MAKALAH MOTIVASI
Editor:
Tim Makalah-makalah.com
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji syukur saya (penyusun)
panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami
mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan
juga mahasiswa yang sedang menempuh materi ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah
ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik NYA.
Akhir kata, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita
semua.
Amin-amin yarabbal ‘alamin.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Hormat kami,
Tim Makalah
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembuatan makalah ini kami mengangkat beberapa rumusan
masalah diantaranya:
A. Apa definisi dan pengertian Motivasi?
B. Apa Tujuan Motivasi?
Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui definisi dan pengertian motivasi.
Dari rumusan masalah diatas kami memiliki beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
A. Mengetahui definisi dan pengertian motivasi.
B. Mengetahui fungsi dan tujuan Motivasi.
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Tentang Motivasi
Pengertian
Motivasi
Motivasi dapat ditafsirkan
dan diartikan berbeda
oleh setiap orang
sesuai tempat dan keadaan dari
para masing-masing orang itu. Pandangan
para penulis tentang motivasi sangat
bervariasi menurut sudut pandang masing-masing.
Hasibuan (2003) menyatakan bahwa,
“Motivasi adalah pemberian daya penggerak, yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau
bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi
dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan“.
Robbins (2001)
menyatakan bahwa,
“We’ll define
motivation as the willingness
to exert high levels of effort toward organizational goals, conditional
by effort’s ability to satisfy some individual
need“.
(Kita akan mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan
untuk berusaha seoptimal mungkin dalam
pencapaian tujuan organisasi yang
dipengaruhi
oleh
kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa
kebutuhan individu).
Danim
(2004) menyatakan bahwa, ”Motivasi diartikan sebagai
setiap
kekuatan yang muncul dari dalam
diri individu untuk mencapai tujuan atau keuntungan tertentu
di lingkungan dunia
kerja atau di pelataran
kehidupan pada umumnya”.
Usman (2006) menyatakan
bahwa, ”Motivasi kerja dapat diartikan sebagai
keinginan atau kebutuhan yang melatarbelakangi seseorang sehingga ia terdorong
untuk bekerja”.
11
American Encyclopedia dalam Hasibuan
(2004) menyatakan, “Motivation: That predisposition (it self the subject of much controvency)
within the individual wich
arouses sustain and direct his behavior. Motivation in volve such factor as
biological and emotional needs that
can only be inferred from observation behavior“.
(Motivasi adalah kecenderungan (suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan)
dalam diri seseorang yang membangkitkan pendirian
dan mengarahkan tindak-
tanduknya. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya
dapat diduga dari pengamatan tingkah
laku manusia).
Handoko (2003) menyatakan bahwa, ”Motivasi merupakan
kegiatan yang mengakibatkan, menyalurkan,
dan memelihara perilaku manusia.
Motivasi ini merupakan subjek
yang penting bagi manajer,
karena menurut definisi manajer harus
bekerja dengan dan melalui orang lain. Manajer perlu memahami orang-orang berperilaku tertentu agar dapat mempengaruhinya
untuk bekerja sesuai dengan yang diinginkan organisasi”.
Menurut Hasibuan (2005), “Ada beberapa tujuan pemberian motivasi yaitu: 1)
Mendorong gairah dan semangat kerja
karyawan; 2) Meningkatkan moral dan
kepuasan kerja karyawan; 3) Meningkatkan
produktivitas kerja karyawan; 4) Mempertahankan
loyalitas dan kestabilan karyawan; 5) Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat
absensi karyawan; 6)
Mengefektifkan pengadaan karyawan; 7) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik;
8)
Meningkatkan kreativitas dan partisipasi karyawan;
9) Meningkatkan tingkat
kesejahteraan karyawan; 10) Mempertinggi rasa tangung jawab karyawan; 11) dan lain-lain“.
