Senin, 02 Mei 2016

Teori Berfikir dan Belajar




MAKALAH  TEORI BERFIKIR DAN BELAJAR




Editor:
Tim Makalah-makalah.com





KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
 Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Hormat kami,
Tim Makalah


BAB I
PENDAHULUAN

Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan masalah diantaranya:
A. Apa Definisi atau pengertian Teori Berfikir?
B. Apa Definisi atau Pengertian Teori Belajar?

Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui Definisi atau pengertian Teori Berfikir?
B. Mengetahui Definisi atau Pengertian Teori Belajar?







BAB II

PEMBAHASAN




A.  Pengertian Berpikir

Definisi berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih terdapat pandangan yang berbeda- beda. Walaupun tafsiran mereka itu berbeda-beda, namun umumnya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran dapat dikaitkan dengan proses   untuk   membua keputusan   dan   menyelesaikan   masalah. Berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerapkan berbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, membuat keputusan  dan  menyelesaikan  masalah  dan   seterusnya  membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:767) berpikir adalah penggunaan dari akal budi dalam mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Presseisen (dalam Nur Izzati, 2009), berpikir  secara  umum  diasumsikan  sebagai  proses  kognitif,  aksi mental ketika pengetahuan diperoleh. Sedangkan kutipan Beyer (Wardhani, 2011) menyatakan, "Berpikir,   singkatnya adalah proses mental oleh individu yang masuk akal dari pengalaman". Liputo (Aisyah, 2008:17)   berpendapat bahwa berpikir merupakan aktivitas





mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam berpikir adalah memahami, mengambil keputusan, merencanakan, memecahkan masalah dan menilai tindakan.
Ruggiero (dalam Siswono, 2009) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahka suatu   masalah,   membua suat keputusan,   atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menegaskan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.Berdasarkan pengertian- pengertian di atas berpikir dapat diartikan sebagai kegiatan akal budi atau kegiatan mental untuk mempertimbangkan, memahami, merencanakan, memutuskan, memecahkan masalah dan menilai tindakan.
Jadi, dapat disimpulkan berpikir adalah kegiatan memfokuskan pada eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan- kemungkinan dan mencari jawaban-jawaban yang lebih benar.
Macam - Macam Bentuk Berpikir

1. Berpikir konkret dan abstrak

Menurut Anthony Gregorc (Prijosaksono dkk. ,2006) ada dua kemungkinan dominasi otak, yaitu persepsi konkret dan abstrak, dan kemampuan pengaturan  secara sekuensial  (linear) daacak (nonlinear).    Yang    termasuk    dalam    dua    kategori sekuensial”





cenderung memiliki dominasi otak kiri (logis, analitis, sekuensial, linear dan rasional), sedang orang-orang yang berpikir secara acak (random) biasanya termasuk dalam dominasi otak kanan (acak, tidak teratur, intuitif dan holistik).
Pemikir  sekuensial  konkret  memperhatikan  dan  mengingat detail dengan lebih mudah, mengatur tugas dalam proses tahap demi tahap,    dan    berusaha    mencapai kesempurnaan.    Mereka    selalu memecahkan masalah, dan mengambil keputusan berdasarkan fakta atau kenyataan dan mengolah informasi dengan cara  yang teratur, linear, dan sekuensial. Bagi para sekuensial konkret, realitas terdiri dari  apa  yang  mereka  ketahui  melalui  indra  fisik  mereka. Orang sekuensial konkret selalu mengatur tugas-tugas menjadi proses tahap demi  tahadan  berusaha keras  untuk  mendapatkan  kesempurnaan pada setiap tahap. Mereka menyukai prosedur baku dan pengarahan.
Realitas bagi pemikir sekuensial abstrak adalah dunia teori metafisis dan pemikiran abstrak. Mereka suka berpikir dalam konsep dan menganalisis informasi. Proses berpikir mereka logis, rasional dan intelektual. Bentuk aktivitas pemikir sekuensial abstrak adalah membaca da jika   suatu   proye perlu   diteliti, mereka   akan melakukannya dengan mendalam. Mereka ingin mengetahui sebab- sebab di balik akibat dan memahami teori serta konsep.





