MAKALAH
PERMASALAHAN HADITS MAUDHU'
MAKALAH
PANCASILA
SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Penyusun:
Ahmad
Nasher
Editor:
Tim
Makalah-makalah.com
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Makalah ini dibuat
semata untuk membahas tentang hadits maudhu’. Hadits maudhu’ salah satu dari
pembagian hadits. Semua hadits seperti hadits hasan, hadits dhoif, semuanya
bersandarkan kepada Rasulullah SAW. Berbeda dengan hadits maudhu` yang semua
isinya dari seorang pendusta dan mengatasnamakan Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
Agar
pembahasan tepat dan benar sesuai yang diinginkan oleh penulis, maka penulis
membatasi masalah yaitu sebagai berikut.
1. Apakah pengertian hadits maudhu’?
2. Bagaimanakah awal muncul dan faktor yang
melatarbelakanginya?
3. Apa kriteria kepalsuan dari hadits maudhu’?
4. Seperti apakah pengaruh dan dampak buruk
tersebarnya hadits maudhu’?
5. Bagaimana upaya menanggulangi hadits maudhu’?
C. Tujuan
Dibuatnya makalah ini,
memiliki tujuan pokok yang ingin dicapai, yaitu.
1. Untuk mengetahui pengertian hadits maudhu’.
2. Untuk mengetahui awal muncul dan faktor
yang melatarbelakanginya.
3. Untuk mengetahui kriteria kepalsuan dari
Hadits Maudhu’.
4. Untuk mengetahui pengaruh dan dampak buruk
tersebarnya hadits maudhu’.
5. Untuk mengetahui upaya menanggulangi hadits
maudhu’.
BAB II
PEMBAHASAN
HADITS MAUDHU`
Hadits baru dibukukan
dan ditulis pada masa Kekholifahan Umar ibn ‘Abd Al Aziz abad ke 2 H melalui
perintahnya kepada Gubernur Abu Bakar Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dan bahkan
kepada tabi’in wanita ‘Amrah binti ‘Abd Al Rahman. Kesenjangan waktu antara sepeninggalan
Rasulullah SAW dengan waktu pembukukan hadits hampir 1 abad merupakan
kesempatan yang baik bagi orang-orang atau kelompok tertentu untuk memulai
aksinya membuat dan mengatakan sesuatu yang kemudian dinisbatkan kepada
Rasulluh SAW. dengan alasan yang dibuat-buat. Penisbatan sesuatu kepada
Rasulullah seperti inilah yang selanjutnya di kenal dengan hadis palsu atau
hadits maudhu’.
A. Pengertian Hadits Maudhu`
Apabila ditinjau
secara bahasa, hadits maudhu` merupakan bentuk dari isim
maf`ul dari wado`a-yado`u.kata wado`a memiliki
beberapa makana antara lain: menggugurkan, misalnya kalimat wado`al
jinan yata anhu (hakim menggugurkan hukuman dari seseorang). Juga
bermakna attarku (meninggalkan), misalnya ungkapan ibilun
maudu`atun (unta yang ditinggalkan di tempat pengembalaannya). Selain
itu juga bermakana al iftiroo`u wal ikhtilaaqu (mengada ada
dan membuat buat), misalnya kaliamat wado`a fulaanun haadzihil qissota (fulan
membuat buat dan mengada ada kisah itu).[1]
Adapun pengertian
hadits maudhu` menurut istilah para muhaddisin adalah :
Sesuatu yang dinisbatkan kepada rasulullah
SAW.secara mengada ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan,beliau kerjakan
ataupun beliau taqrirkan.[2]
Dari
pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hadits maudhu` adalah segala
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi secara rekaan atau dusta semata mata.