Menurut Sofyandi (2008) bahwa, “Tujuan-tujuan dari motivasi
antara lain adalah: a) Untuk meningkatkan
moral
dan kepuasan kerja karyawan, b) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan, c) Mempertahankan kestabilan
karyawan dalam perusahaan, d) Meningkatkan kedisiplinan karyawan dalam
bekerja, e) Mengefektifkan dalam
pengadaan karyawan, f) menciptakan
suasana dan hubungan kerja yang kondusif,
g) Meningkatkan loyalitas, kreativitas
dan partisipasi karyawan,
h) Meningkatkan kesejahteraan karyawan, i) Mempertinggi rasa tanggung jawab akan tugas, dan lain-lain“.
Arep (2003) manfaat yang diperoleh karena bekerja
dengan orang orang yang
termotivasi dapat dilihat
dari
ciri-ciri orang
yang termotivasi, seperti:
1) Bekerja sesuai standar; 2) Senang bekerja; 3) Merasa berharga; 4) bekerja
keras; 5) Sedikit pengawasan; dan 6)
Semangat juang tinggi.
Metode, Model, dan Jenis-Jenis Motivasi
Hasibuan (2005) menyatakan bahwa. “Ada 2 metode yang biasa
di dalam motivasi, yaitu:
1. Motivasi
Langsung (Direct Motivation)
Adalah
motivasi (materiil dan nonmateriil) yang diberikan
secara langsung kepada setiap
individu karyawan
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya
khusus seperti pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain sebagainya.
2. Motivasi
Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Adalah motivasi
yang diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung
serta menunjang gairah kerja/kelancaran
tugas, sehinggapara karyawan betah dan bersemangat melakukan pekerjaan. Motivasi tidak langsung ini besar pengaruhnya untuk merangsang semangat bekerja karyawan, sehingga produktivitas kerja meningkat“.
Menurut Arep (2003) beberapa model motivasi dapat
dibedakan menjadi:
1. Model Tradisional, mengemukakan
bahwa
untuk
memotivasi
bawahan
agar
gairah bekerjanya meningkat dilakukan
dengan sistem insentif yaitu memberikan insentif materiil kepada
karyawan yang berprestasi baik. Semakin
berprestasi
maka semakin banyak balas jasa yang diterimanya. Jadi motivasi bawahan
untuk mendapatkan insentif
(barang atau uang) saja.
2. Model hubungan manusia, mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat, dilakukan dengan mengakui
kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna serta penting. Sebagai akibatnya karyawan mendapatkan beberapa kebebasan membuat keputusan dan kreativitas
dalam melakukan pekerjaannya. Dengan memperhatikan kebutuhan materiil dan nonmateriil karyawan, maka motivasi
bekerjanya akan meningkat
pula.
3. Model sumber daya manusia,
mengemukakan bahwa karyawan
dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang/barang atau keinginan dan kepuasan saja, tetapi
juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Menurut model ini
karyawan cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi kerja yang
baik. Karyawan bukanlah berprestasi baik karena merasa puas, melainkan
termotivasi oleh rasa tanggung
jawab yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya.
Jadi menurut sumber daya
manusia ini untuk memotivasi bawahan dilakukan dengan memberikan
tanggung jawab dan kesempatan yang luas bagi mereka
untuk mengambil keputusan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi gairah bekerja seseorang akan
meningkat, jika
kepada mereka diberikan kepercayaan
dan kesempatan untuk membuktikan
kemampuannya.
Menurut Hasibuan (2005), “Jenis-jenis motivasi dapat dibedakan menjadi:
1. Motivasi
positif,
manajer memotivasi
bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi
positif ini semangat kerja
bawahan akan meningkat, karena pada umumnya manusia
senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi negatif, manajer
memotivasi bawahannya dengan
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah). Dengan motivasi negatif ini semangat
kerja bawahan dalam waktu singkat akan meningkat, karena mereka takut dihukum, tetapi dalam
jangka waktu panjang akan berakibat
kurang baik“.
