MAKALAH
BIOGRAFI TOKOH-TOKOH HADITS
(BUKHARI, MUSLIM, ABU DAUD, TIRMIZI, IBN MAJAH, NASAI, AHMAD)
Editor:
Tim
Makalah-makalah.com
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai hadits yang sudah
tersebar luas di seluruh sentereo jagad raya ini, tentu hal tersebut tidak
lepas dari peran penting para aktor di belakangnya. Para aktor tersebut adalah
perawi hadits dan tokoh-tokoh yang mendalami ilmu hadits yang tentu hebat
karena mereka memiliki potensi diri yang baik, baik dari segi intelektual,
tetapi juga emosional dan spiritual. Untuk melakukan hal ini, tentu tidak
sembarang orang bisa melakukannya. Sebab, tidak mudah untuk dan dalam
melaksanakan tugas ini atau tentu banyak rintangan dan perjuangan, namun hal
ini juga tidak menutup kemungkinan kita bisa menjadi seperti merka. Untuk itu,
kita perlu mengetahui lebih jauh bagaimana aktor-aktor hebat tersebut. Dengan
harapan kita bisa menjadikan mereka sebagai tauladan atau motivasi bagi kita
untuk menjadi orang besar dan hebat.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Biografi Tokoh al-Kutub al-Tis’ah
1. Al-Bukhari (194 H – 256 H = 810 M
- 870M)
Nama lengkap Imam al-Bukhari adalah
Muhamad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah, tetapi Barduzbah
yang merupakan bahasa daerah Bukhara yang berarti petani. Sedangkan panggilan
Imam al-Bukhari adalah Abu Abdillah. Imam al-Bukhari lahir pada hari Jum’at, 13
Syawal 194 H/21 Juli 810 M, di kota Bukhara yang sekarang termasuk daerah
Uzbekistan, Rusia.
Ayah Imam al-Bukhari, yang mempunyai
panggilan Abul Hasan, adalah seorang ulama besar dalam bidang hadits. Imam
al-Bukhari menulis biografi ayahnya di kitab karyanya yang berjudul At-Târikh
Al-Kabîr, 1/342-343.[1]
Guru-guru Imam al-Bukhari terdapat
1080 orang. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Abi Hatim dari Imam
al-Bukhari, dia berkata yang artinya, “Aku telah menulis hadits dari 1080 orang
guru. Mereka adalah ulama ahli hadits yang telah menghafalkan hadits.” Diantara
mereka adalah Muhammad bin Abdillah al-Anshari, Ada bin Abi Iyas, Qutaibah bin
Sa’id, Abu Hatim ar-Razi, dan Husain bin Muhammad al-Qabani.
Berangkat dari banyak guru Imam
al-Bukhari, maka tidak heran jika ia menjadi sosok imam yang kaya akan ilmu dan
pengetahuan. Tidak hanya itu, murid Imam al-Bukhari pun berjumlah sangat
banyak, dan murid-muridnya menjadi tokoh terkemuka di bidang hadits pada masa
berikutnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh salah satu muridnya yaitu Imam
al-Farbari, mengatakan bahwa “Sesungguhnya murid Imam al-Bukhari yang
meriwayatkan Shahih Al-Bukhari berjumlah 90.000 orang.” Diantaranya seperti
Muslim bin Hajjaj, at-Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ad-Darimi.
Beberapa karya imam al-Bukhari,
yaitu: Al-Jami’ Ash-Sahih, At-Tarikh Al-Kabir, At-Tarikh Al-Ausath, At-Tarikh
Ash-Saghir, Khalqu Af’al Al-‘Ibad, Adh-Dhu’afa’ Ash-Shaghir, Al-Adab Al-Mufrad,
Juz’u Ruf’u Al-Yadain, Juz’u Al-Qira’ah Khalfa Al-imam, Kitab Al-Kuna.
Beliau juga pernah ditanya oleh
Muhamad bin Abu Hatim Al Warraaq, “Apakah engkau hafal sanad dan matan setiap
hadits yang engkau masukkan ke dalam kitab yang engkau susun (maksudnya : kitab
Shahih Bukhari, pent.)?” Beliau menjawab, ”Semua hadits yang saya masukkan ke
dalam kitab yang saya susun itu sedikit pun tidak ada yang samar bagi saya”.
