar
Sekalipun  nilai  bersifat  abstrak yang tidak dapat  diamati  melalui  panca indra   rnanusia,   tetapi   dalam   kenyataannya    nilai   berhubungan    dengan tingkah  laku  atau  berbagai  aspek  kehidupan   manusia  dalam  prakteknya. Setiap nilai memiliki   nilai dasar yaitu berupa   hakikat,  esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai  tersebut. Nilai  dasar itu bersifat universal karena  menyangkut   kenyataan   obyektif  dari  segala  sesuatu.  Contohnya   : hakikat   Tuhan,   manusia atau  mahluk   lainnya Apabila   nilai   dasar  itu berkaitan  dengan  hakikat Tuhan maka nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan   adalah   kausa   prima   (penyebab   pertama).    Segala   sesuatu   yang diciptakan   berasal     dari  kehendak   Tuhan.  Bila  nilai  dasar  itu  berkaitan dengan  hakikat  manusia  maka nilai-nilai  itu harus bersumber  pada hakikat kemanusiaan  yang dijabarkan dalam norma hukum yang diistilahkan  dengan


hak dasar  (hak asasi  manusia).  Apabila  nilai dasar  itu berdasarkan   kepada hakikat  suatu benda  (kuantitas,  aksi, ruang dan waktu)  maka nilai dasar itu dapatjuga   disebut sebagai norma yang direalisasikan  dalam kehidupan  yang praksis namun    nilai   yang   bersumber    dar kebendaan    tidak       boleh bertentangan  dengan  nilai dasar yang merupakan  sumber  penjabaran  norma itu.  Nilai  dasar  yang  menjadi  sumber  etika  bagi  bangsa  Indonesia  adalah nilai-nilai  yang terkandung  dalam Pancasila.
b.  Nilai Instrumental

Nilai instrumental  adalah   nilai yang menjadi pedoman  pelaksanaan  dari nilai  dasar.  Nilai  dasar  belum  dapat  bermakna  sepenuhnya   apabila  belum memiliki   formulasi   serta  parameter   atau  ukuran  yang  jelas  dan  konkrit. Apabila  nilai instrumental  itu berkaitan  dengan tingkah  laku manusia  dalam kehidupan  sehari-hari  maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namunjika nilai instrumental   itu berkaitan  dengan   suatu organisasi  atau negara,  maka nilai instrumental  itu merupakan  suatu arahan, kebijakan,  atau strategi yang bersumber   pada  nilai  dasar  sehingga   dapat  juga   dikatakan   bahwa  nilai instrumental  itu merupakan  suatu eksplisitasi  dari nilai dasar.
Dalam  kehidupan  ketatanegaraan   Republik  Indonesia,  nilai-nilai instrumental     dapat    ditemukan    dalam    pasal-pasal     UUD    1945   yang merupakan  penjabaran  Pancasila.
c.  Nilai Praksis

Nilai  praksis  merupakan  penjabaran  lebih lanjut   dari nilai instrumental dalam kehidupan  yang lebih nyata dengan demikian  nilai praksis merupakan pelaksanaan   secara  nyata  dari nilai-nilai  dasar dan nilai-nilai  instrumental. Oleh karena  itu, nilai praksis  dijiwai  kedua  nilai tersebut  di atas dan tidak bertentangan   dengannya.  Undang-undang   organik  adalah  wujud  dari nilai praksis, dengan kata lain, semua perundang-undangan   yang berada di bawah UUD 1945 sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.


6.   Hubungan  Nilai, Norma dan Moral

Keterkaitan    nilai,   norma   dan  moral   merupakan    suatu   kenyataan   yang seharusnya  tetap terpelihara  di setiap waktu pada hidup dan kehidupan  manusia. Keterkaitan  itu mutlak digarisbawahi  bila seorang individu,  masyarakat, bangsa dan negara menghendaki  fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana  tersebut  di atas maka nilai akan berguna  menuntun  sikap dan


tingkah   laku  manusia   bila  dikongkritkan    dan  diformulakan    menjadi   lebih obyektif    sehingga    memudahkan     manusia    untuk   menjabarkannya     dalam aktivitas  sehari-hari.   Dalam  kaitannya  dengan  moral  maka  aktivitas  turunan dari nilai dan norma akan memperoleh  integritas  dan martabat  manusia.  Derajat kepribadian  itu amat ditentukan  oleh moralitas  yang mengawalnya.   Sementara itu,   hubungan    antara    moral    dan   etika   kadang-kadang     atau    seringkali disejajarkan   arti dan maknanya.  Namun  demikian,  etika  dalam  pengertiannya tidak  berwenang   menentukan   apa  yang  boleh  dan  tidak     boleh  dilakukan seseorang.  Wewenang  itu dipandang  berada  di tangan  pihak yang memberikan ajaran moral.


