MAKALAH
KAEDAH DASAR
BAHASA INDONESIA
Editor:
Tim Makalah-makalah.com
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim
Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia
sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi. Setiap situasi memungkinkan
seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Berbagai faktor turut
menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan
sarana.
Dalam berbahasa Indonesia, tingkat
kesadaran dan kepatuhan akan kaidah-kaidah kebahasaan secara jelas tergambarkan
melalui perilaku berbahasa kita, baik ketika kita menggunakan bahasa Indonesia
dalam bentuk lisan maupun dalam bentuk tulisan. Tata bahasa baku bahasa
Indonesia pada dasarnya merupakan rambu-rambu yang harus disadari dan sekaligus
dipatuhi oleh para pemakai bahasa Indonesia agar perilaku berbahasa mereka
tetap memperlihatkan ciri kerapian dan kecermatan. Kerapian dan kecermatan
berbahasa ini hanya mungkin apabila bahasa Indonesia itu sendiri sebagai alat
komunikasi memang telah siap untuk digunakan secara rapi dan cermat.
Ada dua hal mendasar yang harus
dipenuhi oleh bahasa Indonesia agar bahasa persatuan dan bahasa negara milik
bangsa Indonesia itu tetap mantap dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang
efektif dan efisien. Pertama, kaidah-kaidah kebahasaannya harus mantap. Kedua,
perbendaharaan kata dan peristilahannya harus kaya dan lengkap. Apabila kedua
macam persyaratan itu terpenuhi, bahasa Indonesia telah siap untuk digunakan
secara rapi dan cermat untuk berbagai keperluan komunikasi, termasuk dalam
konteks upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa Pengertian Kaidah Dasar Bahasa Indonesia?
2. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia mengenai kata yang penting disebutkan atau ditulis lebih dahulu, sesudah itu baru keterangannya.
3. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal perubahan bentuk kata benda sebagai akibat penjamanakan.
4. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian.
1. Apa Pengertian Kaidah Dasar Bahasa Indonesia?
2. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia mengenai kata yang penting disebutkan atau ditulis lebih dahulu, sesudah itu baru keterangannya.
3. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal perubahan bentuk kata benda sebagai akibat penjamanakan.
4. Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Kaidah Dasar Bahasa
Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai beberapa kaidah dasar yang
memberi ciri khas bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah dasar tersebut antara lain
berkaitan dengan hukum Diterangkan – Menerangkan (DM), perubahan kata benda
akibat proses penjamakan, dan tingkatan pemakaian bahasa. Hukum DM memberdakan
bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Frase “anak pandai” dalam bahasa
Indonesia akan diungkapkan dengan clever boy dalam bahasa Inggris, bukan
boy clever.
Perubahan akibat proses penjamakan lazim ditemui dalam
penggunaan bahasa Arab. Bahasa Arab mengenal proses morfologis yang disebut sharf.
Sharf merupakan pedoman untuk membentuk kata dengan mengacu kepada
perubahan-perubahan kata yang terjadi akibat perubahan jumlah pelaku. Proses
penjamakan dalam bahasa Arab dilakukan dengan mengubah bentuk kata. Kata alim
(orang pandai satu) berubah menjadi ulama (orang pandai banyak).
Kata kitab (buku satu) menjadi kutub (buku banyak). Kata muslim
(satu orang Islam) menjadi muslimin (orang Islam banyak).
Tingkatan pemakaian bahasa lazim ditemukan dalam bahasa
Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang sangar memperhatikan tingkat pemakaian
bahasa berdasarkan perbedaan status sosial. bahasa yang digunakan untuk
berbicara dengan orang tua atau pejabat berbeda dengan bahasa yang digunakan
untuk menyebut anak kecil atau orang kecil.
Contoh :
- Bapak ngendika opo?
- Le, matura marang Bapak!
- Kula pun disanjangi Mas Hafidz bilih mangke
wonten pertemuan.
Kata-kata ngendika, matur, dan sanjang memiliki
arti yang sama, yaitu berbicara atau memberitahu.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang egaliter, praktis dan
simpel. Bahasa Indonesia tidak mengenal pemakaian bahasa berdasarkan tingkatan
status sosial dan perubahan kata benda berdasarkan jumlah benda. Bahasa
Indonesia menekankan efisiensi kata dalam kalimat.[1][1]
2.
