MAKALAH
BIOGRAFI SINGKAT SAHABAT ATAU ULAMA YANG BANYAK MERIWAYATKAN HADITS
SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK PEMBUKUAN HADITS
Disusun Oleh:
Fatimatuzzahro – STAID Jakarta
Selatan 2010
Editor:
Makalah-makalah.com
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam mempelajari hadits kita tidak
hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga
perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan
menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah
Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita.
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai biografi singkat ulama hadits sejak
zaman sahabat sampai puncak pembukuan hadits.
BAB II
BIOGRAFI SINGKAT ULAMA HADITS SEJAK ZAMAN SAHABAT SAMPAI PUNCAK
PEMBUKUAN HADITS
A. Biografi Singkat Ulama Hadits
Pada Zaman Sahabat
1. Abu Hurairah (19 SH – 59 H)
Nama lengkap Abu Hurairah adalah
‘abd al-Rahman ibn Shakhr al-Dausi al-Yamani. Abu Hurairah telah memeluk agama
Islam sejak dia berada di Yaman, kemudian ia berhijrah ke Madinah. Kehidupannya
di Madinah sangat bergantung kepada Rasulullah. Abu Hurairah di kenal sebagai
seorang yang wara’ dan ‘abid.
Meskipun Abu Hurairah hidup
berdampingan dengan Rasul saw hanya selama tiga tahun, masa yang singkat
tersebut ternyata telah dapat dipergunakannya untuk menyerap dan menimba
berbagai ilmu pengetahuan dari Rasul saw, sehingga dia dapat meriwayatkan
hadits lebih banyak dari sahabat-sahabat yang lainnya. Jumlah hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah sebanyak 5374 hadits.
2. ‘Abd Allah ibn ‘umar ibn
al-Khaththab (10 SH – 73 H)
Nama lengkapnya adalah ‘Abd Allah
ibn umar ibn al-Khaththab ibn Nufail al-Quraisy al-‘Adawi Abu ‘Abd al-Rahman
al-Makki. Dia memeluk agama Islam sejak usianya masih kecil, dia hijrah ke
Madinah ketika berumur 10 tahun. Ibn ‘Umar banyak meriwayatkan hadits dan ia
adalah seorang sahabat yang sangat ketat dan teliti dalam menerima hadits.
Jumlah hadits yang diriwayatkan Ibn ‘Umar sebanyak 2630 buah.
3. Anas ibn Malik (10 SH – 93 H)
Nama lengkapnya adalah Anas ibn
Malik ibn al-Nadhr ibn Dhamdham al-Anshari al-Khazraji al-Najjari. Ketika Rasul
saw hijrah ke Madinah, Anas baru berusia 10 tahun. Ibunya, Ummu Sulaim,
menyerahkan Anas kepada Rasul agar dapat berkhidmat kepada Rasul, Anas tumbuh
dan besar bersama Rasul saw selam 10 tahun. Anas adalah seorang sahabat yang
terkenal wara’, banyak ibadahnya, dan sedikit bicaranya. Anas adalah perawi
hadits terbanyak ketiga di kalangan sahabat. Jumlah hadits yang diriwayatkannya
adalah 2286 hadits. Di antaranya 318 hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim, 80 hadits diriwayatkan oleh Bukhari saja, dan 70 hadits diriwayatkan
oleh Muslim saja.
4. ‘Aisyah Umm al-Mu’minin (9 SH –
58 H)
Dia adalah ‘Aisyah binti Abu Bakar
al-Shiddiq, salah seorang istri Rasul saw. ‘Aisyah hidup bersama Rasul saw
selama 8 tahun 5 bulan. ‘Aisyah adalah seorang cerdas serta menguasai Al-Qur’an
dan Hadits-hadits Nabi saw terutama yang berkenaan dengan permasalahan wanita,
dan bahkan dia juga seorang yang ahli dalam bidang Fiqh sehingga dianggap sebagai
salah seorang fuqaha sahabat. Jumlah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah
adalah 2210 hadits.