Danim (2004) menyatakan bahwa, “Secara umum motivasi dapat
diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang satu sama lain memberi warna terhadap aktivitas manusia, yaitu: 1) Motivasi positif, merupakan proses pemberian
motivasi
atau
usaha
membangkitkan motif, di mana
hal
itu
diarahkan
pada usaha untuk mempengaruhi
orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan
keuntungan tertentu kepadanya; 2) Motivasi negatif, sering dikatakan sebagai motivasi yang bersumber dari rasa takut, misalnya, jika dia tidak bekerja akan muncul rasa takut dikeluarkan; 3) Motivasi dari dalam, timbul pada diri pekerja pada waktu dia menjalankan
tugas-tugas atau pekerjaan
dan bersumber dari dalam diri pekerja itu sendiri;
4) Motivasi dari luar,
adalah motivasi yang muncul sebagai akibat adanya
pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu
sendiri.
Motivasi ini biasanya dikaitkan dengan imbalan“.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Motivasi
Motivasi yang ada dalam
diri seseorang bukan merupakan indikator yang berdiri sendiri.
Motivasi itu sendiri muncul sebagai akibat dari interaksi
yang terjadi di dalam individu.
Danim (2004) menyatakan bahwa, “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu:
1. Gaya kepemimpinan administrator. Kepemimpinan dengan
gaya otoriter membuat
pekerja menjadi tertekan dan acuh tak
acuh dalam bekerja.
2.
Sikap individu. Ada individu
yang
statis dan ada pula yang dinamis.
Demikian juga ada individu yang bermotivasi
kerja tinggi dan ada pula
yang bermotivasi kerja rendah.
Situasi dan kondisi di luar dari individu memberi pengaruh terhadap motivasi.
Akan tetapi yang
paling menentukan adalah individu itu sendiri.
3. Situasi kerja, lingkungan kerja, jarak tempuh dan fasilitas yang tersedia membangkitkan
motivasi, jika persyaratan terpenuhi.
Akan tetapi jika persyaratan tersebut tidak diperhatikan dapat menekan motivasi.
Orang dapat bekerja dengan
baik
jika
faktor
pendukungnya terpenuhi. Sebaliknya, pekerja dapat menjadi frustasi jika faktor pendukung yang
dia kehendaki tidak tersedia
Parrek (2005) mengemukakan 6 (enam) indikator yang lazim digunakan untuk mengukur motivasi kerja, yaitu :
1. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang ingin dicapai
oleh seorang manajer dibawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas yang
dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi, seseorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan.
2. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan
untuk mempertahankan gagasan
atau argumentasi sebagai
bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan kepada orang lain. Saran – saran atau gagasan yang diterima sebagai
bentuk partisipasi dari seseorang pekerja akan menumbuhkan motivasi,
apalagi jika gagasan
atau pemikiran tersebut
dapat
diikuti
oleh orang lain yang dapat dipakai sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya
positif dan dirasakan lebih baik.
3. Pengendalian, yaitu tingkat
pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap bawahannya. Untuk
menumbuhkan motivasi
dan sikap tanggung
jawab yang besar dari bawahan,
seorang atasan dapat memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan
dan menumbuhkan
partisipasi.
4. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap
orang – orang yang
berada dilingkungan kerjaannya, baik terhadap sesama pekerja maupun terhadap atasan. Adanya saran, gagasan
ataupun ide dari atasan kepada bawahan
yang dapat membantunya memahami
suatu masalah atau cara penyelesaian masalah
akan menjadi motivasi yang positif.
5. Pengembangan, yaitu upaya
yang dilakukan oleh organisasi terhadap
pekerja atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan. Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan. Disamping
pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja. Pengertian pengembangan yang dimaksudkan disini juga menyangkut metode
kerja yang dipakai. Adanya perubahan metode
kerja yang dirasakan lebih baik
karena membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.
6. Afiliasi, yaitu dorongan
untuk berhubungan dengan orang
– orang atas dasar
sosial. Keterbukaan orang – orang yang berada dilingkungan kerja yang
memungkinkan hubungan
antara pribadi dapat
berjalan dengan baik, saling membantu
masalah pribadi akan menjadi motivasi yang positif dari pekerja.