B.                                            PANCASILA   SEBAGAI   NILAI  FUNDAMENTAL    BAGI  BANGSA  DAN NEGARAREPUBLIK      INDONESIA
1.   Dasar Filosofis
Pancasila  sebagai  dasar filsafat   negara   serta sebagai  filsafat  hidup bangsa Indonesia     pada  hakikatnya   merupakan   suatu  nilai  yang  bersifat  sistematis. Oleh  karena   itu  sila-sila   Pancasila   merupakan   suatu  kesatuan   yang  bulat, hirarkhis   dan  sistematis.   Dalam    pengertian   itu maka  Pancasila   merupakan suatu sistem filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi makna yang  utuh.
Dasar  pemikiran   filosofisnya   adalah  sebagai  berikut   :     Pancasila   sebagai filsafat bangsa dan negara Republik  Indonesia  mempunyai  makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan  kebangsaan, kemasyarakatan  serta kenegaraan  harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan Titik  tolak  pandangan   itu negara  adalah  suatu  persekutuan   hidup manusia atau organisasi  kemasyarakatan  manusia.
Nilai-nilai  obyektif Pancasila  dapat dijelaskan  sebagai berikut:

a.  Rumusan    dari   sila-sila   Pancasila    itu   sendiri   sebenarnya,    hakikatnya, maknanya   yang  terdalam   menunjukkan      adanya   sifat-sifat   yang  umum, universal  dan abstrak, karena merupakan  suatu nilai.
b.  Inti  dari  nilai-nilai    Pancasila   akan   tetap   ada     sepanjang   masa   dalam kehidupan  bangsa  Indonesia  dan mungkinjuga    pada bangsa  lain dalam adat kebiasaan,  kebudayaan,   kenegaraan  maupun dalam kehidupan  keagamaan.
c.  Pancasila  yang  terkandung    dalam  Pembukaan   UUD  1945, menurut  ilmu hukum  memenuhi   syarat  sebagai  pokok  kaidah  negara  yang  fundamental sehingga  merupakan  suatu sumber hukum positif  di Indonesia.  Oleh karena itu,  dalam  hirarki  tata tertib hukum Indonesia  berkedudukan    sebagai tertib


hukum  tertinggi  dan  tidak  dapat  diubah    secara  hukum  sehingga  terlekat pada kelangsungan  hidup negara.
Sebaliknya  nilai-nilai  subyektif      Pancasila  dapat  diartikan  bahwa keberadaannya  bergantung  dan atau terlekat pada bangsa Indonesia  sendiri. Hal itu dijelaskan  sebagai berikut :
a.  Nilai-nilai    Pancasila    timbul   dari   bangsa   Indonesia    sehingga    bangsa Indonesia  sebagai  kausa materialis.  Nilai-nilai  itu sebagai  hasil pemikiran, penilaian  kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa Indonesia.
b.  Nilai-nilai    Pancasila    merupakan       filsafat   (pandangan    hidup)   bangsa Indonesia        sehingga   merupakan   jati   diri  bangsa,   yang   diyakini   sebagai sumber  nilai  atas kebenaran,  kebaikan,  keadilan  dan kebijaksanaan   dalam hidup bermasyarakat,  berbangsa dan bernegara.
c.  Nilai-nilai      Pancasila     di   dalamnya     terkandung      ketujuh     nilai-nilai kerokhanian  yaitu  nilai-nilai  kebenaran,  keadilan, kebaikan,  kebijaksanaan, estetis  dan religius  yang manifestasinya    sesuai dengan  budi nurani bangsa Indonesia  karena bersumber pada kepribadian  bangsa.
Nilai-nilai   Pancasila  tersebut    bagi  bangsa  menjadi  landasan,  dasar  serta motivasi  atas  segala  perbuatan  baik dalam  kehidupan  sehari-hari  maupun dalam kehidupan  kenegaraan.  Dengan kata lain, bahwa nilai-nilai  Pancasila merupakan  das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan  atau das sein.