Dalam penggunaan masyarakat islam, hadits maudhu` disebut juga hadits palsu.[3]
Kata
kata yang biasa dipakai untuk hadits maudhu` adalah al-mukhtalaqu,
al-muhtala`u,al-mashnu, dan al-makdzub.Kata tersebut
memiliki arti yang hampir sama. Pemakaian kata kata tersebut adalah lebih
mengokohkan (ta`kid) bahwa hadits semacam ini semata mata dusta atas nama Rasul
SAW.[4]
B. Awal muncul dan faktor – faktor yang
melatarbelakangi munculnya hadits hadits maudhu`
1. Awal muncul hadits maudhu’
Awal munculnya hadits
maudhu` yaitu pada masa pemerintahan sayyidina utsman bin affan (w. 35 H).
golongan inilah yang mulai menaburkan benih-benih fitnah yang pertama.[5] Salah
seorang tokoh yang berperan dalam upaya menghancurkan islam pada masa utsman
bin affan adalah Abdullah bin Saba`, seorang penganut yahudi yang menyatakan
telah memeluk islam.
Dengan
bertopengkan pembelaan kepada Sayyina Ali dan ahli Bait, ia menjelajah
kesegenap pelosok untuk menabur fitnah kepada orang ramai. Ia menyatakan bahwa
Ali (w. 40 H) lebih berhak menjadi khalifah dari pada utsman, bahkan lebih
berhak dari pada Abu Bakar (w. 13 H) dan Umar (w. 23 H). Hal itu karena,
menurut abdullah bin Saba` sesuai dengan wasiat dari Nabi SAW. Lalu untuk
mendukung prropaganda tersebut ,ia membuat satu hadits maudhu` (palsu)
yang artinya,: “setiap nabi itu ada penerima wasiatnya dan penerima wasiatku
adalah Ali”[6]
Namun
penyebaran hadits maudhu` pada masa ini belum begitu
meluas karena masih banyak sahabat utama yang masih hidup dan mengetahui dengan
penuh yakin akan kepalsuan suatu hadits. Sebagai contoh, Sayyina Utsman, ketika
beliau mengetahui hadits maudhu` yang dibuat oleh Ibnu
Saba`, beliau dengan mengambil tindakan dengan mengusir Ibnu Saba` dari
Madinah. Begitu juga yang dilakukan oleh Sayyina Ali setelah beliau menjadi
khalifah.
Para
sahabat mengetahui banyak dari hadits maudhu` karena ada
ancaman yang kerasa yang di keluarkan oleh Nabi SAW.terhadap orang yang
memalsukan hadits, sebagaimana sabda Nabi SAW.,”Barang siapa yang berdusta
atas namaku dengan sengaja diya telah menempati tempatnya didalam neraka”[7]
Walaupun
begitu, golongan ini terus mencari cari peluang yang ada, terutama setelah
terjadinya pembunuhan utsman. Kemudian muncul golongan golongan seperti
golongan yang ingin menuntut bela atas kematian utsman , golongan yang
mendukung Ali, dan golongan yang tidak mmemihak kepada golongan pertama dan golongan
kedua. Kemudian untuk memngaruhi orang banyak supaya memihak kepada golongannya
masing masing, orang orang munafik dari masing masing golongan tersebut membuat
hadits-hadits palsu yang menunjukkan kelebihan dan keunggulannya.[8]
Imam
Az-Zahabi (w. 748 H) meriwayatkan dari Khuzaimah bin Nasr, katanya, “Aku
mendengar Ali berkata di Siffin, mudah mudahan allah melaknati mereka (yaitu
golongan yang putih yang telah menghitamkan) karena telah merusakkan
hadits-hadits Rasulullah”[9]
Menyadari hal itu,
para sahabat awal tidak akan mudah percaya dan menerima begittu aja sekiranya
mereka meragukan kesasihan hadits itu.