Anugerah Allah kepada Al Imam Al
Bukhari berupa reputasi di bidang hadits telah mencapai puncaknya. Tidak
mengherankan jika para ulama dan para imam yang hidup sezaman dengannya
memberikan pujian (rekomendasi) terhadap beliau. Berikut ini adalah sederet
pujian (rekomendasi) termaksud:
Muhammad bin Abi Hatim berkata,
“Saya mendengar Ibrahim bin Khalid Al Marwazi berkata, “Saya melihat Abu Ammar
Al Husein bin Harits memuji Abu Abdillah Al Bukhari, lalu beliau berkata, “Saya
tidak pernah melihat orang seperti dia. Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah
hanya untuk hadits”.
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin
Khuzaimah berkata, “Saya tidak pernah meliahat di kolong langit seseorang yang
lebih mengetahui dan lebih kuat hafalannya tentang hadits Rasulullah
Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam dari pada Muhammad bin Ismail (Al Bukhari).
Sejak kecil, Imam al-Bukhari
menunjukan bakat cemerlang yang sangat luar biasa. Terutama mengenai ketajaman
ingatan dan hafalan yag melebihi manusia biasa.[2]
Imam Bukhari menetapkan bahwa Hadits
Shahih adalah hadits yang keshahihannya disepakati oleh rawi tsiqah yang
meriwayatkan dari seorang shahabat yang masyhur, yang tidak terjadi
perselisihan pendapat diantara para tsiqah itu sendiri. Selain itu, mata rantai
sanad hadits itu harus bersambung, tidak terputus. Syarat yang ditetapkan oleh
Imam al-Bukhari ini hamper tidak pernah diterapkan oleh ulama’ lain.[3]
2. Imam Muslim ( 204 – 261 H = 820 –
875 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Husain
Muslim ibn Al-Hajjâj Al-Qusyairy. Beliau dinisbatkan kepada Naisabury karena
beliau adalah putera kelahiran naisabur, yakni kota kecil di Iran bagian timur
laut. Ia adalah seorang muhadditsin, hafidz lagi terpercaya. Ia terkenal
sebagai ulama yang gemar bepergian mencari hadits.
Guru-guru Imam Muslim diantaranya
adalah Yahya ibn Yahya, Abu Hasan, Ibn Hambal, yazid ibn Mansur, ‘Amir ibn
Sawad dan lain sebagainya. Sedangkan murid-muridnya diantaranya adalah Ibrahim
bin Abi Thalib, Al-Husain bin Muhammad, Al-Qubbani, Ibnu Khuzaimah dan lain
sebagainya. Karya-karya Imam Muslim antara lain Al-Jâmi’ Al-Kabîr, kitab sahih Muslim,
Al-Musnad Al-Kabir, kitab Al-Thabaqât Al-Tâbi’in, kitâb Muhadlramîn dan lain
sebagainya.
Apabila Imam Bukhari sebagai ahli
hadits nomor satu, ahli tentang ilat--ilat (cacat) hadits dan seluk beluk
hadits, dan daya kritiknya sangat tajam, maka Muslim adalah orang kedua setelah
Bukhari, baik dalam ilmu, keistimewaan dan kedudukannya. Hal ini tidak
mengherankan, karena Muslim adalah salah satu dari muridnya. Al-Khatib
al-Bagdadi berkata: "Muslim telah mengikuti jejak Bukhari, mengembangkan
ilmunya dan mengikuti jalannya." Pernyataan ini bukanlah menunjukkan bahwa
Muslim hanya seorang pengikut saja. Sebab ia mempunyai ciri khas tersendiri
dalam menyusun kitab, serta memperkenalkan metode baru yang belum ada
sebelumnya.