2.  Nilai-Nilai  Pancasila  Sebagai Nilai Fundamental  Negara
Nilai-nilai   Pancasila  bersifat  universal  yang  memperlihatkan   nafas humanisme.  Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun  Pancasila  mempunyai  nilai  universal  tetapi  tidak  begitu  saja dengan mudah  diterima  oleh semua bangsa. Perbedaannya   terletak  pada   fakta sejarah bahwa nilai Pancasila  secara sadar dirangkai   dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi  sebagai basis  perilaku politik dan sikap moral bangsa. Dengan  kata lain, bahwa  Pancasila  milik khas bangsa  Indonesia  dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia.
Nilai-nilai   Pancasila   terkandung     dalam  Pembukaan   UUD   1945  secara yuridis   memiliki  kedudukan  sebagai   pokok kaidah negara yang fundamental. Adapun Pembukaan  UUD 1945 yang di dalamnya memuat  nilai-nilai  Pancasila mengandung  empat  pokok  pikiran   yang merupakan  derivasi  atau penjabaran dari nilai-nilai  Pancasila  itu sendiri.


Pokok  pikiran  pertama  menyatakan  bahwa  negara  Indonesia  adalah negara persatuan,  yaitu negara  yang melindungi  segenap  bangsa   dan seluruh  tumpah darah Indonesia,  mengatasi  segala paham golongan   maupun perseorangan.   Hal ini merupakan  penjabaran  sila ketiga.
Pokok pikiran kedua menyatakan  bahwa negara hendak   mewujudkan   suatu keadilan    sosial   bagi      seluruh    .akyat    Indonesia.    Dalam    hal   ini   negara berkewajiban  mewujudkan  kesejahteraan  umum bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan  kehidupan  bangsa, dan ikut melaksanakan  ketertiban  dunia berdasarkan   perdamaian   abadi  dan  keadilan  sosial.  Pokok  pikiran  ini adalah penjabaran  dari sila kelima.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan  rakyat, berdasarkan  atas kerakyatan  dan permusyawaratan/perwakilan.     Pokok  pikiran ini  menunjukkan    bahwa   negara   Indonesia   demokrasi,   yaitu   kedaulatan   di tangan rakyat. Hal ini sesuai dengan sila keempat.
Pokok   pikiran    keempat    menyatakan    bahwa   negara    berdasarkan    atas Ketuhanan  Yang Maha Esa menurut  dasar kemanusiaan  yang adil dan beradab .. Pokok pikiran ini sebagai penjabaran  dari sila pertama  dan kedua.
Berdasarkan   uraian  di atas menunjukkan   bahwa  Pancasila  dan Pembukaan UUD   1945  dapat   dinyatakan    sebagai   pokok-pokok    kaidah   negara   yang fundamental.    karena   di  dalamnya   terkandung   pula  konsep-konsep    sebagai berikut.
a.  Dasar-dasar   pembentukan   negara,  yaitu  tujuan  negara,  asas politik  negara (negara  Indonesia  republik  dan berkedaulatan   rakyat)  dan asas kerohanian negara (Pancasila ).
b.  Ketentuan    diadakannya    UndangUndang    Dasar    1945,   yaitu,   " .....maka disusunlah   kemerdekaan    kebangsaan    Indonesia    dalam   suatu   Undang- Undang   Dasar  Negara  Indonesia."   Hal  ini menunjukkan    adanya  sumber hukum.
Nilai   dasar   yang   fundamental    dalam   hukum   mempunyai    hakikat   dan kedudukan  yang  tetap  kuat dan tidak berubah,  dalam  arti dengan jalan  hukum apa pun tidak mungkin  lagi untuk diubah.  Berhubung  Pembukaan   UUD  1945 memuat  nilai-nilai  dasar yang fundamental,  maka Pembukaan  UUD  1945 yang di  dalamnya   terdapat   Pancasila   tidak  dapat  diubah   secara  hukum.   Apabila terjadi perubahan  berarti pembubaran  Negara Proklamasi  17 Agustus  1945.
Dalam  pengertian  seperti  itulah maka dapat  disimpulkan   bahwa   Pancasila merupakan   dasar  yang  fundamental   bagi  negara  Indonesia   terutama   dalam


pelaksanaan  dan penyelenggaraan   negara. Di  samping itu, nilai-nilai  Pancasila juga merupakan  suatu landasan moral etik dalam kehidupan  kenegaraan.  Hal itu ditegaskan    dalam  pokok  pikiran  keempat  yang    menyatakan   bahwa  negara berdasar  atas Ketuhanan  Yang Maha Esa berdasar  atas kemanusiaan  yang adil dan beradab.  Konsekuensinya   dalam penyelenggaraan   kenegaraan  antara  lain operasional  pemerintahan  negara, pembangunan  negara, pertahanan-keamanan negara,  politik  negara  serta  pelaksanaan   demokrasi   negara  harus  senantiasa berdasarkan  pada moral ketuhanan dan kemanusiaan.