Sedangkan Porter & Miles
dalam
Danim (2004)
mengemukakan
bahwa
terdapat 3 (tiga) variabel yang mempengaruhi
motivasi seseorang
dalam bekerja, yaitu :
1. Sifat-sifat individual. Ini meliputi
kepentingan setiap individu,
sikap, kebutuhan atau harapan
yang berbeda pada setiap individu. Perbedaan-perbedaan tersebut membuat derajat motivasi di dalam
diri pekerja menjadi bervariasi
satu dengan lainnya. Seorang
pekerja yang menginginkan prestasi kerja yang tinggi, misalnya
cenderung akan terdorong untuk melakukan
pekerjaan yang dapat meningkatkan taraf hidupnya. Sebaliknya,
seseorang yang dimotivasi oleh uang
akan cenderung memilih
pekerjaan yang imbalannya besar.
2. Sifat-sifat pekerjaan. Ini
meliputi tugas-tugas yang
harus
dilaksanakan, termasuk tanggung jawab yang
harus
diemban dan kepuasan yang muncul
kemudian. Pekerjaan yang banyak membutuhkan
tanggungjawab, misalnya akan mendatangkan
kepuasan tertentu dan dapat meningkatkan
derajat motivasi.
3. Lingkungan kerja dan situasi kerja
karyawan. Seorang individu betah pada lingkungan kerjannya akan senantiasa berinteraksi baik sesama rekan sekerja
maupun atasan. Disini, seorang
karyawan dapat dimotivasi oleh rekan sekerjanya atau oleh atasannya. Penghargaan yang diberikan oleh atasan baik dalam
bentuk materi maupun non materi akan meningkatkan motivasi kerja karyawan.
Teori-Teori Motivasi
a. Teori Kebutuhan dari Maslow
Teori Maslow ini sering disebut dengan
teori hirarki kebutuhan. Karena menyangkut kebutuhan manusia,
maka
teori ini digunakan untuk menunjukkan kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi
agar dia termotivasi untuk bekerja.
Adapun hirarki kebutuhan Maslow
yang dimaksud adalah:
1. Kebutuhan
fisik, yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup seseorang, seperti
makan, minum,
perumahan dan
sebagainya.
2. Kebutuhan keamanan, adalah
kebutuhan akan keamanan dari ancaman, merasa
aman dari ancaman kecelakaan dan
keselamatan dalam melakukan
pekerjaan.
3. Kebutuhan sosial,
kebutuhan akan teman, dicintai,
dan mencintai serta diterima
dalam pergaulan kelompok karyawan dan lingkungannya.
4. Kebutuhan harga
diri, adalah kebutuhan akan penghargaan diri,
dari karyawan dan masyarakat sekitarnya.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan aktualisasi diri
dengan
menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan,
dan potensi optimal untuk mencapai
prestasi kerja yang sangat memuaskan
atau luar biasa yang sulit dicapai orang lain. (Robbins, 2002)
b. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Herzberg menyatakan bahwa
orang
dalam
melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua
faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:
1. Maintenance Factors
Adalah
faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia
yang ingin memperoleh ketenteraman badaniah. Kebutuhan ini menurut Herzberg merupakan kebutuhan yang
berlangsung terus-menerus, karena
kebutuhan ini akan kembali
pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya
orang lapar akan makan, kemudian
lapar lagi lalu makan lagi.
2. Motivation factors
Adalah faktor motivator
yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna
dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan
dengan penghargaan terhadap
pribadi yang secara langsung berkaitan dengan pekerjaan. Adapun faktor-faktor
tersebut dapat dilihat dari prestasi yang
dicapai, pengakuan atau rekognisi, pekerjaan itu sendiri,
tanggung jawab, dan kemajuan
atau peningkatan; misalnya kursi
yang
empuk,
ruangan
yang
nyaman,
penempatan yang tepat dan sebagainya.
