MAKALAH
TEORI KEPRIBADIAN
Editor:
Tim Makalah-makalah.com
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan
masalah diantaranya:
A. Apa definisi dan pengertian Kepribadian?
B. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
C. Bagaimana tipe dan tahapan-tahapan kepribadian?
D. Bagaiaman mengukur kepribadian?
Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui definisi dan pengertian Kepribadian?
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui definisi dan pengertian Kepribadian?
B.Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
C. Mengetahui tipe dan tahap-tahap perkembangan kepribadian?
D. Mengetahui ukuran kepribadian?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kepribadian
1.1 Definisi
Kepribadian merupakan pola
khas seseorang
dalam berpikir,
merasakan dan
berperilaku
yang relatif
stabil
dan dapat
diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan
bawaan atau herediter dengan berbagai pengaruh dari lingkungan
serta
pendidikan, yang membentuk kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan (Weller,
2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian meliputi segala corak perilaku
dan
sifat yang
khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang
digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap
rangsangan, sehingga corak
tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas
bagi individu itu.
1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepribadian.
Menurut
Purwanto (2006)
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang
berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali pula
disebut faktor fisiologis seperti keadaan
genetik,
pencernaan,
pernafasaan, peredaran
darah,
kelenjar-kelenjar,
saraf, tinggi badan,
berat
badan, dan sebagainya. Kita
mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah
9
10
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita
lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat
jasmani yang ada pada
setiap orang ada
yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang
merupakan pembawaan anak/orang itu masing-masing. Keadaan
fisik tersebut memainkan
peranan yang
penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor
sosial yang dimaksud di sini adalah
masyarakat
;
yakni
manusia-manusia lain disekitar individu yang
bersangkutan. Termasuk
juga
kedalam faktor
sosial adalah tradisi-tradisi,
adat istiadat,
peraturan-peraturan,
bahasa,
dan sebagainya
yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan,
anak
telah
mulai bergaul
dengan
orang-orang disekitarnya.
Dengan lingkungan yang
pertama adalah
keluarga. Dalam perkembangan
anak,
peranan keluarga sangat penting
dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana
keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang
bermacam-macam pula
terhadap perkembangan
kepribadian anak.
Pengaruh lingkungan
keluarga terhadap
perkembangan anak sejak
kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi
anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang
pertama, pengaruh yang
diterima
anak
masih terbatas
jumlah dan
luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena
berlangsung terus
menerus,
serta
umumnya
pengaruh itu
diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial
makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial
mempunyai pengaruh
terhadap
perkembangan dan
pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan
dan pembentukan
kepribadian
pada
diri masing- masing orang tidak dapat dipisahkan dari
kebudayaan masyarakat di
mana seseorang
itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian
antara lain:
Nilai-nilai
(Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung
tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk
dapat diterima
sebagai anggota
suatu masyarakat, kita harus memiliki
kepribadian yang
selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat
itu.
Adat
dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan
nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga
menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang
akan
berdampak pada kepribadian
seseorang.
Pengetahuan
dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu
masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan
masyarakat itu. Makin
tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin
berkembang pula sikap hidup
dan cara-cara kehidupannya.
Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan cirri-ciri
khas
dari suatu kebudayaan. Betapa
erat
hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang
memiliki bahasa itu. Karena bahasa
merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang
dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan
bereaksi serta bergaul dengan
orang lain.
Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan
suatu masyarakat/bangsa, makin
maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki
kebudayaan
itu.
