MAKALAH INTELEGENSI DAN BAKAT
Penyusun:
Didit
Syaipul – Bandung 2014
Editor:
Tim
Makalah-makalah.com
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
Generasi muda merupakan salah
satu elemen utama penerus dan regenerasi bangsa. Masa muda adalah proses
peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa, atau dikenal juga dengan
masa-masa SMP dan SMA.
Masa ini merupakan masa yang paling
menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral, spiritual, dan
fisik. Masa-masa ini dipenuhi dengan perkembangan dan perubahan, masa goncang
dan penuh dengan pemberontakan. Tak jarang pada masa ini banyak ditemui kaum
muda kehilangan pegangan dalam usaha menemukan dirinya. seseorang yang tengah
memasuki tahap remaja memiliki karakteristik mental yang tengah labil. Dapat
dikatakan seseorang tersebut sedang memasuki tahap yang dinamakan transisi.
Siswa-siswi Sekolah Menengah
Pertama (SMP) maupun yang berada pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),
adalah usia dimana seorang individu yang berada dalam masa atau tahap
peralihan. Dalam usia SMP dan SMA pula kaum muda membutuhkan pendampingan yang
intensif dari orang lain yang lebih dewasa dalam usaha menemukan jati dirinya
dalam arti mengetahui kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin
dicapai dalam hidupnya. Maka pengembangan bakat dan minat remaja sangat
penting. Dan dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan bimbingan
dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.
Karena dalam masa ini pula
individu mulai berinteraksi dengan individu lainnya, baik dengan yang sejenis
maupun dengan lawan jenisnya. Lebih-lebih seorang pribadi individu yang tinggal
didaerah perkotaan. Mereka begitu dekat dengan perkembangan zaman. Oleh karena
itu mereka membutuhkan perhatian dan pendampingan yang baik dan serius.
1.1 Latar Belakang
Dalam Dunia pendidikan bakat dan
intelegensi sangat mempengaruhi, terutama pada siswa SMA yang mayoritas mencari
jati diri. Pada dasarnya pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh
kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key term) yang paling vital dalam setiap usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan.
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka penyusun merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
- Apa yang dimaksud dengan bakat dan
intelegensi.
- Benarkah yang mempengaruhi intelegensi
adalah faktor dari keturunan dan lingkungan.
- Bagaimana pengaruh bakat dan intelegensi
pada prestasi siswa.
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, penulisan makalah ini bertujuan hanya untuk mengetahui, sebagai berikut:
- Untuk mengetahui jenis-jenis bakat dan
pengertian bakat.
- Untuk menguji mengetahui tingkat
intelegensi terhadap prestasi akademik pada siswa.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini
terbagi menjadi dua, antara lain:
- Secara teoritis yaitu diharapkan hasil
penulisan ini dapat digunakan untuk pengembangan psikologi pendidikan.
- Secara praktis yaitu diharapkan penulisan
ini dapat dimanfaatkan oleh para pendidik (guru) dan dapat digunakan
sebagai dasar pertimbangan di lembaga pendidikan untuk merumuskan
kebijakan serta mengetahui bakat dan intelegensi para siswanya.
2.1. Prestasi Akademik
Menurut Suryabrata (2006)
prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam
jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi akademik siswa biasanya
dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau
simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana
prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di
sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang
telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari
penguasaan pelajaran tersebut.
Berdasarkan uraian dari beberapa
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik adalah hasil atau
pencapaian yang diperoleh siswa dari aktivitas belajar, yang dinyatakan dalam
bentuk angka atau simbol tertentu.
Menurut Ahmadi dan Supriyono
(2004), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik antara lain:
- Faktor internal
- Faktor jasmaniah (fisiologi), yang
termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh.
- Faktor psikologis, terdiri atas:
- Faktor intelektif yang meliputi:
1) Faktor
potensial yaitu kecerdasan dan bakat.
2)
Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
- Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur
kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi,
emosi, penyesuaian diri.
- Faktor kematangan fisik maupun psikis.
- Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
- Faktor eksternal
- Faktor sosial yang terdiri atas:
- Lingkungan keluarga.
- Lingkungan sekolah.
- Lingkungan masyarakat.
- Lingkungan kelompok.
- Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan, teknologi, kesenian.
- Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas
rumah, fasilitas belajar, iklim.
Berdasarkan uraian diatas, maka
penelitian ini akan meneliti pengaruh faktor-faktor intelegensi atau kecerdasan
terhadap prestasi akademik pada siswa SMA. Pengertian prestasi atau
keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikatorindikator
berupa nilai rapor, indeksprestasi studi, angka kelulusan, predikat
keberhasilan, dan semacamnya (Azwar, 2004).
2.2 Teori Intelegensi
Menurut Bayley (dalam Slameto,
1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu,
yaitu:
- Keturunan
Studi korelasi nilai-nilai tes
intelegensi diantara anak dan orang tua, atau dengan kakek-neneknya,
menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan terhadap tingkat kemampuan mental
seseorang sampai pada tingkat tertentu.
- Latar belakang sosial ekonomi
Pendapatan keluarga, pekerjaan
orang tua dan faktor-faktor social ekonomi lainnya, berkorelasi positif dan
cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu mulai usia 3 tahun sampai dengan
remaja.
- Lingkungan hidup
Lingkungan yang kurang baik akan
menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang di
nilai paling buruk bagi perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan
serta institusi lainnya, terutama bila anak ditempatkan disana sejak awal
kehidupannya.
- Kondisi fisik
Keadaan gizi yang kurang baik,
kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat
kemampuan mental yang rendah.
- Iklim emosi
Iklim emosi dimana individu
dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan.
Azwar (2004) menguraikan secara
ringkas mengenai teori-teori intelegensi, antara lain:
- Alfred Binet
Alfred Binet termasuk salah satu
ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik, yaitu
berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum.
Menurut Binet, intelegensi
merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang sejalan dengan
proses kematangan seseorang. Binet menggambarkan intelegensi sebagai sesuatu
yang fungsional sehingga memungkinkan orang lain untuk mengamati dan menilai
tingkat perkembangan individu berdasar suatu criteria tertentu. Jadi untuk
melihat apakah seseorang cukup intelegen atau tidak, dapat diamati dari cara
dan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan dan kemampuannya untuk mengubah
arah tindakannya itu apabila perlu. Inilah yang dimaksud dengan komponen arah,
adaptasi dan kritik dalam definisi intelegensi.
- Thurstone (dalam Heru Basuki, 2005)
Thurstone berpendapat bahwa
intelegensi terdiri dari faktor yang jamak (multiple factors),
mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities),
yaitu:
1)
Pemahaman verbal (verbal comprehension)
Kemampuan ini biasanya diukur
melalui tes-tes kosakata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan testes kemampuan
menyimak bacaan.
2)
Kecepatan verbal (verbal fluency)
Kemampuan ini biasanya diukur
melalui tes-tes yang menuntut menghasilkan kata-kata secara cepat dan tepat,
misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak mungkin kata yang
berawal dengan huruf d.
3)
Bilangan (number)
Kemampuan ini biasanya diukur
melalui pemecahan masalahmasalah aritmatika. Dalam tes ini sangat ditekankan
tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan
atau pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
4)
Visualisasi spasial (spatial visualization)
Kemampuan ini biasanya diukur
dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas simbolsimbol atau
bangun-bangun geometris.
5)
Ingatan (memory)
Kemampuan ini biasanya diukur
melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari
gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (kata-kata.)
6)
Pemikiran (reasoning)
Kemampuan ini biasanya diukur
melalui te-tes analogi-analogi (misalnya: pengacara, klien, dokter, dan
lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan (2, 4, 7, 11, …,
…, …, …).
7)
Kecepatan persepsi (perceptual speed)
Kemampuan ini biasanya diukur
melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol secara cepat, misalnya
kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan
huruf-huruf.
2.3 Jenis-jenis Bakat
Menurut KBBI bakat adalah dasar
kepandaian , sifat, dan bawaan. Adapun menurut beberapa ahli lain seperti,
misalnya Kartini Kartono mengatakan bakat mencakup segala factor yang ada pada
individu sejak awal pertama dari kehidupannya yang kemudian menumbuhkan
perkembangan keahlian, kecajapan, dan keterampilan khusus tertentu.