5. ‘Abd Allah ibn ‘Abbas (3 SH – 68
H)
Dia adalah Abu al-‘Abbas ibn ‘Abd
al-Muthalib ibn Hasyim ibn ‘Abd Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi, anak paman Rasul
saw. Ketika Rasul saw wafat, Ibn ‘Abbas berusia 13 tahun. Dalam usahanya untuk
mendapatkan hadits, Ibn ‘Abbas biasa mendatangi rumah-rumah para sahabat dan
duduk di depan pintu rumah mereka dalam cuaca yang panas dan berangin. Ia
adalah seorang yang sangat mencintai ilmu dan bekerja keras untuk
mendapatkannya, sehingga untuk mengetahui satu permasalahan saja dia mendatangi
dan menanyakan kepada 30 orang sahabat. Ia menguasai berbagai disiplin ilmu
yang berkembang dan diperlukan pada masanya. Ia meriwayatkan hadits sebanyak
1660 hadits.
6. Jabir ibn ‘Abd Allah (16 SH – 78
H)
Namanya adalah Jabir ibn ‘Abd Allah
ibn ‘Amr ibn Haram ibn Tsa’labah al-Khazraji al-Salami al-Anshari Abu ‘Abd
Allah. Jabir adalah seorang faqih dan mufti pada masanya. Ayahnya gugur dalam
peperangan Uhud dan meninggalkan keluarga yang membutuhkan nafkah beserta
hutang. Rasul saw menyantuninya dengan rasa kasih sayang dan memeliharanya
sampai hutangnya terbayar. Jabir sanagt mencintai Rasul saw dan dia menyertai
Rasul saw dalam setiap peperangan yang dilakukan beliau, kecuali pada
peperangan Badr dan Uhud. Meskipun hidup dalam kesempitan, hal tersebut
ternyata tidak menghalangi Jabir untuk menuntut dan mencari ilmu pengetahuan,
ia melakukan perjalanan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari sahabat-sahabat
besar. Jumlah hadits yang diriwayatkannya sebanyak 1540 hadits.
7. Abu Sa’id al-Khudri (12 SH – 74
H)
Dia adalah Sa’ad ibn Malik ibn Sinan
ibn ‘Ubaid ibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid ibn al-Abjar. Pada usia 13 tahun, dia
dibawa serta oleh ayahnya menghadap Rasul saw agar diizinkan untuk turut dalam
perang Uhud, namun Rasul saw, menganggapnya masih terlalu muda untuk berperang
ketika itu, dan selanjutnya beliau menyarankan untuk dibawa pulang kembali.
Selam hidupnya ia telah mengikuti sejumlah 12 kali peperangan. Ia meriwayatkan
hadits sebanyak 1170 hadits.
8. Abdullah ibn ‘Amir ibn ‘Ash (7 SH
– 63 H)
Dia adalah Abu Muhammad Abdullah ibn
Amr ibn ‘Ash al-Quraisy as-sahmy. Beliau memeluk agama Islam sebelum ayahnya.
Beliau terkenal seorang yang banyak ibadah, banyak membaca Al-Qur’an, banyak
meriwayatkan hadits dan banyak ilmunya yang diterima dari Nabi saw. Ia juga menulis
apa yang didengar dari Nabi saw. Hadits-haditsnya yang dapat dikumpul oleh para
ulama hanya 700 hadits saja.
9. Abdullah ibn Mas’ud (28 SH – 32
H)
Dia adalah Abu Abdur Rahman Abdullah
ibn Mas’ud. Ibnu Mas’ud sendiri mengatakan bahwa beliaulah orang yang keenam
yang pertam-tama masuk Islam. Beliau berhijrah ke Habsyah dan kemudian ke
Madinah turut menyaksikan perang Uhud, Badr, Khandaq, Bai’atur Ridwan, dan
Yarmuk. Dialah yang menewaskan Abu Jahal dalam perang Badr. Ia adalah sahabat
yang memakaikan sepatu kaki Rasul dan menanggalkannya. Ia terhitung sahabat
besar dan ahli hukum terkenal dalam bidang hadits dan fatwa, dan terkenal
keahliannya dalam bidang-bidang Al-Qur’an. Hadits-hadits beliau yang telah
dikumpulkan hanyalah 84 hadits.