1.2
Tipe Kepribadian
Dalam dunia
psikologi, terdapat
4
tipe
kepribadian,
yang diperkenalkan pertama kali oleh
Hippocrates (460-370 SM). Hal ini dipengaruhi oleh anggapan bahwa alam semesta beserta isinya tersusun dari empat unsur
dasar yaitu: kering, basah, dingin, dan panas. Dengan demikian dalam diri
seseorang terdapat empat macam sifat yang didukung oleh keadaan
konstitusional berupa cairan-cairan yang ada di dalam tubuhnya, yaitu: sifat
kering terdapat dalam chole (empedu kuning),
sifat basah terdapat dalam
melanchole (empedu hitam), sifat
dingin terdapat dalam phlegma (lendir), dan sifat panas terdapat dalam sanguis (darah). Keempat cairan tersebut terdapat di dalam tubuh dengan proporsi tertentu. Jika proporsi cairan-cairan tersebut
di dalam tubuh berada dalam keadaan normal, maka individu
akan normal
atau sehat, namun apabila
keselarasan proporsi tersebut terganggu maka
individu akan menyimpang
dari
keadaan
normal atau sakit
(Suryabrata,
2007).
Pendapat
Hippocrates disempurnakan
oleh Galenus (129-200
SM) yang mengatakan bahwa di dalam tubuh manusia
terdapat 4 macam cairan tersebut dalam proporsi tertentu. Apabila suatu
cairan
terdapat di dalam tubuh melebihi
proporsi yang seharusnya (dominan)
maka akan menimbulkan adanya sifat-sifat kejiwaan yang khas. Sifat-sifat kejiwaan yang khas ada pada seseorang sebagai akibat dari dominannya salah satu cairan tersebut
yang oleh Galenus sehingga menggolongkan manusia menjadi empat tipe berdasarkan
temperamennya, yaitu
Koleris, Melankolis,
Phlegmatis,
dan Sanguinis (Suryabrata, 2007).
Menurut Galenus, seorang koleris mempunyai sifat khas yaitu hidup, besar semangat, daya juang besar, hatinya mudah terbakar, dan optimis. Sedangkan seorang
melankolis mempunyai sifat mudah kecewa, daya juang kecil, muram dan pesimistis.
Sifat khas phlegmatis tidak suka terburu-buru (calm, tenang), tak mudah dipengaruhi
dan setia. Seorang sanguinis
mempunyai sifat khas hidup, mudah berganti haluan, ramah, lekas bertindak tapi
juga
lekas berhenti (Sujanto, 2001)
Selain itu,
Florence littauer
juga mengembangkan lagi tipe kepribadian yang telah dijelaskan oleh Hipocrates dan Galenus. Dalam
bukunya yang
berjudul Personaliy Plus, Littauer menjelaskan lebih rinci mengenai sifat masing-masing kepribadian. Seorang sanguinis pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, membicara dan optimis. Dari segi emosi, ciri
seorang sanguinis yaitu kepribadian yang
menarik,
suka
bicara,
menghidupkan pesta,
rasa
humor
yang hebat, ingatan kuat
untuk
warna, secara fisik memukau pendengar, emosional dan demonstrative, antusias dan ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, baik
dipanggung, lugu dan polos, hidup dimasa sekarang, mudah diubah, berhati
tulus, selalu kekanak-kanakan. Dari segi pekerjaan, sifat seorang sanguinis yaitu sukarelawan untuk tugas, memikirkan kegiatan baru,
tampak hebat dipermukaan,
kreatif dan inovatif,
punya energi dan antusiasme, mulai
dengan cara cemerlang, mengilhami orang lain untuk ikut dan mempesona
orang lain
untuk bekerja.
Seorang sanguinis sebagai teman mempunyai sifat mudah berteman, mencintai orang,
suka dipuji, tampak menyenangkan, disukai anak-anak, bukan pendendam, mencegah suasana
membosankan, suka
kegiatan spontan.
Kelemahan dari sanguinis yaitu terlalu banyak bicara, mementingkan diri sendiri, orang yang
suka pamer, terlalu bersuara, orang yang
kurang disiplin,
senang menceritakan kejadian berulang
kali, lemah dalam ingatan, tidak dewasa,
tidak tetap pendirian (Litteaur, 1996).