Menurut teori dua faktor Herzberg
ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam memotivasi,
yaitu:
1. Hal-hal yang mendorong
karyawan adalah “pekerjaan yang menantang
yang mencakup perasaan
untuk berprestasi, bertanggung jawab, kemajuan dapat menikmati pekerjaan itu
sendiri dan adanya pengakuan atas
semuanya itu“.
2. Hal-hal yang mengecewakan
karyawan
adalah terutama
faktor
yang
bersifat
embel-embel saja pada pekerjaan,
peraturan pekerjaan,
penerangan, istirahat, sebutan
jabatan, hak, gaji, tunjangan dan
lain-lainnya.
3. Karyawan kecewa, jika peluang untuk
berprestasi terbatas. Mereka akan menjadi sensitif pada lingkungannya serta mulai mencari-cari kesalahan. (Hasibuan, 2003)
c. Teori Prestasi dari McClelland
Robbin (2002) mengemukakan
bahwa teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga hal yaitu prestasi, kekuasaan dan afiliasi.
Menurut McClelland, orang mempunyai
dorongan kuat untuk
berhasil meraih prestasi pribadi.
Mereka mempunyai hasrat untuk melakukan
sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien
daripada yang telah dilakukan sebelumnya, dorongan ini adalah kebutuhan untuk
berprestasi. Kebutuhan afiliasi
merupakan hasrat untuk disukai
orang lain atau diterima baik
oleh orang lain. Sedangkan kebutuhan kekuasaan merupakan hasrat untuk dapat menguasai
orang lain.
d. Teori ERG (Existence,
Relatedness and Growth) dari
Alderfer
Menurut teori ERG dalam Hasibuan (2005), menyatakan ada tiga kelompok
kebutuhan yang utama dalam memotivasi
seseorang, yaitu:
1. Kebutuhan akan keberadaan(Existence Needs)
Yaitu kebutuhan
yang
berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk di dalamnya kebutuhan fisik dan kebutuhan keamanan dan keselamatan dari Maslow
2. Kebutuhan akan afiliasi (Relatedness Needs)
Kebutuhan ini menekankan akan pentingnya hubungan antar-individu (interpersonal relationships) dan juga bermasyarakat (social relationships). Kebutuhan ini berhubungn dengan kebutuhan
sosial dan kebutuhan status dari Maslow.
3. Kebutuhan akan kemajuan (Growth
Needs)
Yaitu keinginan
intrinsik dalam diri seseorang
untuk maju atau meningkatkan
kemampuan
pribadinya.
e. Teori Harapan
Teori harapan ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom
yang
menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi
seseorang untuk bekerja giat dalam
mengerjakan pekerjaannya tergantung
dari hubungan timbal-balik
antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori harapan ini mengandung 3 (tiga)
variabel, antara lain :
1. Daya tarik, yaitu sampai sejauhmana seseorang merasa penting
atas hasil atau imbalan yang diperolehnya sebagai akibat dari tugas yang diselesaikan.
2. Hubungan antara
prestasi kerja
dengan
imbalan, yaitu
tingkat
keyakinan seseorang tentang
hubungan antara tingkat
prestasi kerjanya dengan imbalan
yang diterima.
3. Hubungan antara usaha dan
prestasi kerja, yaitu persepsi
seseorang tentang kemungkinan
bahwa usaha tertentu yang dilakukannya
akan
menghasilkan prestasi kerja. (Siagian,
2003)
Teori Tentang Kompensasi Tidak
Langsung
Pengertian Kompensasi Tidak
Langsung
Menurut Mathis (2006) bahwa, “Kompensasi tidak langsung biasanya terdiri
atas tunjangan karyawan. Tunjangan
adalah sebuah kompensasi tidak
langsung yang diberikan untuk seorang
karyawan atau sekelompok karyawan
sebagai bagian dari keanggotaan organisasional. Tujuan tunjangan adalah sebagai
bagian dari keseluruhan strategi kompensasi dari organisasi“.