3.   Makna Nilai-Nilai  Setiap SilaPancasila

Pancasila   sebagai   dasar  filsafat  bangsa  dan  negara   Republik   Indonesia merupakan   nilai  yang  tidak  dapat  dipisah-pisahkan    dengan  masing-masing silanya.  Hal ini dikarenakan   apabila  dilihat  satu per  satu dari masing-masing sila,  dapat  saja  ditemukan   dalam  kehidupan   bangsa  lain.  Makna  Pancasila terletak  pada  nilai-nilai  dari  masing-masing   sila  sebagai  satu  kesatuan  yang tidak  dapat  diputarbalikkan   letak  dan  susunannya.  Namun   demikian,   untuk lebih   memahami    nilai-nilai    yang   terkandung    dalam   masing-masing     sila Pancasila,  maka berikut ini kita uraikan :
a.   Ketuhanan  YangMahaEsa
Sila  Ketuhanan   Yang Maha  Esa  ini nilai-nilainya   meliputi  dan  menjiwai keempat   sila  lainnya.  Dalam  sila  ini    terkandung   nilai  bahwa  negara  yang didirikan   adalah pengejawantahan   tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Mahaesa.
Konsekuensi  yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan  terutama dalam kaitannya  dengan hak-hak dasar kemanusiaan  (hak asasi manusia) bahwa setiap   warga   negara   memiliki    kebebasan    untuk   memeluk       agama   dan menjalankan   ibadah  sesuai  dengan  keimanan   dan  kepercayaannya    masing- masing.  Hal  itu telah  dijamin  dalam  Pasal  29 UUD  1945. Di samping  itu, di dalam   negara   Indonesia    tidak   boleh   ada  paham   yang   meniadakan    atau mengingkari  adanya Tuhan (atheisme).
b.   Kemanusiaan  YangAdil danBeradab

Kemanusian  berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya  dengan memiliki  potensi  pikir,  rasa,  karsa  dan cipta.  Potensi  itu yang  mendudukkan manusia  pada  tingkatan  martabat  yang  tinggi  yang  menyadari  nilai-nilai  dan norma-norma.    Kemanusiaan    terutama   berarti   hakikat   dan   sifat-sifat   khas manusia  sesuai  dengan  martabat.  Adil berarti wajar yaitu  sepadan   dan sesuai


dengan  hak dan kewajiban  seseorang.  Beradab  sinonim  dengan  sopan santun, berbudi  luhur, dan susila,  artinya,    sikap hidup,  keputusan  dan tindakan  harus senantiasa    berdasarkan    pada   nilai-nilai   keluhuran    budi,   kesopanan,    dan kesusilaan.  Dengan  demikian,  sila ini mempunyai  makna  kesadaran  sikap dan perbuatan    yang   didasarkan    kepada   potensi   budi   nurani   manusia    dalam hubungan  dengan  norma-norma   dan kesusilaan  umumnya,  baik terhadap  diri sendiri,  sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Hakikat  pengertian   di atas  sesuai  dengan  Pembukaan   UUD  1945 Alinea Pertama  :"bahwa  sesungguhnya  kemerdekaan  itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, penjajahan  di atas dunia harus dihapuskan,  karena  tidak sesuai dengan   perikemanusiaan     dan  perikeadilan    ... ".   Selanjutnya    dapat   dilihat penjabarannnyadalamBatangTubuh       UUD 1945.
c.    Persatuan  Indonesia

Persatuan  berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah Persatuan mengandung   pengertian   bersatunya  bermacam-macam    corak  yang  beraneka ragam   menjadi   satu  kebulatan.    Persatuan   Indonesia   dalam   sila  ketiga   ini mencakup  persatuan  dalam  arti ideologi,  politik,  ekonomi,  sosial  budaya  dan pertahanan    keamanan.    Persatuan   Indonesia   ialah   persatuan    bangsa   yang mendiami   seluruh   wilayah   Indonesia   yang  bersatu   karena   didorong   untuk mencapai   kehidupan   kebangsaan   yang   bebas   dalam   wadah   negara   yang merdeka  dan berdaulat.   Persatuan  Indonesia  merupakan   faktor  yang  dinamis dalam kehidupan  bangsa  Indonesia  dan bertujuan  melindungi  segenap  bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan  umum dan mencerdaskan   kehidupan   bangsa,  serta mewujudkan   perdamaian   dunia  yang abadi.
Persatuan  Indonesia  adalah perwujudan  dari paham  kebangsaan  Indonesia yang dijiwai oleh Ketuhanan  Yang Maha Esa, serta kemanusiaan  yang adil dan beradab.    Oleh   karena    itu,   paham    kebangsaan    Indonesia    tidak    sempit (chauvinistis),      tetapi    menghargai   .bangsa     lain.   Nasionalisme     Indonesia mengatasi  paham golongan,  suku bangsa serta keturunan.  Hal ini sesuai dengan alinea keempat  Pembukaan  UUD 1945 yang berbunyi,  "Kemudian   daripada itu untuk  membentuk   suatu  Pemerintahan   Negara   Indonesia   yang  melindungi segenap bangsa Indonesia  dan seluruh tumpah darah Indonesia .. ".  Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya  dalam Batang Tubuh UUD 1945.
d.   Kerakyatan      Yang    Dipimpin     Oleh    Hikmat     Kebijaksaaan       dalam
Permusyawaratan/Perwakilan