Seorang melankolis
pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pemikir dan pesimis. Dari segi emosi, ciri seorang melankolis yaitu mendalam dan penuh pemikiran, analitis, serius dan tekun, cenderung
jenius, berbakat dan
kreatif, artistic atau musikal,
filosofis
dan puitis,
menghargai keindahan,
perasa terhadap orang lain, suka berkorban, penuh kesadaran, idealis. Dari
segi pekerjaan,
sifat seorang melankolis yaitu
berorientasi jadwal, perfeksionis, standar tinggi, sadar
perincian, gigih dan cermat, tertib terorganisir, teratur
dan rapi,
ekonomis, melihat masalah, mendapat pemecahan kreatif, perlu menyelesaikan apa yang dimulai, suka diagram, grafik,
bagan
dan daftar.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi seorang
melankolis
mempunyai sifat hati-hati dalam berteman, menetapkan standar tinggi, ingin segalanya dilakukan dengan benar, mengorbankan keinginan sendiri untuk orang lain,
menghindari perhatian, setia
dan
berbakti, mau mendengarkan keluhan, bisa memecahkan masalah orang
lain, sangat memperhatikan orang lain, mencari
teman
hidup ideal. Kelemahan dari melankolis yaitu mudah
tertekan, punya citra diri rendah, mengajukan tuntutan yang
tidak realistis kepada orang lain, sulit
memaafkan dan melupakan sakit hati, sering merasa sedih atau kurang
kepercayaan, suka mengasingkan diri, suka menunda-nunda sesuatu (Litteaur,
1996).
Seorang koleris pada dasarnya mempunyai sifat ekstrovert, pelaku dan
optimis. Dari segi emosi, ciri seorang koleris yaitu berbakat pemimpin,
dinamis dan aktif, sangat
memerlukan perubahan, harus memperbaiki
kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, memiliki
motivasi berprestasi, tidak
16
emosional bertindak, tidak
mudah patah semangat, bebas dan
mandiri,
memancarkan keyakinan, bisa menjalankan apa saja. Dari segi pekerjaan, sifat seorang
koleris yaitu berorientasi target, melihat seluruh gambaran, terorganisasi
dengan baik,
mencari
pemecahan praktis, bergerak cepat
untuk bertindak, mendelegasikan pekerjaan, menekankan pada hasil,
membuat target, merangsang kegiatan, berkembang karena saingan.
Dari segi pertemanan atau sosialisasi koleris mempunyai sifat tidak terlalu perlu teman, mau memimpin dan mengorganisasi, biasanya selalu
benar, unggul dalam keadaan darurat, mau bekerja
untuk kegiatan,
memberikan kepemimpinan yang
kuat, menetapkan
tujuan. Kelemahan dari koleris yaitu pekerja keras, suka memerintah, mendominasi, tidak peka terhadap perasaan orang lain, tidak sabar, merasa
selalu benar, merasa
sulit
secara lisan atau fisik memperlihatkan kasih sayang
dengan terbuka, keras kepala, tampaknya tidak bisa tahan atau
menerima sikap, pandangan, atau cara
orang lain
(Litteaur, 1996).
Seorang phlegmatis pada dasarnya mempunyai sifat introvert, pengamat dan pesimis. Dari segi emosi, ciri seorang
phlegmatis yaitu kepribadian rendah
hati, mudah
bergaul dan santai, diam,
tenang,
sabar, baik keseimbangannya, hidup konsisten, tenang
tetapi cerdas, simpatik dan baik
hati, menyembunyikan emosi, bahagia menerima kehidupan, serba guna. Dari segi pekerjaan, sifat seorang phlegmatis yaitu cakap dan mantap, damai dan mudah
sepakat, punya kemampuan
administrative, menjadi
penengah
masalah, menghindari konflik, baik
di bawah tekanan, menemukan cara yang
mudah.
17
Dari segi pertemanan/
sosialisasi plegmatis
mempunyai sifat
mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka meninggung, pendengar yang
baik,
punya
banyak teman, punya
belas kasihan dan perhatian, tidak tergesa-gesa, bisa
mengambil hal baik dari yang buruk, tidak mudah marah. Kelemahan
dari phlegmatis yaitu
cenderung tidak bergairah dalam hidup, sering mengalami perasaan sangat khawatir, sedih atau gelisah, orang yang
merasa sulit membuat keputusan,
tidak mempunyai
keinginan
untuk mendengarkan atau tertarik pada
perkumpulan,
tampak malas, lambat dalam bergerak, mundur dari situasi sulit
(Litteaur,
1996).