Walaupun
begitu, tahap penyebaran hadits-hadits maudhu` pada masa ini
masih lebih kecil dibandingkan dengan zaman-zaman berikutnya. Hal ini karena
masih banyaknya tabi`in yang menjaga hadits-hadits dan menjelaskan diantara
yang lemah dan yang sahih. Dan juga karena zaman ini masih dianggap masih
sezaman dengan Nabi SAW.dan disebut oleh Nabi sebagai diantara sebaik-baik
zaman. Pengajaran- pengajaran serta wasiat dari Nabi masih segar dikalangan
mereka yang menyebabkan mereka dapat menganalisis kepalsuan-kepalsuan suatu
hadits.[10]
2. Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Munculnya
Hadits Maudhu`
a. Pertentangn Politik Dalm Soal Pemilihan
Kholifah
Pertentangan diantara
umat islam timbul setelh terjadinya pembunuhan terhadap khalifah Umar bin Affan
oleh para pemberontak dan kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib.[11]
Konflik-konflik
politik telah menyeret permasalahan agama masuk kedalamnya dan membawa pengaruh
juga pada madzhab-madzhab keaamaan. Karena persaingan untuk menonjolkan
kelompok mereka masing-masing, maka ketika mencari dalil dalam Al-Qur’an dan
as-Sunnah tidak ada, mereka membuat pernyataan-pernyataan yang disandarkan pada
Nabi SAW. Dari sinilah Hadits palsu berkembang. Materi Hadits pertama tentang
keunggulan seseorang dan kelompoknya.
Orang-orang syiah
membuat hadits maudhu` tentang keutamaan-keutamaan `Ali dan Ahli Bait.
Disamping itu mereka membuat hadits maudhu` dengan maksud mencela cela dan
menjelek jelekkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a.[12]
Gerakan-
gerakan orang syiah tersebut diimbangi oleh golongan jumhur yang
bodoh dan tidak taua akibat dari pemalsuan hadits tersebut dengan membuat
hadits-hadits palsu.[13]
Golongan yang fanatik
kepada muawiyah membuat pula hadits palsu yang menerangkan keutamaan muawiyah
,diantaranya:”orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu aku, jibril, dan muawiyah”.
Perlu diketaui bahwa
walaupun kaum khawarij merupakan kaum yang keluar dari golongan ahlussunnah
waljamaah.mereka tidak pernah mengeluarkan hadits maudhu` untuk menguatkan
madzhabnya. Jadi tidak benar jika ada ulama` yang mengatakan bahwa kaum khawarij
itu memperkuat madzhabnya dengan mambuat hadits maudhu`.[14]
Mereka tidak melakukan
pemalsuan hadits dikarenakan oleh doktrin mereka yang mengafirkan orang-orang
yang melakukan dosa besar, sedangkan dusta merupakn dosa besar, apalagi
berdusta atas nama Nabi SAW.[15]
b. Adanya kesenjangan dari pihjak lain untk merusak
ajaran islam
Golongan ini adalah
terdiri dari golongan zindiq, yahudi, Majusi, dan nasrani yang senantiasa
menyimpan dendam tehadap agama islam. Faktur ini merupakan awal munculnya
hadits maudhu`. Hal ini berdasarkan peristiwa Abdullah bin Saba` yang mencoba
memecah belah umat islam dengan bertopengkan kecintaan kepada Ahli Bait.
Sejarah mencatat bahwa ia adalah seorang yahudi yang berpura pura memeluk agama
islam. Oleh karena itu, ia berani menciptakan hadits maudhu` pada saat masih
banyak sahabat utama masih hidup.[16]
Khalifah
yang sangat keras membasmi gerakan orang-orang zingiq ini
adalah khalifah Al-Mahdy dari dinasti abbasiyah.[17]
c. Mempertahankan madzhab dalam masalah fiqih dan
kalam
Para pengikut madzhab
fiqih dan pengikut ulama` kalam, yang bodoh dan dangkal ilmu agamanya, membuat
pula hadits-hadits palsu untuk menguatkan paham pendirian imannya.
Mereka yang fanatik
terhadap madzhab Abu Hanifah yang menganggap tidak sah shalat mengangkat kedua
tangan dikala sholat membuat hadits maudhu` sbb: Barang siapa
mengangkat kedua tangannya didlam sholat,tidak sah sholatnya.[18]
d. Membangkitkan gairah beribadah untuk
mendekatkan diri kepada allah
Mereka membuat
hadits-hadits palsu dengan tujuan menarik orang untuk lebih mendekatkan diri
kepada Allah, melalui amalan amalan yang meraka ciptakan,melalui hadits tarhib
wa targhib (anjuran anjuran untuk meninggalkan yang tidak baik dan
mengerjakan yang di pandangnya baik) dengan cara berlabih lebihan.