Imam Muslim mendapat pujian dari ulama
hadis dan ulama lainnya. Al--Khatib al-Baghdadi meriwayatkan dari Ahmad bin
Salamah, katanya "Saya melihat Abu Zur'ah dan Abu Hatim selalu
mengutamakan Muslim bin al-Hajjaj dari pada guru- guru hadits lainnya. Ishak
bin Mansur al-Kausaj berkata kepada Muslim: "Kami tidak akan kehilangan
kebaikan selama Allah menetapkan engkau bagi kaum muslimin." Ishak bin
Rahawaih pernah mengatakan: "Adakah orang lain seperti Muslim?". Ibnu
Abi Hatim mengatakan: "Muslim adalah penghafal hadits. Saya menulis hadits
dari dia di Ray." Abu Quraisy berkata: "Di dunia ini, orang yang
benar-benar ahli hadits hanya empat orang. Di antaranya adalah Muslim."
Maksudnya, ahli hadits terkemuka di masa Abu Quraisy. Sebab ahli hadits itu
cukup banyak jumlahnya.
3. Imam Abu Daud ( 202 H – 275 H =
817 M – 889 M )
Nama lengkapnya adalah Imam Abu Daud
Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Syidad bin Amr bin Amir. Ia adalah seorang imam
terkemuka dan pioner di masanya selain wira’i ia juga merupakan salah satu
ulama yang telah menelurkan karya dalam bidang hadits yang tanpa ada
sebelumnya.
Ia adalah seorang Imam terkemuka dan
pioneer dimasanya. Selain wira’i, ia merupakan salah satu ulama yang telah
menelurkan karya dalam bidang ilmu hadits tanpa ada sebelumnya.[4]
Guru-gurunya: Abu Salamah at-Tabudzaki,
Abul Walid ath-Thayalasi, Muhammad bin Katsir al-Abdi, dsb. Murid-muridnya:Abu
Ali Muhammad bin Amr al-Lu’lu’, Abul Hasan Ali bin al-Hasan bin al-Abd
al-Anshari, dst.[5] Karya: As-Sunan, Az-Zuhd, al-Marasil, ar-Rijal, dst.[6]
Kriteria Syarat: Istilah hasan
adalah hadits yang ia diamkan ketika meriwayatkan hadits tanpa diiringi
penjelasan. Sedangkan hadits dha’if adalah terdapat sanad hadits yang wahn
syadid maka ia dalam kitabnya berusaha secara maksimal menjelaskan hadits
menurut kemampuan ijtihadnya. Sedangkan hadits yang menurut beliau shahih
adalah sebagaimana hadits yang telah dikeluarkan oleh imam bukhari dan muslim.
4. Imam at-Turmudzi (200 H – 279 H =
824 M – 892 M)
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin
Isa bin Muhammad bin Dahhaq. Ia lahir di Bugh yang termasuk daerah pinggiran
tirmdz timur laut propinsi Khurasan, Iran. Sejak kecil ia memiliki daya ingat
yang kuat dan tsiqah. para ulama berbeda pendapat, ada yang mengatakan bahwa
Imam at-Tirmidzi lahir dalam keadaan buta. Sedangkan berita yang benar adalah
dia menjadi buta ketika sudah besar, tepatnya setelah melakukan perjalanan
mencari Ilmu dan menulis kitabnya. [7]
Imam al-Tirmidzi merupakan sosok
manusia yang shalih, taqwa, wara', zuhud, dan yang tak kalah pentingnya,
kekuatan hafalannya diakui oleh para ulama. Abdurrahman bin Muhammad al-Idrisi
menuturkan, “Muhammad bin Isa bin Saurah al-Tirmidzi al-Dharir adalah seorang
imam dalam ilmu hadits yang pendapatnya banyak dirujuk para ulama. Beliau
mengarang kitab al-Jami', al-Tawarikh (sejarah), dan al-UIlal. Sosok yang alim
lagi brilian (cemerlang) ini diakui kekuatan hafalannya.”
Perhatian beliau sangat besar
terhadan ilmu hadits sangat besar beliau menyusun kitab At Turmudzi. Selain itu
hasil-hasil karya beliau sangat banyak. Sehingga pujian para ulama terhadap
Imam Al-Tirmidzi dalam usahanya mengembangkan hadits dan fiqih dan ilmu-ilmu
agama sangat banyak, diantaranya adalah:
a. Pernyataan Imam Bukhari terhadap
Imam At Turmudzi bahwa posisi beliau dalam ilmu hadits adalah sangat tinggi.