B. Biografi Singkat Ulama Hadits
Pada Zaman Pengkodifikasian Hadits
1. ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz (61 – 101
H)
Dia adalah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz
ibn Marwan ibn al-Hakam ibn Abi al-‘Ash ibn Umayyah ibn ‘Abd Syams al-Quraisy
al-Umawi Abu Hafsh al-Madani al-Dimasyqi, Amir al-Mu’minin. Ia adalah seorang
khalifah yang mempunyai perhatian cukup besar terhadap hadits Nabi saw. Beliau
secara langsung menuliskan hadits-hadits yang didengar dan diminatinya.
Dorongan untuk menuliskan dan memelihara hadits selain karena dikhawatirkan akan
lenyapnya hadis bersama meninggalnya para penghafalnya, juga dikarenakan
berkembangnya kegiatan pemalsuan hadits yang disebabkan oleh terjadinya
pertentangan politik dan perbedaan madzhab di kalangan umat Islam. Ia
menginstruksikan kepada para ulama dan penduduk Madinah, “Perhatikanlah
hadits-hadits Rasul saw dan tuliskanlah, karena aku mengkhawatirkan lenyapnya
hadis dan perginya para ahlinya.” Ia juga mengirim surat kepada para penguasa
di daerah-daerah agar mendorong para ulama setempat untuk mengajarkan dan
menghidupkan sunnah Nabi saw. Karena prakarsa dan inisiatif pembukuan hadits
itu para ulama hadis memandang bahwa pada masa pemerintahan khalifah ‘Umar ibn
‘Abd al-Aziz, yaitu pada akhir abad pertama dan awal abad kedua Hijriah,
pembukuan hadits secara resmi dimulai.
2. Muhammad ibn Syihab al-Zuhri (50
– 124 H)
Dia adalah Abu Bakar Muhammad ibn
Muslim ibn ‘Ubaid Allah ibn Syihab ibn ‘Abd Allah ibn Muslim bin Zuhrah ibn
Kilab ibn Murrah al-Quaraisyi al-Zuhri al-Madani. Ia terkenal sebagai seorang ulama
yang cepat serta setia dan teguh hafalannya. Dia dapat menghafal Al-Qur’an
hanya dalammasa 80 hari. Ia orang pertama yang memenuhi himbauan Khalifah ‘Umar
ibn ‘Abd al-Aziz untuk membukukan hadits, sehingga dia telah berhasil
menghimpunnya dalam beberapa kitab. Ia telah berhasil mengumpulkan sejumlah
tertentu dari hadits Nabi saw yang tidak diriwayatkan oleh para perawi lain,
sehingga menyelamatkan hadits-hadits Nabi saw dari kepunahan.
3. Muhammad ibn Hazm (w. 117 H)
Dia adalah Abu Bakar ibn Muhammad ibn
‘Amr ibn Hazm al-Anshari al-Khazraji al-Najjari al-Madani al-Qadhi. Tahun
lahirnya tidak diketahui. Ia adalah seorang ulama besar dalam bidang hadits dan
ia juga terkenal ahli dalam bidang Fiqh pada masanya, dalam kapasitasnya
sebagai Gubernur Madinah dan sekaligus sebagai ulama hadits, dia pernah diminta
oleh Khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-Aziz untuk menuliskan hadits-hadits Nabi saw.