Kaidah Dasar Bahasa Indonesia mengenai
kata yang penting disebutkan atau ditulis lebih dahulu, sesudah itu baru
keterangannya
Kata yang diterangkan berada di depan kata yang
menerangkan. Dengan istilah lain, bahasa Indoensia mengikuti hukum DM
(Diterangkan-Menerangkan). Berdasarkan hukum tersebut, susunan Borobudur Hotel,
mini bus, ini hari, ini kali, ganteng aku dan sejenisnya, bukan susunan yang
benar. Susunan kata seperti itu, mendahulukan sesuatu yang menerangkan daripada
yang diterangkan, adalah susunan bahasa Indo-Jerman. Dalam susunan berbahasa
Indonesia yang baik dan benar, susunan seperti itu harus ditinggalkan. Dengan
demikian kata-kata diatas harus kita ubah menjadi Hotel Borobudur, bus mini,
hari ini, kali ini, aku ganteng. Meskipun demikian, seperti umumnya, kaidah
bahasa tidak bersifat mutlak, dalam hal inipun susunan Diterangkan-Menerangkan
juga mempunyai kekecualian. Perkecualian hukum tersebut antara lain.
a.
Kata depan,
misalnya :
·
Ia tinggal di
Surabaya
·
Ibu pergi ke
Kantor
·
Kakak datang
dari Bogor
b.
Kata bilangan
·
Semua mahasiswa
harus mengikuti penataran
·
Ibu membeli dua
ekor ayam
·
Beberapa orang
dosen mengikuti seminat di Jakarta
- Kata keterangan
·
Saya berangkat
tadi malam
·
Adik sedang
belajar
·
Anak itu sangat
rajin
- Kata kerja bantu
·
Ia pasti datang
kalau diundang
·
Saya akan pergi
sekarang
·
Ia hendak
makan, ambilkanlah!
- kata majemuk yang mempunyai arti kiasan, misalnya :
·
panjang tangan
·
keras hati
·
keras kepala
·
tinggi hati
·
tebal telinga
·
ringan tangan
- Kata majemuk dari bahasa asing
·
Mahaguru
·
Bumiputra
·
Perdana mentari
·
Binamarga
3.
Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak
mengenal perubahan bentuk kata benda sebagai akibat penjamanakan.
Untuk menyatakan jamak atau banyak, bahasa Indonesia
menggunakan kata bilangan, baik bilangan tertentu maupun tidak. Kata bilangan
tertentu misalnya : dua, empat, seratus, seribu dan sebagainya, sedangkan
bilangan tidak tentu misalnya : sedikit, sejumlah, sekelompok, beberapa, dan
sebagainya.
Dengan demikian, yang ada dalam bahasa Indonesia ialah :
·
Sekelompok
mahasiswa
·
Sejumlah
peserta
·
Dua ekor kerbau
·
Seratus buah
rumah
Dan bukan
·
Sekelompok
mahasiswa-mahasiswa
·
Sejumlah
peserta-peserta
·
Dua ekor
kerbau-kerbau
·
Seratus buah
rumah-rumah
Bentuk-bentuk diatas merupakan kerancuan di bidang
reduplikasi yang diakibatkan oleh dua bentuk yang masing-masing mempunyai makna
jamak. Satu kata menganduung arti jamak dan kata yang lain mengandung arti
jamak lain pula akibat proses reduplikasi. Reduplikasi tersebut banyak
macamnya, salah satunya adalah yang mengandung makna “banyak yang tak tentu”
(Gorys Keraf 1984 : 121), yang biasanya merupakan reduplikasi penuh.
Berikut ini beberapa contoh kreancuan yang dimaksud :
Pemikiran frase banyak + bentuk ualng yang menyatakan
banyak yang tak tentu.
- Selama ini banyak hasil-hasil penelitian yang
hanya disimpan saja.
- Banyak anak-anak kecil bermain di jalan raya.
kata “banyak” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengandung makna “ tidak sedikit” (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 :
79). Itu berarti juga jamak (lebih dari satu).
Sedang bantuk rekapitulasi hasil-hasil dan anak-anak
mengandung makna ‘jamak yang tak tentu’. Jadi, frase yang bergaris bawah pada
kalimat I dan II tersebut mempunyai makna yang berlebihan atau rancu. Kita
dapat mengambil bentuk yang tepat seperti berikut :
- a. Selama ini banyak hasil penelitian yang hanya dsimpan saja.
b. Selama ini hasil-hasil penelitian hanya
disimpan saja.
- a. Banyak anak kecil bermain di jalan raya.
b. Anak-anak
kecil bermain di jalan raya.
Pemakaian frase sejumlah+bentuk ulang
yang menyatakan jamak tak tentu.