Imam Bukhari berkata "Apa yang aku ambil manfaat dari padaku”.
b. Al Hafizh Al Alim Al Idrisi
berkata "ia (Imam Al-Tirmidzi) seorang dari para imam yang memberi
tuntunan kepada mereka dalam ilmu hadits, mengarang Al Jami 'Tanggal, sebagai
seorang penulis yang alim yang meyakinkan, ia seorang contoh dalam
hafalan".
c. Al Mizzi mengatakan bahwa Imam
Al-Tirmidzi salah seorang imam hafizh yang memiliki kelebihan yang telah
dimanfaatkan kaum muslimin.
d. Mubarak Ibn Atsir mengatakan
bahwa Imam Al-Tirmidzi adalah seorang ulama hafizh yang terkenal, padanya telah
terjadi pengembangan fiqih
e. Imam Al-Tirmidzi termasuk ahli
hadits yang kuat daya hafalnya, teliti dan terpercaya. Ibnu Hibban Al Busti
mengakui kemampuan Imam Al-Tirmidzi dalam hal menghafal, menghimpun, dan
meneliti hadits sehingga ia menjadi sumber pengambilan hadit banyak ulama
terkenal diantaranya Imam Bukhari.
Al-Hakim Abu Ahmad menukil dari
gurunya, Ahmad, “Ketika Imam Muhammad bin Ismail al-Bukhari meninggal, ia tidak
meninggalkan seorang ulama yang menjadi penggantinya di Khurasan selain Imam
al- Tirmidzi yang dalam pengetahuannya, luhur dalam ke-wara'-an dan kezuhudan.
Imam al-Tirmidzi senantiasa menangis sehingga beliau menjadi buta pada
tahun-tahun terakhir.”
Abu Ya'la al-Khalili pernah
menuturkan bahwa Tirmidzi merupakan figur penghafal dan ahli hadits yang
mumpuni dan telah diakui oleh para ulama. Beliau mempunyai kitab al-Jami' dan
al-Jarh wa al-TaUdil. Ia dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya, dan
sebagai ulama yang menjadi panutan, serta berpengetahuan luas. Kitab Jami'-nya
al-Tirmidzi merupakan bukti nyata atas keagungan reputasinya tentang hadits.
Semua ini membuktikan bahwa sosok
Tirmidzi memang pantas mendapat sanjungan. Namun demikian, ternyata ada
sementara ulama yang menganggap bahwa Imam al-Tirmidzi merupakan sosok yang
tidak diketahui asal-muasal dan jatidirinya (majhul al-hal), sehingga --secara
otomatis-- periwayatannya ditolak begitu saja. Pandangan seperti inilah yang
antara lain dilontarkan.
Karya-karya at-Tirmidzi paling
banyak terpengaruh oleh pemikiran al-Bukhari dalam pengfokusan bidang
yurisprudensi juga menjadikannya standar dalam menjelaskan ketidakococokan
dalam naskah penyebar tradisinya. Karya-karyanya antara lain Shama’il al-‘Ilal
jami’ dan Tasmiya Ashab Rasul Allah. Guru-gurunya adalah Zayed bin Akhzam,
Qutaibah bin Said, Ishaq bin Rahawaih da lain sebagainya. Murid-muridnya antara
lain Abu Bakar Ahmad bin Ismail As-Samarqandi, Ahmad bin Yusuf An-Nasafi,
Abdullah bin Nashr dan lain sebagainya.
Kriteria Imam at-Turmdzi dalam
menshahihkan hadits lunak, tidak mutasyaddid (ketat) dengan kata lain
pernyataan shahih atau hasan terhadap suatu hadits tidak dapat dijadikan
sebagai pegangan ketika pernyataan tersebut tidak diiringi oleh ulama yang
lain. Dalam menyampaikan hadits, beliau memang terkadang meriwayatkannya dari
perawi yang su’ul al-hifzh (kemampuan hafaannya buruk) dan perawi yang
terkadang wahm. Akan tetapi beliau tidak hanya mendiamkannya tanpa keterangan,
melainkan menjelaskannya.[8]
5. Imam An-Nasai
Nama lengkapnya adalah Abû Abd
Al-Rahmân Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali ibn Sinan ibn Bahr Al-Khurasani Al-Nasâ’i.
Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan yaitu di kota
Nasa’ yang masih termasuk wilayah Khurasan. Ia mulai menjalani pengembaraan
untuk mempelajari hadits ketika beliau berusia lima belas tahun. Sebagian
muhadditsin menilai, bahwa beliau lebih hafidh dan lebih tinggi pengetahuannya
dibanding dengan Imam Muslim dibidang Hadits.[9] Beliau dianggap sebagai salah
satu pemimpin besar dibidang sastra hadits. Dan dia menjadi cendekiawan dalam
semua aspek hadits dan hafal sebagian besar jumlah hadits sehingga ia dijuluki
hafidz-i- hadits (penghafal hadits). [10]
Guru-guru beliau antara lain
Qutaibah ibn Sa’id, Ishaq ibn Ibrahim dan Imam-imam Hadits dari Khurasan,
Hijaz, Irak, dan Mesir. Murid-murid beliau antara lain Abu Nasher Al-Dhalaby,
Abd Al-Qasim Al-Thabary, da Abdul Karim. Karya Al-Nasâ’I diantaranya Al-Sunan
Al-Kubra, Al-Sunan Al-Mujtaba’, Kitâb Tamyiz, dan lain sebagainya. Penilaian
Imam Al-Nasa’I terhadap hadits jauh lebih ketat dibandingkan Imam Bukhari dan
Imam Muslim.[11]
Cukup banyak karangan beliau kurang
lebih 15 buku,yang lebih popular adalah Assunan yang disusun seperti bab
fiqh.Didalamnya tidak ada sang perawi yang disepakati kritikus untuk di
tinggalkannya.Dari segi kualitas hadisnya terdapat hadits shahih,hasan dan
dho’if.
Kebanyakan kitab karangan beliau
adalah mengenai fiqh ibadah,dan susunan dalam kitabnya telah sesuai dengan tata
cara ibadah yang kita kerjakan seperti biasanya,yaitu Bab At-Thaharah
diletakkan lebih awal daripada Bab-Bab yang lain.Seyogyanya sebelum kita
melaksanakan ibadah,hendaknya kita harus membersihkan anggota tubuh kita
terlebih dahulu.Setelah itu dilanjutkan dengan Bab-bab yang lain.Dalam kitab
Shahih Sunan Nasa’i,Muhammad Nashiruddin Al-Albani, jilid 1,di dalamnya
terdapat 1815 hadis yang berisikan tentang fiqh ibadah, Diantara kitab beliau
antara lain ialah : Al-Sunanu Al-Kubra, Al Mujtaba Min Al-Sunani, dan lain
sebagainya.
6. Ibnu Majah ( 207 H – 273 H = 824
M – 887 M )
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah
ibn Yazid ibn Majah. Beberapa cendekiawan muslim berpendapat bahwa “Majah”
adalah nama ibunya sehingga ia dipanggil ibn Majah. Semasa mudanya beliau
merupakan pelajar yang luar biasa dalam bidang sastra hadits dan selama 23
tahun beliau mengabdikan seluruh hidupnya untuk belajar hadits dan sastra
hadits. Beliau selalu mencatat hadits dan rangkaian riwayat baru yang kuat
kapan saja beliau mendengarnya dan segera menandatanginya.
Guru-guru Ibnu Majah antara lain Abu
Ishaq Ibrahim Ibnul, Bakar bin Abdul Wahhab, Abu Abdur Rahman dan lain
sebagainya. Sedangkan murid-muridnya antara lain Hafidz Abul Hasan ibn Fatah,
Ibrahim bin Dinar Al-Jabshi, Ahmed Ibrahim al-Kabani dan banyak lagi.