Seperti hadits hadits
yang dibuat Nuh ibn Abi Maryam tentang keutamaan al-qur`an. Ketika ditanya
alasannya melakukan hal seperti itu ia menjawab,”saya dapati manusia telah
berpaling dari membaca al-qur`an maka saya membuat hadits hadits ini untuk
menarik minat umat kembali kepada al-qur`an”.[19]
e. Menjilat para penguasa untuk mencari kedudukan
atau hadiah
Ulama` ulama` su` membuat
hadits palsu ini untuk membenarkan perbuiatan perbuatan para penguasa sehingga
dari perbuatannya tersebut, mereka mendapat upah dengan diberi kedudukan atau
harta.
Seperti kisah Ghiyats bin Ibrahim An nakha`I
yang datang kepada amirul mu`minin Al-Mahdi yang sedang bermain merpati.lalu ia
menyebut hadits dengan sanadnya secara berturut turut sampai kepada Nabi
SAW.bahwasanya beliau bersabda,laa sbaqa illa fiinaslin aukhuffin auhaafirin
aw janaahin,
“tidak ada perlombaan kecualai dalam anak
panah, ketangkasan,menunggang kuda atau burung yang bersayap".
Ia menambahkan kata,
atau burung yang bersayap, untuk menyenangkan Al-Mahdi, lalu Al-Mahdi
memberinya 10.000 dirham. Setelah ia berpaling, sang amir berkata,”aku bersaksi
bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah SAW.”, lalu ia
memerintahkan untuk menyembelimbelih merpati itu.[20]
C. Kriteria kepalsuan suatu hadits
Para ulama` muhadditsin, disamping membuat
kaidah-aidah untuk mengetahui sahih,hasan, atau dhaif suatu hadits, mereka juga
menentukan ciri ciri untuk mengetahui ke-maudhu`-an suatu hadits.
Kepalsuan suatau hadits dapat dilihat pada
kriteria yang terdapat pada sanad dan matan.
1. Yang terdapat pada sanad
Terdapat banyak ciri ciri kapalsuan hadits
yang terdapat pada sanad. Ciri ciri tersebut adalah :
a. Rawi tersebut terkenal berdusta (seorang
pendusta) dan tidak ada seorang rawi yang terpercaya yang meriwayatkan hadits dari
diya.[21]
b. Pengakuan dari sipembuat sendiri, seperti
pangakuan seorang guru taswwuf, ketika ditanya oleh Ibnu Ismail tentang
keutamaan ayat ayat al-qur`an, yang serentak menjawab, “tidak seorangpun yang
meriwayatkan hadits kepadaku. Akan tetapi, serentak kami melihat manusia sama
membenci al-qur`an, kami ciptakan untuk mereka hadits ini (tentang keutamaan
ayat ayat al-qur`an ), agar mereka menaruh perhatian untuk mencuntai
al-qur`an.”
c. Kenyatan sejrah, mereka tidak mungkin
bertemu,misalnya ada pengakuan dari seorang Rawi bahwa ia menerima hadits dari
seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut, atau ia
lahir sesudah guru tersebut meninggal, misalnya ketika ma`mun ibn Ahmad
As-sarawi mengaku bahwa ia menerima hadits dari Hisyam ibn Amar kepada ibn
Hibban, maka ibn Hibban bertanya,”kapan engkau pergi ke syam? . ” ma`mun
menjawab,”pada tahun 250 H.” mendengar itu, ibn Hibban berkata, “Hisyam
meninggal dunia pada tahun 245 H.”[22]
d. Keadaan rawi dan faktor faktor yang
mendorongnya membuat hadits maudhi`.