3.
dengan sebagian dari anugerah ini, saya bisa
membantu sejumlah anak-anak itu.
Dalam KBBI kata “sejumlah” mengandung makna ‘banyaknya’
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 368) yang juga berarti menunjuk
makna jamak atau lebih dari satu, sedang bentuk ulang atau reduplikasi
anak-anak juga mengandung makna jamak yang tak tentu. Jadi, frase sejumlah merupakan
bentuk yang rancu dan berlebihan.
- a. Dengan sebagian dari anugerah ini, saya bisa
membantu sejumlah anak.
b. Dengan sewbagian dari anugerah ini, saya bisa membantu
anak-anak.
Pemakaian frase beberapa+bentuk ulang
yang menyatakan jamak yang tak tentu
- Guru itu mengumpulkan beberapa anak-anak untuk
membersihkan kelas.
Kata “beberapa” dalam KBBI bermakna “menyatakan bilangan
yang tak tentu (boleh banyak, boleh sedikit)”. Itu berarti, kata beberapa sudah
mengandung makna jamak. Jadi, bentuk beberapa anak-anak merupakan bentuk
yang rancu dan berlebihan.
Kita dapat memilih bentuk yang benar
seperti berikut :
- a. Guru itu mengumpulkan beberapa anak untuk
membersihkan kelas.
b. Guru itu mengumpulkan anak-anak untuk
membersihkan kelas.
pemakaian frase :semua” + bentuk ualng
yang menyatakan jamak yang tak tentu.
- a. Ia sedang membenahi semua buku-buku yang
berjatuhan itu.
b. semua murid-murid diharuskan mengikuti upacara.
Kata semua mengandung makna sekalian, segala, segenap,
(Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 811) yang berarti mengandung
makna jamak. Jadi, pemakaian frase “semua” + bentuk ulang yang menyatakan jamak
adalah berlebihan dan rancu.
Kita dapat memilih bentuknya yang
benar, yaitu :
- a. Ia sedang membenahi semua buku yang
berjatuh-an itu.
b. Ia sedang membenahi buku-buku yang berjatuhan
itu.
9. a. Semua
murid diharuskan mengikuti upacara.
b. Murid-murid diharuskan mengikuti upacara.
Pemakaian frase “segala” + bentuk ulang
yang menyatakan jamak yang tak tentu.
10. segala
perbuatan-perbuatan yang menyimpang harus segera dimusnahkan.
Kata “segala” dalam KBBI bermakna (1) semua, sekalian;
(2) seluruh, segenap, (Departemen Kebudayaan dan pendidikan, 1988 : 793), yang
juga mengandung makna jamak yang tak tentu.
Jadi, frase “segala” + bentuk ulang yang menyatakan jamak
merupakan bentuk yang berlebihan dan sekaligus merupakan bentuk rancu, bentuk
yang benar adlah sebagaimana berikut :
11. a. Segala perbuatan yang
menyimpang harus segera dimusnahkan.
b. Perbuatan-perbuatan yang menyimpang harus
segera dimusnahkan.
Pemakaian frase “para” + bentuk ulang
yang menyatakan jamak yang tak tentu :
12. Para guru-guru teladan
mendapatk beberapa penghargaan.
Dalam KBBI kata “para : menyatakan arti jamak”
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 648), yang berarti juga
menyatakan jamak tak tentu. Jadi, frase para guru-guru merupakan bentuk
yang berlebihan dan sekaligus merupakan bentuk yang rancu.
Bentuk yang benar seperti berikut :
13. a.
Para Guru teadan mendapat beberapa penghargaan.
b. Guru-guru teladan mendapatkan
beberapa penghargaan.
Pemakaian frase yang lain juga berlebihan dan rancu
adalah seperti contoh berikut :
Meskipun ONH naik, masih banyak para
calon haji yang mendaftar.
15. ...... sudah banyak para ibu
yang menyadari pentingnya KB.
Dalam hal itu, kata “banyak” menunjuk makna jamak tak
tentu, sedang kata “para” menunjuk kata jamak tak tentu. Itu berarti bahwa
banyak para di sini merupakan bentuk yang berlebihan. Bentuk yang benar ini
ialah :
16. Meskipun NOH naik, masih banyak
calon haji yang mendaftar.
17. .... sudah banyak ibu yang
menyadari pentingnya KB.
Pemakaian frase daftar para :
18. Daftar para mahasiswa baru dapat
dilihat di harian Wawasan
19. Pada halaman berikutnya akan Anda
dapatkan daftar para peserta.
