MAKALAH
TEORI DAN KONSEP PERSEPSI
Penyusun:
Agus Rahmanto – UPI 2011
Editor:
Tim Makalah-makalah.com
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan
masalah diantaranya:
A. Apa Definisi dan Pengertian Persepsi?
B. Bagaiamana Ciri dan karakteristik persepsi?
C. Bagaimana proses
terjadinya persepsi?
D. Apa faktor yang mempengaruhi kesalahan persepsi?
E. Bagaiaman mengukur persepsi?
Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui Definisi dan Pengertian Persepsi?
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui Definisi dan Pengertian Persepsi?
B. Mengetahui Ciri dan karakteristik persepsi?
C. Mengetahui proses terjadinya persepsi?
D. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesalahan persepsi?
E. Mengetahui ukuran persepsi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori dan Konsep Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Istilah persepsi merupakan istilah
dari Bahasa Inggris yakni “dari
kata
perception yang
berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti”
(Muchtar, T.W.,2007 : 13).
Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli :
Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan :“Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikan makna pada stimulus indrawi
(sensory stimuli)”.
Sedangkan menurut
Ensiklopedia
Umum
(Muchtar,
T.W., 2007 : 13)
:“Persepsi adalah proses mental yang
menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal
suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga
bayangan itu
dapat
disadari”.
Dan menurut Sarlito W.
Sarwono (Mochamad
J. A,.2004 : 12) :
“Persepsi
adalah
proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu
(objek-objek di luar, peristiwa
dan
lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek
8
atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalh proses aktif dimana individu
yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia
dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian
persepsi juga bersifat inferensial (mengambil
kesimpulan)”.
Dari penjelasan di atas, dapat
ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau
proses pemberian makna sebagai hasil pengamatan tentang
suatu objek, peristiwa, dan sebagainya
melalui panca inderanya, yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan sehingga seseorang
dapat memberikan tanggapan mengenai baik buruknya atau
positif negatifnya hal
tersebut.
2.1.2 Ciri
dan
Karakteristik Persepsi
Irwanto
(Umi Amalia,
2003) mengemukakan
ciri-ciri umum persepsi adalah sebagai
berikut ;
a. Rangsangan-rangsangan yang
diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk
penglihatan,
bau untuk penciuman,
suhu bagi perasa, bunyi bagi
pendengaran,
sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).
b. Dunia persepsi mempunyai
dimensi ruang (sifat
ruang),
kita dapat
menyatakan atas-bawah,
tinggi-rendah,
luas-sempit, depan-belakang,
dan lain sebagainya.
c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda,
dan lain sebagainnya.
d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur
yang menyatu dengan konteksnya.
Struktur dan kontek ini merupakan keseluruhan yang
menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri
tetapi diruang tertentu,
posisi
atau letak tertentu.
e. Dunia persepsi
adalah
dunia
penuh arti, kita cenderung melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi
kita, yang
ada
hubungannya (dengan
tujuan yang
ada
pada diri kita).
Irvin
T. Rock (Muchtar, T. W.
2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik seseorang terhadap
suatu objek meliputi :
a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling baik
dari beberapa macam
pilihan.
b. Perseptor
dalam mempersiapkan sesuatu
tidak terlepas dari latar belakang perseptor.
c. Persepsi
dapat dijadikan dasar bagi seseorang
untuk
menseleksi dan
mengambil tindakan.
d. Secara
umum
dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang
harus
dibekali pengetahuan,
panca indera,
dan kesadaran
lingkungan.
Dari uraian di
atas, maka jelaslah bahwa dunia
persepsi mempunyai dimensi ruang dan waktu dengan struktur
yang menyatu dengan konteksnya.
Pengalaman indera individu akan sangat tergantung
kepada intensitas dan sifat- sifat rangsang yang
diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan sesuatu
akan
dipengaruhi oleh latar belakang
individu.
2.1.3 Proses Terjadinnya
Persepsi
Manusia hidup sekaligus
berinteraksi dengan lingkungannya, dengan
demikian manusia
tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan.
Salah
satu bentuk dari tanggapan itu adalah
berupa
proses pemberian arti atau penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut
dinamakan persepsi.
Dikutip dari Muchtar, T. W. (2007
: 15) :
“Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan
lingkungan , manusia
atau individu lainnya dengan menggunakan alat indera.
Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau berhubungan dengan suatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada stimulus yang
tertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada individu
tersebut. Dengan adannya stimulus tersebut, individu akan
memberikan makna terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna
ini dapat disebutkan
dengan proses mempersepsi”.
“Persepsi pada
dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima
rangsangan dari luar dirinya, sehingga
persepsi akan timbul setelah adannya pengamatan terhadap objek” (Santhy Handayani, 2005 : 8). Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang
kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang diterimanya itu. Kemampuan
individu dalam memberikan respon terhadap
rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi. Seperti Moh. Surya (1981
: 41) yang mengemukakan bahwa
“Persepsi
adalah
proses
penerimaan, penafsiran dan
pemberian arti
terhadap
perangsang yang diterima individu
melalui
alat indera”.
Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15)
menyebutkan
ada empat tahapan
persepsi
:
1. Penerimaan
pesan atau
informasi
dari luar.
2.
Memberikan kode
pada informasi yang diindera.
3.
Menginterpretasikan
informasi yang telah diberikan kode tersebut.
4.
Menyimpulkan arti dalam ingatan.
Selanjutnya Mar’at (Mochamad, J.A. 2004 : 20) menggambarkan proses terjadinnya persepsi adalah
sebagai
berikut
:
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi
Sumber : Mochamad, J.A. 2004 : 20
Bila dilihat dari
bagan yang telah
dibuat,
terlihat bahwa
persepsi merupakan aspek kognisi dari
sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar
atau sosialisasi memberikan bentuk serta struktur terhadap apa yang
dilihat. Sedangkan pengetahuan dan cakrawala
memberikan arti terhadap objek
psikologi tersebut. Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang di lihat. Kemudian
berdasarkan norma
yang dimiliki pribadi seseorang, akan
terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu.
Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat –syarat terjadinya persepsi adalah
:
1. Adanya
objek
fisik,
dimaksudkan
yaitu objek tersebut dapat
dirasakan, dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan
stimulus.
2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor
dominan yaitu adannya
alat indera, saraf sensorik dan
otak.
3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga
dapat
menyadari apa yang diterima.
2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan
Pada Persepsi
Persepsi
seseorang tidaklah
timbul begitu
saja, melainkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
bersifat internal maupun yang
bersifat eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berkenaan dengan keberadaan individu
yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang diakibatkan
oleh keberadaan rangsangan tersebut.
Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi
adalah sebagai
berikut :
a. Faktor
yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman, motivasi,
perhatian, emosi dan suasana hati.
b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran rangsangan,
perubahan rangsangan dan
pertentangan rangsangan.
c. Faktor kulturan atau
kebudayaan
yaitu norma-norma yang
dianut
oleh
individu.
Pendapat
serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan
(1984 : 97) yang
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai
berikut :
a.
Kuat lemahnya rangsangan,
yang ditemukan
oleh kejelasan,
pengulangan
gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat
pula kerja indera.
b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses
terjadinnya persepsi.
c. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya
perhatian, kebutuhan
dan kesiapan yang dimiliki individu
menyebabkan
terjadinya persepsi.
d. Pengalaman individu tentang stimulus atau
rangsangan yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian
di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi
oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun
peristiwa, dan
faktor individu yang
bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat
diasumsikan dari persepsi ini
bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan
kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan
adanya
kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimanya.
Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan
dalam persepsi adalah
sebagai
berikut :
a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam kesalahan
menafsirkan
pesan.
b. Stereotype, yaitu
merupakan
gambaran
atau tanggapan
tertentu mengenai
sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.
c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang
dalam kehidupan sehari-hari kita
mempunyai pandangan umum terhadap
suatu objek. Misalnya apabila
seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius,
tidak pernah humor,
kemudian
kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan menjadi
penyebab kesalahan
persepsi.
d. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika suatu
objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut
akan
menambahkan dengan
ciri-ciri tertentu pula.
2.1.5 Cara Pengukuran Persepsi
Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini
atau sikap (attitude). Mar’at (1982)
menyebutkan persepsi sebagai aspek kognitif
dari sikap. Mengingat
bahwa persepsi
merupakan aspek kognitif dari
sikap, maka untuk
mengungkap atau mengukur
persepsi dapat digunakan instrumen
pengungkapan sikap. Lebih jauh
Mar’at mengemukakan tiga pendekatan untuk
mengungkap
sikap yaitu wawancara langsung, observasi
dan peryataan sikap.
Untuk mengungkap
sikap
seseorang,
termasuk persepsi terhadap
suatu objek psikologis, Sugiyono (2008 : 133) menjelaskan bahwa ada tiga metode, yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala
Guttman. Skala Likert biasanya menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati
demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua
atau tiga pilihan. Masing-masing
jawaban memiliki
bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan
sikap atau persepsi.
Sementara
itu
dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk
memiliki dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang
telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah atau
lemah.
Sanafiah Faisal (1982 : 191) menjelaskan bahwa :
“Peneliti harus percaya saja bahwa apa yang orang
katakan adalah keyakinan dan perasaannya ini “daerah”
opini lewat pengajuan pertanyaan-
pertanyaan tertentu maka sebagian dari pendapat itu akan diketahui, dari
pertanyaan pendapat itulah biasa
diperlihatkan atau diramalkan apa yang sesungguhnya di yakini”.
Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa terhadap minat kerja diukur dengan menggunakan model Likert.
BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini kami
tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam membantu
menambah wawasan dan teori mengenai Persepsi. Mohon maaf jika banyak kesalahan
dalam penulisan. Terimakasih.
Sumber:
http://a-research.upi.edu
Tag #Teori Persepsi.pdf, #teori persepsi.doc
0 komentar:
Posting Komentar