Kerakyatan    berasal   dari  kata   rakyat   yaitu   sekelompok    manusia   yang berdiam  dalam  satu  wilayah  negara  tertentu.  Dengan  sila  ini  berarti  bahwa bangsa  Indonesia   menganut   sistem  demokrasi  yang  menempatkan   rakyat  di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
Hikmat  kebijaksanaan   berarti  penggunaan   rasio    atau  pikiran  yang  sehat dengan selalu mempertimbangkan   persatuan  dan kesatuan  bangsa, kepentingan rakyat  dan  dilaksanakan   dengan   sadar,  jujur   dan  bertanggung   jawab   serta didorong   dengan   itikad   baik  sesuai  dengan   hati  nurani.   Permusyawaratan adalah  suatu  tata  cara  khas  kepribadian   Indonesia   untuk  merumuskan   atau memutuskan    sesuatu   hal  berdasarkan   kehendak   rakyat   sehingga   tercapai keputusan  yang bulat dan mufakat.  Perwakilan  adalah suatu sistem, dalam arti, tata   cara   mengusahakan    turut   sertanya   rakyat   mengambil    bagian   dalam kehidupan  bemegara  melalui lembaga perwakilan.
Dengan  demikian  sila ini mempunyai  makna  bahwa  rakyat dalam melaksanakan     tugas    kekuasaanya     ikut   dalam    pengambilan     keputusan- keputusan.    Sila ini merupakan  sendi asas kekeluargaan  masyarakat  sekaligus sebagai asas atau  prinsip tata pemerintahan  Indonesia  sebagaimana   dinyatakan dalam   alinea   keempat   Pembukaan   UUD   1945  yang   berbunyi   :"...  maka disusunlah  kemerdekaan  kebangsaan  Indonesia, yang berkedaulatan  rakyat ... "
e.  Keadilan  Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan  sosial  berarti  keadilan  yang  berlaku  dalam  masyarakat   di segala bidang  kehidupan,  baik  material  maupun  spiritual.  Seluruh  rakyat  Indonesia berarti untuk setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia.
Pengertian  itu tidak  sama dengan   pengertian  sosialistis  atau komunalistis karena   keadilan   sosial   pada   sila  kelima   mengandung    makna   pentingnya hubungan   antara  manusia   sebagai  pribadi  dan  manusia   sebagai  bagian  dari masyarakat.  Konsekuensinya    meliputi   :
1.   Keadilan  distributif  yaitu  suatu hubungan  keadilan  antara    negara  dan  , warganya  dalam  arti pihak    negaralah  yang  wajib  memenuhi  keadilan dalam  bentuk  keadilan  membagi,  dalam bentuk  kesejahteraan,   bantuan, subsidi serta kesempatan  dalam hidup bersama yang didasarkan  atas  hak dan kewajiaban.
2.  Keadilan   legal  yaitu  suatu  hubungan   keadilan     antara  warga  negara terhadap           negara,    dalam   masalah    ini   pihak   wargalah    yang   wajib memenuhi                keadilan    dalam   bentuk   mentaati    peraturan    perundang- undangan  yang berlaku dalam negara


3.  Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau dengan lainnya secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya sehingga tujuan harmonisasi akan dicapai. Hakikat sila ini dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu :"dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia
. . .      Negara   Indonesia  yang  merdeka,  bersatu,   berdaulat,   adil  dan makmur".


BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam mengembangkan wawasan mengenai normal, nilai, dan sosial. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.



Sumber: http://ahmadnasher.staff.gunadarma.ac.id

0 komentar:

Posting Komentar