Kata “daftar” dalam KBBI mengandung makna catatan
sejumlah hal atau nama orang, barang, dan sebagainya. Yang disusun berderet
dari atas ke bawah : misalnya daftar buku, daftar gaji, daftar nama pegawai
(Departemen pendidikan dan Kebudayaan, 1988 : 179), yang berarti juga
menunjukkan makna jamak atau lebih dari satu.
Kata para seperti telah dijelaskan di muka juga
mengandung makna jamak, jadi bentuk atau frase dalam kata para merupakan bentuk
yang berlebihan, sedang bentuk yang benar adalah :
20. a. Daftar mahasiswa baru dapat
dilihat di harian Wawasan.
b. Nama-nama mahasiswa baru dapat dilihat di
harian Wawasan.
21. Pada halaman berikutnya akan anda dapatkan daftar
peserta.
22. pada halaman berikutnya akan anda
dapatkan nama-nama peserta.
Selain itu, sering juga kita dapatkan susunan seperti :
para alimni, kaum politisi, para medisi, dan sebagainya. Kata-kata alumni,
politisi, medisi sudah menunjukkan pengertian jamak, yaitu dari kata alumnus,
politikus, dan medikus, sehingga menurut aturan bahasa Indonesia yang benar
seharusnya cukup dikatakan : kaum politikus atau politisi, para alumnus atau
alumni, dan para medikus atau medisi.
Susunan seperti di atas dipengaruhi oleh adat susunan
bahasa Indo-Jerman. Pada bahasa tersebut, perubahan kata benda di belakang
kata-kata penunjuk jamak memang merupakan keharusan, karena memang begitulah
ketentuan yang berlaku seperti yang terlihat pada kata-kata :
· One table
· A book
· A girl
· One day
· Two tables
· Many books
· Many girls
· Three days
4.
Kaidah Dasar Bahasa Indonesia Tidak
mengenal tingkatan dalam pemakaian.
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang
demokratis karena ia tidak mengenal tingkatan dalam pemakaian dan tidak
mengenal perubahan bentuk kata kerja sehubungan dengan orang yang melakukan
pekerjaan tersebut, berbeda dengan adat bahasa-bahasa daerah. Dalam bahasa
Jawa, ,isalnya, tingkatan bahasa itu ada. Hal tersebut dipahami benar oleh
setiap pemakai bahasa Jawa apabila ingin bahasanya dikatakan baik dan sopan.
Bahasa Jawa mengenal kata-kata sopan tersebut untuk lawan berbicaranya lebih
tua atau lebih tinggi pangkat atau derajatnya. Sebagai akibat pengaruh bahasa
tersebut, banyak pemakai bahasa Indonesia dari suku Jawa menyelipkan atau
memakai kata-kata terhormat dari bahasa
Jawa kepada orang yang dianggap lebih tua atau lebih tinggi keududukannya.
Sering kita dengar atau kita baca kalimat-kalimat sebagai berikut :
a.
Atas kerawuhan
Bapak-bapak, saya menghaturkan terima kasih.
b.
Sebelum kondur,
Bapak-bapak diaturi dahar dahulu.
c.
Krena sedang gerah,
Bapak tidak bisa sowan.
d.
Sebelum tindak,
silahkan tapak asma dahulu.
Jelaslah bahwa kalimat-kalimat tersebut
bukan kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalimat bahasa Indonesia
adalah kalimat yang memakai unsur membangun bahasa Indonesia, baik pilihan kata
maupun susunannya.
Agar kalimat-kalimat tersebut
benar-benar merupakan kalimat bahasa Indonesia, sebaiknya diubah menjadi :
- Atas kedatangan Bapak-bapak, saya ucapkan terima
kasih.
- Sebelum pulang, Bapak-bapak dipersilahkan makan
dahulu.
- Karena sedang sakit, Bapak tidak dapat datang.
- Sebelum pergi, silahkan tanda tangan dahulu.[4][4]
BAB III
PENUTUP
Dalam pembelajaran kaidah dasar bahasa Indonesia, dapat
mendatangkan aspek fungsional. Dimana Aspek fungsional adalah bahwa bahasa
tidak sekedar alat untuk berkomunikasi, namun bagaimana tata bahasa yang baik
dan benar namun juga efisien dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Rumaningsih Endang, Cermat
dan Terampil Berbahasa Indonesia, Semarang : Rasail Media Group, 2012.
Sumber:
https://www.academia.edu/9360640/BAB_I_makalah_kaidah_dasar_bhs_indonesia
Tag #Kaedah dasar bahasa
Indonesia.pdf .doc
0 komentar:
Posting Komentar