Jenis Kompensasi Tidak
Langsung
Arep (2003) menyatakan bahwa, “Kompensasi tidak langsung banyak jenis
dan bentuknya, untuk itu dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
1) Jaminan keamanan dan kesejahteraan
kerja; 2) Pembayaran upah selama tidak bekerja; 3) Pelayanan bagi
pekerja“.
Beberapa komponen kompensasi tidak langsung
dapat dibedakan menjadi:
1. Jaminan
Keamanan
dan Kesehatan Kerja
Jaminan ini pada dasarnya
tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perasaan aman dan puas, seperti: asuransi
jiwa, biaya rumah sakit, dana pensiun, uang pesangon, dan sebagainya.
2. Pembayaran Upah Selama Tidak bekerja
Bentuk kedua
dari kompensasi tidak langsung adalah
pembayaran gaji/upah tanpa
dipotong/dikurangi, meskipun seseorang
pekerja untuk jangka
waktu tertentu tidak melaksanakan tugas-tugasnya. Misalnya: liburan, tidak hadir karena kemalangan, cuti, dan lain-lain.
3. Pelayanan untuk Pekerja
Bentuk kompensasi
tidak langsung ini diberikan tanpa didasarkan pada jasa/prestasi dalam melaksanakan pekerjaan, seperti: dana bantuan belajar, kredit,
pakaian dinas, angkutan/transport antar jemput bersama, dan lain-lain.(Nawawi,
2005)
Mathis (2006) menyatakan
bahwa, “Beberapa pilihan tunjangan
yang dapat ditawarkan sebuah organisasi yaitu: 1) Tunjangan pendidikan, yaitu tunjangan yang
diperoleh dari organisasi dalam
bentuk bimbingan pendidikan untuk membayar
sebagian atau seluruh biaya-biaya yang berhubungan dengan pendidikan tersebut;
2) Tunjangan sosial dan rekreasi, adalah untuk meningkatkan kebahagiaan karyawan dan semangat tim,
seperti piknik, pesta, tim atletik yang disponsori
oleh pemberi kerja; 3) Tunjangan hari libur, para pemberi kerja memberi karyawan hari
libur dengan tetap mendapat
imbalan kerja dalam berbagai
keadaan, seperti tunjangan hari besar dan tunjangan cuti.
Kompensasi Tidak Langsung
yang Kompetitif
Penetapan dan pemberian
kompensasi tidak
langsung harus dilakukan
dengan mempertimbangkan
beberapa aspek sebagai berikut:
1. Aspek Ketepatannya
Penyediaan pembiayaan untuk kompensasi tidak langsung sebagai pelengkap kompensasi
langsung, harus diupayakan tepat waktu dan tepat sasarannya.
Kompensasi tidak langsung berupa
uang akan lebih
bermanfaat jika diberikan
pada saat yang bersamaan dengan kompensasi
langsung. Kompensasi tidak langsung yang tepat sasaran sebaiknya diberikan pada pekerja yang tepat terutama yang berprestasi, dan untuk kegiatan
yang tepat, artinya diberikan dalam bentuk yang relevan serta jumlah
yang memadai.
2. Aspek Kelayakan/Keadilan
Kelayakan/keadilan
kompensasi tidak langsung harus dibedakan pula menurut prestasi kerja atau jasa masing-masing dalam
memberikan kontribusi pencapaian
tujuan organisasi.
3. Aspek Pembiayaan yang Terkontrol dan Seimbang
Penyediaan pembiayaan yang terkontrol dan seimbang dengan kontribusi setiap pekerja, akan dapat dilakukan
melalui perencanaan kompensasi tidak langsung
sebagai suatu paket
yang dikaitkan dengan
kompensasi langsung, serta harus sesuai dengan kemampuan organisasi dalam menyediakan pembiayaannya. (Nawawi, 2005)
BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini kami
tulis, semoga bisa memberi manfaat dan dorongan untuk kita dalam membantu
menambah wawasan mengenai Motivasi. Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam
penulisan. Terimakasih.
Sumber:
Usu.ac.id
Tag #makalah motivasi.pdf,
#makalah motivasi.doc
0 komentar:
Posting Komentar