4. Al-Ramahurmuzi (265 H – 360 H)
Ia adalah Abu Muhammad al-Hasan ibn
‘Abd al-Rahman ibn Khallad al-Ramahurmuzi. Ia adalah seorang imam hafiz,
seorang muhaddits non-Arab, dia menulis, menyusun, dan melahirkan berbagai
karya ilmiah mengikuti jejak para ulama hadits sebelumnya. Di samping itu ia
juga seorang akhbari, sejarahwan, dan juga ahli syi’ir. Pada aba keempat
Hijriah, bermunculanlah ilmu-ilmu yang mandiri, di antarnya ialah bidang ilmu
Musthalah al-Hadits. Dalam bidang itu, yang pertama menulis kitabnya adalah
al-Ramahurmuzi dengan judul al-Muhaddits al-Fashil bayn al-Rawi wa al-Wa’i.
5. Bukhari (194 – 256 H)
Ia adalah Abu ‘Abd Allah Muhammad
ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju’fi (al-Ja’fai)
al-Bukhari. Bukhari mulai mempelajari hadits sejak sebelum usianya mencapai 10
tahun. Ia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Dalam rangka
memperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu hadits, ia melakukan
perlawatan ke berbagai daerah, seperti ke Syam, Mesir, al-Jazair, Basrah,
Hijaz, Kufah dan Baghdad. Ia adalah orang yang pertama menghimpun hadits-hadits
Shahih saja di dalam karyanya yang terkenal, yaitu Shahih al-Bukhari. Bukhari
sangat selektif dalam menerima hadits, bahkan dalam rangka kehati-hatiannya dia
terlebih dahulu mandi dan menunaikan shalat dua rakaat sebelum menuliskan suatu
hadits ke dalam kitabnya tersebut.
6. Muslim (204 – 261 H)
Ia adalah Abu al-Husain Muslim ibn
al-Hajjaj al-Qusyairi al-Nisaburi. Dia mulai mempelajari hadits sejak usia
sekitar 15 tahun. Diawali dengan mempelajri hadits dari guru-guru yang ada di
negerinya, selanjutnya ia melakukan perlawatan ke luar daerahnya. Di antar guru
yang ditemuinya adalah Imam Bukhari, Imam Ahmad ibn Hanbal, Ishaq ibn Rahawaih,
Zuhair ibn Harb, dan lainnya yang jumlahnya mencapai ratusan orang. Dia
meninggalkan lebih dari 20 karya dalam bidang hadits dan disiplin ilmu lainnya.
Karyanya yang paling terkenal adalah al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min
al-Sunan bi Naql al-‘Adl ‘an al-‘Adl ‘an Rasul Allah. Seperti halnya Imam
Bukhari, ia juga sangat ketat dalam menilai dan menyeleksi hadits yang
diterimanya.
7. Imam Abu Daud (202 H – 275 H)
Ia adalah Abu Daud Sulaiman ibn
al-Asy’ats ibn Ishak as-Sijistany. Sama halnya dengan Imam Bukhari dan Imam
Muslim, ia senantiasa berkelana berkeliling negeri-negeri tetangga, untuk
mencari hadits dan ilmu-ilmu lain. Ia seorang yang hafiz, Bahrul Ulum,
muhadditsin yang terpercaya, intelektual yang tinggi dalam segala disiplin ilmu
pengetahuan keagamaan, terutama yang berkenaan dengan hadits. Beliau menyusun
kitab yang dikenal dengan nama Sunan Abu Daud dan kitab ‘Ilalul Hadits.
8. Imam At-Turmuzi (200 H – 279 H)
Ia adalah Abu Isa Muhammad ibn Isa
ibn Surah. Ia adalah seorang murid Imam Bukhari di bidang ilmu hadits dan ilmu
Fiqh. Ia adalah seorang muhadditsin, seorang imam penghafal hadits yang
terkenal dabith dan teguh hafalannya. Ia telah menyusun kitab Suanan Turmudzi
yang lazim disebut Jami’ul-Turmudzi. Ia juga mengarang asy-Syamailul
Muhammadiyah.