Menurut Rahayu (2), ada dua jenis
bakat, yaitu diantaranya:
- Bakat umum yaitu merupakan kemampuan yang
berupa potensi dasar yang bersifat umum, artinya setiap orang memiliki.
- Bakat khusus yaitu merupakan kemampuan
yang berupa potensi khusus, artinya tidak semua orang memiliki misalnya
bakat seni, memimpin, berceramah, olahraga.
Ada pun bakat khusus ini terbagi
beberapa macam, diantaranya:
- Bakat Verbal, yaitu bakat tentang
konsep-konsep yang diungkapkan dalam bentuk kata-kata.
- Bakat Numerikal, yaitu bakat tentang
konsep-konsep bentuk angka.
- Bakat Bahasa (Linguistik), yaitu bakat
tentang pengenalan analitis bahasa (ahli sastra) misalnya untuk
jurnalistik, stenografi, penyiaran, editing, hukum, pramuniaga, dan
lain-lainnya.
- Bakat Kecepatan, Ketelitian, Klerikal,
yaitu bakat tentang tugas tulis menulis, ramu-meramu untuk laboratorium,
kantor, dan dalam kerohanian.
- Bakat Relasi Ruang (Spasial), yaitu bakat
untuk mengamati, menceritakan pola dua dimensi atau berpikir dalam tiga
dimensi. Mempunyai kepekaan yang tajam terhadap detail visual dan dapat
menggambarkan sesuatu dengan begitu hidup, melukis atau membuat sketsa ide
secara jelas, serta dengan mudah menyesuaikan orientasi dalam ruang tiga
dimensi.
- Bakat Mekanik, yaitu bakat tentang
prinsip-prinsip umum IPA, tata kerja mesin, perkakas, dan alat-alat
lainnya.
- Bakat Abstrak, yaitu bakat yang bukan
kata, maupun angka tetapi berbentuk pola, rancangan, diagram,
ukuran-ukuran, bentuk-bentuk dan posisi-posisinya.
- Bakat Skolastik yaitu, kombinasi kata-kata
(logika) dan angka-angka termasuk di dalamnya kemampuan dalam penalaran,
mengurutkan, berpikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis,
mencari keteraturan konseptual atau pola numeric, pandangan hidupnya
umumnya bersifat rasional.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Remaja
Dalam mengembangkan kreativitas
ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Antara lain:
- Menghargai eksistensi remaja
- Eksistensi siswa dalam kehidupannya
- Pada pembelajaran tingkat SMP dan SMA
siswa lebih membutuhkan pembelajaran pendidikan Akademik tetapi tidak
meninggalkan pada pendidikan karakter itu sendiri. Dalam hal ini guru
dapat mengajarkan kepada siswa pembelajaran komprehensif yaitu mengenai
pengembangan keterampilan hidup. Ada beberapa keterampilan yang diperlukan
supaya peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai yang dianut sehingga
berprilaku konstruktif dan bermoral dalam masyarakat, keterampilan,
tersebut antara lain berpikir kritis, berkomunikasi secara jelas,
menyimak, bertindak asertif, dan menemukan resolusi konflik dapat
disebutkan secara ringkas sebagai keterampilan akademik dan keterampilan
sosial.
Amabile mengemukakan bahwa,
“Keberhasilan dalam perwujudan kreativitas ditentukan oleh tiga faktor yang
saling terkait, dan titik pertemuan antara ketiga faktor inilah yang menentukan
keunggulan kreatif, yaitu keterampilan dalam bidang tertentu, keterampilan
berpikir, dan bekerja kreatif, dan motivasi intrinsic”.
Penelitian Dacey (1989)
membandingkan karakteristik keluarga yang anak remajanya sangat kreatif, dengan
keluarga yang anak remajanya biasa saja. Hasil penelitian ini menunjukan peran
besar dari lingkungan keluarga; dalam keluarga dengan remaja kreatif, tidak
banyak aturan diberlakukan dalam keluarga dibandingkan keluarga yang biasa.
Banyak diantara remaja yang kreatif pernah mengalami masa kritis atau trauma
dalam hidup mereka.