2. Yang terdapat pada matan
Terdapat banyak pula ciri ciri hadits maudhu` yang
terdapat dalam matan, diantaranya sbb.
a. Keburukan susunan lafazhnya
Ciri ini akan diketahui setelah kita mendalami
ilmu bayan. Dengan mendalami ilmu bayan ini, kita akan merasakan susunan kata,
mana yang mungkin keluar dari mulut Nabi Saw.dan mana yang tidak
mungkin keluar dari mulut Nabi SAW.
b. Kerusakan maknanya
1. Karena berlawanan dengan akal sehat
2. Kerena berlawanan dengan hukum akhlak
3. Kerena bertentangan dengan ilmu
kedokteran
4. Kerena menyalahi UU (ketentuan ketentuan) yang
ditetapkan akal terhadap Allah
5. Kerena menyalahi hukum hukum Allah dalam
mencipatakan alam, seperti hadits yang menerangkan bahwa; `Auj ibn `unuq
mempunyai panjang 300 hasta.
6. Kerena mengandung dongeng dongeng yang tidak
masuk akal sama sekali
7. Bertentangan dengan keterangan al-qur`an hadits
mutawakil,dan kaidah kaidah kulmiyah.
8. Menerangkan suatu pahala yang sangant besar
trehadap perbuatan perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar
terhadap suatu perbuatan yang kecil.[23]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hadits maudhu’ adalah
segala sesuatu yang tidak pernah keluar dari Nabi SAW baik dalam bentuk
perkataan, perbuatan atau taqrir, tetapi disandarkan kepada beliau secara
sengaja atau pun tidak sengaja.
Sebagian ulama
mendefinisikan Hadits Maudlu’ adalah “Hadits yang dicipta dan dibuat oleh
seseorang (pendusta) yang ciptaannya itu dikatakan sebagai kata-kata atau
perilaku Rasulullah SAW, baik hal tersebut disengaja maupun tidak”.
Faktor-faktor yang
melatarbelakangi hadits maudhu, yaitu: (1) Polemik politik, (2) kaum zindiq
adalah golongan yang membenci islam, baik sebagai agama ataupun sebagai dasar
pemerintahan. (3) Fanatik terhadap Bangsa, Suku, Negeri,
Bahasa, dan Pimpinan. Mereka membuat hadits palsu karena didorong oleh sikap
egois dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau
yang lain.
B. SARAN
Ada berbagai saran yang disampaikan oleh
penulis, yaitu.
1. Para pembaca disarankan agar memberikan kritik
atas isi dan penulisan makalah.
2. Bagi para pembaca disarankan untuk memiliki
kriteria yang telah dipapar dalam makalah.
3. Jika memiliki hambatan dalam membaca maka
seyogyanya membaca makalah ini, karena didalam makalah ini dipaparkan mengenai
solusi untuk mengatasi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ø M.solahuddin. 2009.ulumul hadits.bandung:
cv Pustaka Setia,
[2] Muhamad `ajjaj Al-khsthib. Ushul
al-hadits.terj.H.M. Qadirun dan Ahmad Musyafiq.Jakarta: Gaya media
pratama.hlm.352.
[7] Al-Imam An-Nawawi. Muqaddimah
shahih muslim bi Syarh An-Nawawi. Bab Taghliz Al-Kidzb ala Rasulullah Hadits
no.3.
[8] Abdul Fatah Abu Ghudah. Lamhaat
Min Tarikh As-sunnah Wa Ulum Al-Hadits. Hlm.45;Syahbah. Op.cit. hlm.
20-21
[15] AL-Qaththan. Syaikh Manna. Mubahits
fi ulum al-hadits. Terj. Mifdhol Abdurrahman. Jakarta: pustaka
al-kautsar. 2005.hlm.147.
Sumber:
http://abdulhadielyamani.blogspot.co.id/2012/09/makalah-hadits-maudhu.html
#Permasalahan Hadits Maudhu (Palsu).pdf .doc
0 komentar:
Posting Komentar