Dalam bukunya beliau tidak
memberikan komentar apapun mengenai keshihan, kehasanan, dan kedha’ifan hadits,
bahkan untuk hadits yang dusta sekalipun. Karya-karyanya antara lain Al-I’lâm
bi Sunanihi ‘Alaihi Al-Sâlam.
Persaksian para ulama terhadap
beliau
a. Al HafizhAl Khalili menuturkan;
“(Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir, muttafaq ‘alaih, dapat di
jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam dalam masalah
hadits, dan hafalan.”
b. Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan;
“(Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung, hujjah dan ahli tafsir.”
c. Al Mizzi menuturkan; “(Ibnu
Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan beberapa hasil karya
yang bermanfa’at.”
d. Ibnu Katsîr menuturkan: “Ibnu
Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini menunjukkan ‘amalnya,
‘ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam hadits serta
ittibâ’nya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang.
Imam Malik (93 H/712 M = 179 H/796)
Nama lengkap Imam Malik adalah Abu
‘Abdillah Malik bin Annas al-ashbahi bin Abi Amir bin Haris bin Ghaiman bin
Huzail al-Ashabi bin ‘Adi bin Malik bin Yazid. Guru Imam Malik yaitu al-Zuhri,
Nafi' Maula Ibn Umar, Hidyam Ibn Zubar, dan lain sebagainya. Murid-murid Imam
Malik diantaranya adalah al-Mansur, al-Mahdi, Harun al-Rasyid, al-Makmun, da
lain sebagainya. Karya-karyanya diantaranya adalah al-Muwatha’, Al-Mudawwanah
Al Kubra.[12]
Imam malik tidak hanya meninggalkan
warisan buku, tapi juga mewariskan Mazhab fiqhinya di kalangan sunni yang
disebut sebagai mazhab Maliki, Mazhab ini sangat mengutamakan aspek
kemaslahatan di dalam menetapkan hukum, sumber hukum yang menjadi pedoman dalam
mazhab Maliki ini adalah al-Quran, Sunnah Rasulullah, Amalan para sahabat,
Tradisi masyarakat Madinah, Qiyas dan al-Maslaha al-Mursalah (kemaslahatan yang
tidak didukung atau dilarang oleh dalil tertentu).
7. Imam al-Hakim (322 H - 405 H)
Nama Imam al-Hakim adalah Abu
Abdillah Al-Hakim Muhammad bin Abdullah bin Muhammad bin Na’im bin Al-hakam
Adh-dhabbi Ath-Athahmani An-Nasaiburi Al-Hafidz yang terkenal dengan sebutan
ibnu bayyi’. Dia lahir pada hari, tanggal 3 bulan Rabiul Awal tahun 321
hijriyah.
Abu Abdillah Al-hakim menuntut ilmu
di mulai semenjak masih kecil melalui berkat bimbingan dan arahan ayah serta
paman dari ibunya. Adapun pertama kali dia mendengarkan hadits tahun 330
Hijriyah ketika baru berumur tuju tahun. Dia mendapatkan hadits secara imla’
dari Abu Hatim Ibnu Hibban pada tahun 334 Hijriyah.
Adapun para guru Abu Abdillah
al-hakim di naisaburi sendiri jumlahnya mencapai 1000 syaikh. Sedangkan
guru-guru yang diperoleh selain dari naisaburi pun kurang lebih 1000 syaikh.
Guru-guru Abu Abdillah Al-hakim sebagaimana disebutkan adz-Dzahabi adalah Ayahnya
sendiri, Muhammad bin ali bin Umar al-Mudzakkar, abu Al-Abbas al-Asham, Abu
Ja’far Muhammad bin Shalehbin Hani’, Muhammad bin Abdullah Ash-Shafar, dan lain
sebagainya. Abu Abdillah Al-hakim senantisa mau belajar dari orang lain
meskipun itu dari sahabatnya sendiri.
Sedangkan para murid Abu Abdillah
Al-hakim adalah: Ad-Daruqthni, Abu Al-Fath bin Abu Fawaris, Abul Ala’
Al-Wasithi, Muhammad bin ahmad bin Ya’qub dan lain sebagainya. Abu Abdillah
al-Hakim belajar ilmu qira’at dari Ibnul Imam, Muhammad bin Abu Manshur
Ash-Sharam, Abu Abu Ali bin An-Naqqar Al-Kuffi dan Abu Isa Bakkar Al-Baghdadi.