Dalam bukunya, Florence Littauer juga mengatakan bahwa
diantara 4 tipe kepribadian diatas, manusia
juga dapat mempunyai kemungkinan campuran diantara ke empatnya. Tipe
kepribadian campuran tersebut antara lain:
1. Campuran Alami
yaitu
antara kepribadian
sanguinis dengan
koleris serta campuran
antara kepribadian melankolis dan phlegmatic
2. Campuran pelengkap yaitu antara kepribadian koleris dan melankolis
serta campuran
kepribadian
sanguinis dan
phlegmatic
3. Campuran yang
berlawanan
yaitu
antara kepribadian
sanguinis dan
melankolis
serta antara kepribadian koleris dan
phlegmatis.
1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Perkembangan
kepribadian
menurut
Jean
Jacques Rousseau dalam
Dalyono,
2002 berlangsung dalam beberapa tahap yaitu:
1. Tahap
perkembangan
masa
bayi (sejak lahir- 2 tahun)
Tahap
ini didominasi oleh perasaan.
Perasaan
ini tidak tumbuh dengan sendiri melainkan berkembang sebagai
akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimulus lingkungan.
2. Tahap perkembangan
masa kanak-kanak
(umur 2-12
tahun)
Pada tahap ini perkembangan kepribadian dimulai dengan makin berkembangnya fungsi
indra anak dalam mengadakan
pengamatan.
3. Tahap perkembangan
pada
masa preadolesen (umur 12- 15
tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi penalaran intelektual pada anak sangat dominan. Anak mulai kritis dalam menanggapi ide orang
lain. anak juga mulai belajar menentukan tujuan serta keinginan yang
dapat membahagiakannya.
4. Tahap perkembangan
masa
adolesen (umur 15- 20 tahun)
Pada masa ini kualitas hidup manusia
diwarnai oleh dorongan seksualitas
yang kuat, di samping
itu mulai mengembangkan
pengertian
tentang
kenyataan hidup serta mulai
memikirkan tingkah
laku yang bernilai
moral.
5. Tahap pematangan diri
(setelah umur
20 tahun)
Pada tahap ini perkembangan fungsi kehendak mulai dominan. Mulai dapat membedakan
tujuan
hidup pribadi, yakni pemuasan
keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, serta pemuasan keinginan masyarakat. Pada
masa ini terjadi pula transisi peran social, seperti dalam menindaklanjuti hubungan
lawan jenis,
pekerjaan, dan
peranan
dalam
keluarga, masyarakat maupun Negara. Realisasi
setiap keinginan
menggunakan fungsi penalaran, sehingga dalam masa ini orang
mulai mampu melakukan “self direction”
dan
“self control”. Dengan kemampuan inilah manusia mulai tumbuh
dan
berkembang menuju
kematangan
pribadi untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab
1.4 Konsistensi Kepribadian
Menurut teori trait,
kepribadian dasar
tertentu menentukan karakteristik seseorang dalam berbagai situasi, dari hari ke hari, sampai tahap
tertentu dalam hidupnya. Penelitian longitudinal Block
tentang individu menunjukkan konsistensi karakteristik kepribadian yang cukup tinggi.
Dari penelitian tersebut didapati adanya
korelasi
yang signifikan
yang menggambarkan adanya konsistensi kepribadian,
khususnya pada karakteristik
kepribadian
tertentu.
Meskipun memang
ditemukan juga adanya individu yang
memperlihatkan perubahan kepribadian yang cukup dramatis, perubahan tersebut didorong
oleh kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan
sehingga banyak
orang berusaha mengembangkan potensi
dengan cara menjejaki
peran
dan perilaku yang baru (Atkinson,
2003).