2. Berpikir Intuitif Dan Reflektif

Banyak filosof dan ahli pendidikan memandang intuisi sebagai strategi mental atau metode yang memungkinkan seseorang menyatakan esensi/intisari suatu fenomena (Spinoza, 1967). Bahkan Poincare (Tall, 1992) berargumentasi bahwa tidak ada aktivitas yang benar-bena kreatif   dala sains   da matematika   tanpa   intuisi. Filosof dan ahli pendidikan yang berlainan kutub dengan penggunaan intuisi memandang bahwa penggunaan intuisi merupakan bentuk elementer dan pengetahuan primitif (Muniri, 2009).
Pada dasarnya, seorang matematikawan sering menggunakan intuisi dalam menyelesaikan masalah (problem solving) sebelum merancang serangkaian langkah-langkah untuk membuktikannya. Atau bahkan ide-ide intuitif sering membuka dan memberikan jalan dalam menyelesaikan masalah matematika serta menyediakan petunjuk kearah pengembangan topik-topik matematika.
Pada dasarnya pengetahuan intuitif dipandang sebagai pengetahuan  yang  diterima  secara  langsuntanpa  melalui serangkaian bukti (Fischbein, 1994). Jadi pemahaman intuitif diartikan sebagai pemahaman secara spontan terhadap suatu konsep tanpa harus melalui bukti terlebih dahulu, seperti halnya kita dihadapka pada   masalah   bilanga 2,   4,   6 da seterusnya merupakan bilangan genap, kita dapat menerima dan meyakininya tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu, dan apabila siswa diminta





untuk melanjutkan bilangan tersebut, hampir bisa dipastikan siswa akan menjawab 8, 10, 12 dan seterusnya walaupun aturuan umum dari bilangan deret tersebut belum ditentukan.
Tatag (2005) mengemukakan bahwa berpikir intutif dapat diartikan berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri   atau   perasaa (feeling)   yan tiba-tiba   (insight) tanpa berdasarkan kelaziman fakta-fakta. Jadi orang yang berpikir secara intuitif,  munculnya  idea  atau  konsep sering  terjadi  pada  saat-saat tertentu misalnya sedang rileks atau sedang asyik menikmati kopi atau musik .
Mario Bunge (Zeev dan Star, 2002) menyatakan bahwa intuisi merupakan penalaran (reason), yang memiliki karakteristik: catalytic inference,    power    of    synthesis dan common    sense.    Catalytic inference adalah  jalan  pintas  dari  suatu  proposisi  ke  proposisi lainnya, yaitu dengan suatu loncatan ke suatu konklusi secara cepat tanpa mempertimbangkan premis dan perantaranya. Power of synthesis merupakan kemampuan mengkombinasikan keheterogenan atau elemen-elemen yang terpencar dalam suatu keseluruhan keseragaman  atau  keharmonisan.  Common  sense  adalah pertimbangan yang ditopang oleh pengetahuan umum (ordinary knowledge).
Berpikir Reflektif kegiatan mental untuk mengkaji ulang apa yang akan atau sedang diputuskan, kegiatan ini memerlukan sedikit





waktu dibandingkan dengan berpikir intuitif. Pada level berpikir reflektif terjadi campur tangan antara aktivitas mental dengan kesadaran diri atau Intropeksi. (Richard Skemp, 1974). Misalnya seorang pengemudi mengendarai motor akan mengganti atau menurunkan gear sebelum mencapai tikungan tajam.
Seorang penumpang yang  masih belajar bertanya  kepada kita mengapa kita memindahkan versnelling sebelum mencapai tikungan tajam. Biarpun kita telah berbuat begitu tanpa berpikir, kita tidak kesulitan    untuk    menjelaskan    alasan tersebut.    Inilah    reflektif merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pemikiran matematis.
Sehingga yang dimaksud dengan berpikir intuitif adalah berpikir secara spontanitas tanpa harus diberikan contoh, langsung dipahami oleh siswa. Contohnya apabila kita tanyakan tentang bilangan ganjil, mereka langsung menjawabnya, 1,3,5,.., dan seterusnya. Contoh lain apabila guru menanyakan bilangan asli maka siswa akan langsung menjawabnya yaitu 1,2,3,4,.. selain itu, apabila ditanyakan kepada siswa berapa jumlah bulan dalam setahun, maka siswa akan lansung menjawab 12 bulan dalam setahun. sedangkan berpikir reflektif adalah tingkat berpikir untuk mengkaji ulang atau apa yang akan kita lakukan. Contonya dalam pembelajaran matematika siswa akan bertanya mengapa kita menggunakan rumus (panjang x lebar) untuk mencari luas persegi panjang. Contoh lain Misalnya     seorang     pengemudi     mengendarai     motor     akan