Dan, dia belajar tengtang madzhab dari Ibnu Abi Hurairah, Abu SahalAsh-Shu’luki
dan Abu Al-Walid Hisan Bin Muhammad. Al-Hakim sering berdiskusi dengan
Al-Ja’labi, Ad-Daruquthni dan yang lain.
Adz-Dzahabi berkata, “Al-Hakim telah
memulai menuangkan ilmunya dalam bentuk karya kitab pada tahun 337 Hijriyah.
Jumlah karya Abu Abdillah Al-Hakim mencapai sekitar 1000(seribu) juz yang
terdiri dari tahkrij Ash-Shahihain, Al-Illal, At-Tarajum, Al-Abwab dan
Aku-syuyukh.
9. Imam al-Darimi (181 H - 255 H).
Dia lahir pada tahun 181 Hijriyah.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abdirrahman bin Al-Qufl bin Bahram bin abd
Ash-Shamad At-Taimi ad-Darimi. Nama panggilannya adalah Abu Muhammad. Diantara
buah karyanya yang terpenting adalah As-Sunan. Menurut sebagian ahli tahqiq,
Kitab tersebut termasuk Kutub As-Sittah (enam judul Kitab dalam bidang hadits)
menggeser kedudukan Kitab karya Ibnu Majjah. Imam Ad-Darimi meninggal di hari
Arafah pada tahun 255 hijriyah dan dikuburkan di Marwa.
Beliau adalah sosok yang tawadldlu’
dalam hal pengambilan ilmu, mendengar hadits dari kibarul ulama dan shigharul
ulama, sampai-sampai dia mendengar dari sekelompok ahli hadits dari kalangan
teman sejawatnya, akan tetapi dia juga seorang yang sangat selektif dan
berhati-hati, karena dia selalu mendengar hadits dari orang-orang yang
terpercaya dan tsiqah, dan dia tidak meriwayatkan hadits dari setiap orang.
Guru-guru imam Ad Darimi diantaranya
adalah: Yazid bin Harun, Ya’la bin ‘Ubaid, Ja’far bin ‘Aun, dan Basyr bin ‘Umar
az Zahrani. Murid-murid beliau
diantaranya adalah: Imam Muslim bin
Hajaj, Imam Abu Daud, dan Imam Abu ‘Isa At Tirmidzi. ‘Abd bin Humaid Raja` bin
Murji.
BAB IV
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita
dalam membantu menambah wawasan mengenai biografi tokoh-tokoh Hadits. Mohon maaf
jika banyak kesalahan dalam penulisan. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
[1]Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf (Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm. 467
[2]H. Zainal Abidin Ahmad, Imam
al-Bukhari Pemuncak Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan Bintang, 1975, hlm. 100
[3]Husyan Ahmad Amin, Seratus Tokoh
dalam Sejarah Islam, Bandung: Remaja Rosyda Karya, 1995, hlm. 92
[4]Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf (Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm. 531
[5]Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf (Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm. 537
[6]Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf (Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm. 539
[7]M. Atiqul Haque, 100 pahlawan Muslim
yang Mengubah Dunia, hlm. 120,
[8]Syaikh Ahad Farid, 60 Biografi
Ulama Salaf (Terjemahan), Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006, hlm. 563
[9] Drs. Munzier Suparta M. A., Ilmu
Hadits, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO, 2004, hlm. 248
[10] M. Atiqul Haque, 100 pahlawan
Muslim yang Mengubah Dunia, hlm. 120
[11]M. Atiqul Haque, 100 pahlawan
Muslim yang Mengubah Dunia, hlm. 236
[12]Dr. Husni Rahim, ‘Ulûmu
al-Hadîts jilid 3 Depag RI, Jakarta: 1998, hlm. 75
Sumber:
http://www.liontinbatuakik.com/2014/03/makalah-biografi-tokoh-tokoh-hadits.html
0 komentar:
Posting Komentar