Block menemukan adanya perbedaan tingkat konsistensi pada masing- masing
individu, beberapa individu
mencapai kestabilan kepribadian pada
awal kehidupannya., individu yang
lain mengalami perubahan besar pada
masa sekolah lanjutan sampai masa dewasa tengah terutama remaja yang memiliki konflik
dan
ketegangan, baik dalam dirinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang
lain sehingga belum memiliki
kestabilan kepribadian. Di samping
itu, situasi pada saat penilaian kepribadian juga sangat mempengaruhi konsistensi kepribadian (Atkinson, 2003).
1.5 Pengukuran Kepribadian
Sobur (2003) menyatakan
bahwa terdapat beberapa
cara untuk mengukur kepribadian, diantaranya yaitu dengan cara sebagai
berikut:
1. Observasi Direk
Observasi direk merupakan observasi yang berbeda
dengan observasi
biasa. Observasi
ini
mempunyai sasaran yang khusus, sedangkan observasi biasa
mengamati seluruh tingkah laku subjek.
Observasi direk dilakukan dengan memilih situasi tertentu, yaitu pada saat dapat diperkirakan munculnya indikator dari ciri-ciri yang ingin diteliti, dilakukan dalam situasi yang
dikontrol, dapat diulang
dan dapat
dibuat replikasinya. Observasi direk juga disebut dengan observasi quasi experimental.
Ada tiga tipe metode dalam observasi
direk, yaitu:
a) Time Sampling
Method
Setiap subjek diselidiki
pada periode waktu tertentu. Periode
tersebut bisa berlangsung
selama beberapa detik, beberapa menit,
atau bahkan beberapa jam, tergantung pada tipe tingkah laku atau
indikator atau ciri-ciri yang ingin diteliti.
b) Incident Sampling Method
Dalam metode ini, sampling
dipilih dari berbagai tingkah laku.
Laporan observasinya berupa catatan-catatan yang mencakup
intensitas, lama waktunya, dan
efek-efek setelah respon.
c) Metode Buku
Harian Terkontrol
Dilakukan
dengan cara mencatat dalam buku harian tentang
tingkah laku khusus yang ingin diketahui oleh yang
bersangkutan.
21
Syarat penggunaan metode ini yaitu peneliti adalah orang dewasa dan cukup inteligen, serta dilakukan untuk pengabdian pada
perkembangan
ilmu pengetahuan.
2. Wawancara (Interview)
a) Stress
Interview
Stress Interview digunakan
untuk mengetahui kemampuan
seseorang
untuk bertahan terhadap hal-hal yang mengganggu emosinya dan seberapa lama seseorang dapat kembali
menyeimbangkan emosinya setelah
tekanan
ditiadakan.
b) Exhaustive Interview
Exhaustive Interview merupakan cara
interview yang berlangsung sangat lama, dan diselenggarakan secara
nonstop. Tujuannya
adalah membuat interviewee lelah dan melepaskan sikap defensifnya dengan berbicara
terus terang. Cara
ini biasanya
digunakan untuk meneliti para tersangka tindak kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf ketiga. Selain itu juga digunakan dalam memilih pegawai
untuk jabatan penting.
3. Tes Proyektif
Metode ini dilakukan untuk mengetahui proyeksi pribadi seseorang melalui gambar atau hal-hal lain yang dilakukannya. Tes ini memberi peluang
kepada testee untuk bisa secara bebas memberikan makna atau arti terhadap hal yang disajikan, dan tidak ada pemaknaan yang
dianggap benar atau
salah.
22
4. Inventori
Kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang
mendorong individu untuk melaporkan reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
setiap orang, dan jawabannya biasanya diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai.
BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini kami
tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam membantu
menambah wawasan mengenai Teori Kepribadian. Mohon maaf jika banyak kesalahan
dalam penulisan. Terimakasih.
Sumber:
Tag
#teori kepribadian.pdf #teori kepribadian.doc
0 komentar:
Posting Komentar