mengganti/menurunkan gear sebelum mencapai tikungan tajam. Sesorang penumpang yang masih belajar bertanya kepada kita mengapa kita memindahkan versnelling sebelum mencapai tikungan tajam.

B. Pengertian belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya, mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi  tahu,  memahami,  mengerti,  dapat  melaksanakan  dan  memiliktentang sesuatu. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok. Hal ini berarti bahwa keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar yang dilakukan siswa sebagai anak didik.
Slameto  (2003:13)  menyatakan  belajar  merupakan  suatu  proses  usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Untuk mendapatkan sesuatu seseorang harus melakukan usaha agar apa  yandi  inginkan dapat  tercapai.  Usaha  tersebut  dapat  berupa  kerja  mandiri maupun kelompok dalam suatu interaksi.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam suatu situasi.



2. Ciri-ciri belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajamenurut Djamarah (2002:15-16) sebagai berikut :
a)    Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan atau sekurang- kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
b)    Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri indiviberlangsung terus-menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan atau proses belajar berikutnya.
c)    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan selalu bertambah dan tertuju memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usah belajar dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.
d)    Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan bersifat sementara yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya. Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen.
e)    Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku jika seseorang belajar sesuatu sebagai hasil ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilam, pengetahuan.

3. Prinsip-prinsip belajar

a)  Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.
b)  Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

c)  Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d)  Penguasaan  yang  sempurna  dari  setiap  langkah  yang  dilakukan  siswa  akan membuat proses belajar lebih berarti.
e)  Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar a)  Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi:
1)  Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini ada dua macam yaitu :
(a Keadaan jasmani.

Keadaan ini sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan dampak positif terhadap kegiatan belajar.



(b)  Keadaan fungsi fisiologis.

Selama proses belajaberlangsung peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar terutama panca indra.

2)  Faktor psikologis

Keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut:
(a)   Kecerdasan/intelegensi siswa merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan belajar siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang  individu  meraih  sukses  dalam  belajar.  Sebaliknya,  semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.
(b)  Motivasadalah  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi  keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat.
(c)   Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(d) Sikap  adalah  gejala  internal  yang  berdimensi  afektif  berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya.
(e)   Bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar. Apabila bakat seseorang sesuai denga bidan yang   sedang   dipelajarinya maka   baka it akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar akan berhasil.
b)  Faktor Eksternal

1)  Lingkungan social
(a) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
(b) Lingkungasosial  masyarakat,  kondisi  lingkungan  masyarakat  tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
(c) Lingkungan sosial keluarga, hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak,  kakak  yang  harmonis  akan  membantsiwa  melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2)  Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah :

(a Lingkungan alamiah, kondisi udara yang segar dan suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa. Bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung proses belajar siswa akan terhambat.
(b)  Faktor instrumental, perangkat belajar yang dapat digolongkan 2 macam yaitu  :  Pertama,  hardware  seperti  gedung  sekolah,  alat-alat  belajar, fasilitas  belajar,  lapangan olahraga.  Kedua, software seperi kurikulum sekolah, peraturan-peraturan,buku panduan,silabi dan sebagainya.
(c)  Faktor materi pelajaran, faktor yang hendak disesuaikan dengan usai perkembangan siswa dengan metode mengajar guru disesuaikan  dengan kondisi siswa.


BAB IV
PENUTUP

Demikian makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam membantu menambah wawasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.


Sumber:
Umk.ac.id
ung.ac.id


Tag #Teori berfikir dan belajar.pdf #teori berfikir dan belajar.doc

0 komentar:

Posting Komentar