9. Imam Nasa’I (215 H – 303 H)
Ia adalah Abu Abdurrahman ibn
Syu’aib ibn Ali al-Khurasani an-Nasa’i. Ia seorang muhadditsin yang kadar
intelektualnya tinggi, hafiz dan wara’. Sebagimana imam hadits lainny, ia
seorang yang gemar mengembara mencari hadits Nabi ke kota-kota besar, antara
lain Khurasan, Hijaz, Irak dan Mesir. Ia menyusun 15 buah karya besar, semuanya
di bidang hadits. Salah satu karyanya yang terkenal ialah Sunan Nasa’i.
10. Imam Ibnu Majah (207 H – 273 H)
Ia adalah Abu Abdillah Muhammad ibn
Jazid al-Qaswini. Beliau telah belajar ilmu hadits dengan mengunjungi beberapa
negeri seperti Irak, Hijaz, Mesir, Syam, dan beberapa negeri lain. Ia mempunyai
tingkatan yang tinggi dalam bidang hadits yaitu ketelitiannya dalam
meriwayatkan hadits. Karangannya yang termasyhur ialah Sunan Majah.
11. Imam Ahamad ibn Hanbal (164 H –
241 H)
Ia adalah Abu Abdullah Ahmad ibn
Hanbal. Seorang pembangun dan pendiri madzhab Hambali. Beliau pernah berguru
pada Imam Syafi’I dan beliau mengembara ke Syam, Hijaz, Yaman dan negeri-negeri
lainnya. Karyanya ialah Musnadul Kabir.
12 Imam Syafi’I (150 H – 204 H)
Ia adalah Abu Abdullah Muhammad ibn
Idris. Ia sejak usia 7 tahun telah hafal Al-Qur’an. Ia berangkat ke Baghdad
untuk menemui murid-murid Imam Hanafi, berdiskusi masalah ilmu hadits dan Fiqh
dan melahirkan pendpat Qaulun Qadim. Kemudian ke Mesir dan melahirkan pendapat
Qaulun Jadid. Beliau belajar pada ulama-ulama di Mekkah di bidang Fiqh dan
Hadits. Karena keahliannya di bidang Fiqh ia diangkat menjadi Mufti di Masjidil
haram selam 9 tahun. Penduduk Mekkah menggelarinya Nashirul Hasits (penolong pemahamamn
hadits). Karyanya banyak sekali, antara lain al-Musnad, Mukhtaliful Hadits,
as-Sunan, al-Umm dan ar-Risalah.
12. Imam Malik ibn Anas (93 H – 179
H)
Ia adalah Abu Abdillah Malik ibn
Anas ibn Malik ibn al-Haris. Dalam satu riwayat bahwa beliau berada dalam
kandungan ibunya selama 3 tahun dan dilahirkan di kalangan rumah tangga yang
ahli dalam bidang ilmu hadits dan hidup dalam masyarakat yang berkecimpung
tentang hadits Nabi dan atsar. Beliau menghafal Al-Qur’an sejak masa
kanak-kanak. Beliau seorang muhadditsin yang sangat dihormati oleh masyarakat
Madinah. Sebelum memberi pelajaran hadits ia terlebih dahulu berwudhu’.
Karyanya ialah Muwaththa’.
BAB IV
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita
dalam membantu menambah wawasan mengenai Biorafi singkat sahabat yang
meriwayatkan Hadits. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan.
Terimakasih.
Referensi:
- Ash Shiddieqy, Hasbi. 1973.
Sejarah Perkembangan Hadits dan Tokoh-tokoh Utama Dalam Bidang Hadits. Jakarta:
PT. Bulan Bintang.
- Rahman, Zufran. 1995. Kajian
Sunnah Nabi Saw Sebagai Sumber Hukum Islam: Jawaban Terhadap Aliran Ingkar
Sunnah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
- Yuslem, Nawir. 2001. Ulumul Hadis.
Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya.
#pdf #doc #doxc
0 komentar:
Posting Komentar