Orang tua mengukur tanda-tanda
kreativitas anak sudah pada usia dini, dan mereka mendorong dan member banyak
kesempatan untuk mengembangkan bakat anak. Banyak dari orangtua keluarga
kreatif mempunyai hobi yang dikembangkan disamping karier mereka. Orangtua dan
anak dari keluarga kreatif sama-sama berpendapat bahwa pernah sekolah tidak
penting dalam pengembangan kreativitas anak. Tetapi remaja kreatif cenderung
untuk bekerja lebih keras daripada teman sekolah mereka. Agaknya dominasi dari
belahan otak kanan (yang diasumsikan dengan fungsi kreatif) lebih kuat pada
kelompok remaja yang kreatif.
Pada dasarnya penyesuaian diri
memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Untuk
lebih jelasnya kedua aspek tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
- Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah
kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan
yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari siapa
dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif
sesuai dengan kondisi dirinya sendiri. Keberhasilan penyesuaian pribadi
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau
tanggungjawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya.
Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan
yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya.
- Penyesuaian Sosial
Setiap individu di dalam
masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling mempengaruhi
satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul sebuah proses
kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan , hukum, adat dan
nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi
persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial,
proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial.
Dalam pengembangan bakat dan
kreativitas haruslah bertolak dari karakteristik bakat dan juga kreativitas
yang perlu di optimalkan pada peserta didik yang meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.
Motivasi internal ditumbuhkan
dengan memperhatikan bakat dan kreativitas individu serta menciptakan iklim
yang menjamin kebebasan psikologis untuk kreatif peserta didik di lingkungan
rumah, sekolah dan masyarakat.
3.2 Faktor Intelegensi Sangat
Mempengaruhi Prestasi Akademik
Salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan atau
intelegensi (IQ). Menurut Syah (2006) tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ)
siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,
semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan
intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh
sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa
terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil
belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi
adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan
tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan
efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara
intelegensi terhadap prestasi akademik. Salah satu faktor lain yang
mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah motivasi belajarnya.
Dari berbagai hasil penelitian
selalu menyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi akademik seseorang.
Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi
akademik seorang anak didik. Hal ini juga didukung oleh penelitian Purnomowati
(2006) yang memperoleh hitung untuk variabel motivasi belajar sebesar 4,951
dengan signifikansi 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa variable motivasi
belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik siswa.
Definisi motivasi belajar menurut Djamarah (2002) adalah suatu perubahan
tingkah laku dalam diri seseorang yang menimbulkan proses belajar individu yang
berinteraksi langsung dengan objek belajar. Dari penjelasan tersebut, Nampak
pula adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar seseorang terhadap
prestasi akademik seseorang, oleh sebab itu maka upaya peningkatan prestasi
akademik seseorang tidak bisa lepas dari upaya peningkatan motivasi belajarnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah diuraikan diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa bakat dan intelegensi tidak saling berkesinambungan
karena bakat itu merupakan talenta (talent) seseorang
sedangkan intelegensi berhubungan denga fungsi otak.
Dalam proses pembelajaran antara
bakat dan intelegensi, keduanya sangatlah berperan nyata dalam mensukseskan
tercapainya tujuan pembelajaran bagi siswa.
4.2 Saran
Padukanlah apapun bakat yang
dimiliki dengan intelegensi (kecerdasan). Untuk para pendidik dan calon
pendidik, kembangkan bakat dan intelegensi para siswanya agar mencapai hasil
maksimal dalam proses pembelajaran dan sukses di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
- Akhmad, F. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak dan Remaja.http://garudapendidikan.blogspot.com/2010/01/pengembangan-kreativitas-anak-dan.html
- Azwar, S. (2004). Pengantar psikologi intelegensi. Yogyakarta:
PustakaPelajar.
- Dalyono, M. (1997). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT RinekaCipta.
- Djamarah, S.B. (2002). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Ekowati. (2006). Kontribusi intelegensi dan kemandirian belajar terhadap hasil
belajar pendidikan kewarganegaraan dan sejarah.Samarinda,
Kalimantan Timur.http://www.geocities.com/guruvalah/ hasil-belajar.pdf
- Suryabrata, Soemadi. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Sumbangsih. 1969.
- Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2010.
Tag # INTELEGENSI DAN BAKAT.pdf # INTELEGENSI DAN BAKAT.doc
Sumber:
https://saepuldidit30.wordpress.com/2014/04/25/bakat-dan-intelegensi/
0 komentar:
Posting Komentar